Don't forget to give vomment
Enjoy reading! ^^
Part 11 – A Poison of Jealousy (2)
Raut letih itu berubah seketika saat melihat sosok yang sangat ingin ia cakar dengan segenap hati berada tepat di depan pintu apartemennya. Seseorang yang telah membuat perasaannya jungkir balik sehari penuh meski ia sudah berusaha untuk mengabaikan. Bahkan penuturannya terakhir kali saat di restoran berhasil menyinggung Ran, bahwa ia lah penyebab mood pria itu berantakan.
"Aku tidak menerima tamu." Ran berkata dengan nada gusar dan menutup pintu dengan gerakan cepat, namun kalah cepat dengan kaki Deva yang sudah menahan pintu tersebut sejak tadi.
"Mengapa kau selalu sensitif denganku, huh?" Tanya Deva heran dan memaksa mendorong benda kayu tersebut hingga terbuka lebih lebar dan badannya muat untuk masuk.
Ran mendengus saat menutup pintu lalu berputar dengan kedua tangan yang terlipat di depan dadanya. Dilihatnya Deva berjalan menuju meja makan dan meletakkan sebuah kantong plastik di sana.
"Ada apa, Dev?" Tanyanya kemudian dengan nada yang dibuat lebih ramah. Sekali lagi ia memilih mengalah pada pria ini karena tak ingin memancing perdebatan. Mengingat hatinya yang sedang remuk seharian, berlama-lama dengan Deva justru dapat memperparah perasaannya.
Deva mengangkat tangan kanannya dan membuat isyarat agar Ran mendekat. "Kemarilah!" Pintanya sambil tersenyum tipis membuat Ran seakan terhipnotis oleh dua kali perintah yang didapatnya. Ran berjalan dan tangannya pun ditarik begitu sampai pada jangkauan Deva, membuat pinggangnya kini menyentuh pinggiran meja makan.
Deva meraih dagu Ran lalu membuatnya menoleh ke kiri untuk melihat luka goresan yang didapatnya saat di restoran tadi.
"Sudah diobati." Kata Ran langsung karena mengerti apa yang dicari oleh Deva. Ia berusaha bersikap senormal mungkin di tengah jantungnya yang berulah lagi dengan berdetak lebih cepat tak beraturan saat wangi parfum Deva menyeruak ke indera penciumannya. Bagaimana tidak jika posisi mereka kini sangat dekat.
"Apa kau pernah bertengkar dengan Fiona?" Tanya Deva lagi namun kali ini memberi jarak sedikit karena mengambil sebuah salep dari kantong plastik yang dibawanya barusan.
"Maksudmu?" Ran tak mampu mengatur reaksinya membuatnya menggigit bibir bawahnya. Apakah reaksinya terlalu berlebihan?
Sebuah senyuman tersunggir di wajah Deva, yang tanpa disadari benar-benar membuat jantung Ran tak dapat dikendalikan. "Aku mengenal Fiona lebih lama darimu. Membaca sikapnya di restoran tadi, ia tak merasa bersalah sedikit pun walau membuatmu terluka."
"Itu kecelakaan."
"Aku berani bertaruh ia sengaja memundurkan kursinya saat kau lewat di belakangnya." Deva membalas dengan nada percaya diri di sela kegiatannya mencoba membuka obat tadi.
"Fiona sangat terlihat jelas jika sedang kesal atau pun tidak suka pada seseorang." Lanjutnya lagi ketika tidak ada tanggapan dari Ran, yang berusaha mengalihkan wajahnya ke sisi yang berlawanan. Tapi Deva kembali menarik wajah itu untuk tetap menghadapnya. "Apa kau pernah bertengkar dengannya?" Tanya Deva mengulang pertanyaan yang sama.
"Tidak."
"Berdebat dengannya?"
"Tidak."
Deva mengurai senyumnya lagi menyadari jika kecurigaannya dibenarkan secara tak langsung. Ini bukan pertama kalinya ia melihat tingkah keterlaluan Fiona pada orang-orang yang tak disukainya. Tapi ia tak pernah ikut campur sejauh ini. Dengan siapa Fiona suka atau tidak suka, itu bukan lah urusannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/131509020-288-k975641.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Goodbye (The Series)
RomanceWARNING 21+ Most of parts are private. Please follow to read ^^ Highest Rank 🎖#30 Mature 🎖#78 Adult 🎖#35 21 🎖#2 Dewasa Ran bukan gadis polos namun ia tak pernah melewati batas sebelum bertemu Deva, pria baik dan hangat yang terjebak pada cinta s...