Part 8 - Reconciliation

5.1K 213 73
                                    


Jangan lupa vommentnya ya~^^


Part 8 – Reconciliation

Ran menatap sahabatnya dengan datar walau ia bisa membaca bahwa Alya tengah mencurigai sesuatu terhadapnya. Sesuatu yang ia tahu pasti menarik perhatian Alya dari percakapan aneh dengan Deva barusan. Dan Ran berpikir keras dalam waktu yang singkat untuk menjelaskan apa yang pasti dituntut oleh Alya sejak ia menarik sahabatnya itu pergi meninggalkan Deva.

Tebakannya tak meleset dan Alya menuntut jawaban itu saat mereka sudah setengah jalan menuju ujung lapangan, tempat tujuan mereka. Ran bertindak cepat dengan tidak menunjukkan ekspresi atau reaksi berlebihan apa pun yang akan memancing Alya untuk semakin mencurigainya.

Alya masih menatap Ran dengan serius walau tak ada pertanyaan terlontar lagi, seolah kedua matanya cukup bertanya dalam jeda satu menit ini. Ran mendesah pelan lalu menggamit lengan Alya dan kemudian mengajak gadis itu untuk kembali berjalan dengan perlahan. Lebih baik ia selesaikan sekarang sebelum Alya semakin curiga.

Ya, Ran menceritakannya. Namun tidak dengan malam gila di mana ia kehilangan akal sehat dan menjadi huru-hara baik baginya maupun Deva. Ran memilah dengan baik dan hanya menceritakan dengan jujur bagaimana sikap menyebalkan Deva yang sangat memancing dirinya untuk mencabik-cabik pria itu.

Alya melirik ke arah Ran dengan tatapan menuduh. "Walaupun begitu kau masih saja menyukainya."

Ran mendecih kesal. "Kesimpulan macam apa itu?" Ia langsung melepaskan lengan Alya saking kesalnya.

Namun Alya tak menyerah. Ini waktunya menggali apa yang dicarinya sejak kemarin. "Dari ceritamu, kau terlalu banyak mengalah padanya. Bahkan dengan mas Dio saja kau akan memprotes terang-terangan. Tapi kau tak mendebatnya sama sekali. Kau memilih menahan diri dan itu biasa kau lakukan pada setiap pria yang kau sukai. Rasa sabar yang terlalu berlebihan, menurutku."

"Dan sekarang aku ingin mencakar wajahmu!"

"Hey, aku tepat membacamu!"

"Tidak!" Balas Ran tegas walau otaknya kini kembali berputar. Ia malu mengakui namun hatinya tak mampu menyangkal bahwa apa yang dikatakan Alya ada benarnya. Alya cukup memahami kebiasaannya satu ini seperti ia sendiri yang memahami dirinya sendiri. Saat hatinya memiliki rasa pada seseorang, ia akan cenderung mengalah dan menurut seperti yang dilakukannya akhir-akhir ini pada Deva.

"Ku ingatkan lagi Ran, jangan terlalu banyak berkorban tanpa komitmen." Ujar Alya mengulang peringatan yang selalu ia dapatkan ketika berkutat dengan perasaan sepihaknya. Hanya saja, Alya tak mengerti ada sebuah cerita rumit di antaranya dengan Deva kali ini.

"Aku ingin mundur setelah ini."

Alya mendelik sengit pada Ran yang masih berjalan di sebelahnya, "ya, mundur saja." Ucapnya malas seolah bukan hal yang besar sekali pun Ran mengatakan akan mundur dari komunitas ini dengan mantap. Hey, Ran selalu mengatakan hal yang sama di saat suasana hatinya tidak baik dan Alya sudah kenyang dengan hal itu.

"Kau tidak ingin menahanku?"

"Cih! Bahkan jika kau ingin mundur sampai ke ujung dunia pun, silakan."

Ran pun cemberut mendengar tanggapan acuh sang sahabat sekali pun ada kelegaan yang ia rasakan karena Alya tak menggali lebih dalam. Baru Alya ingin kembali memperpanjang perdebatan mereka, nama Ran sudah dipanggil oleh Dio, membuatnya tak membuang waktu untuk kembali melaksanakan tugasnya.

***

Ran akhirnya menyerah.

Ia membungkam mulutnya begitu menyadari bahwa apa pun alasan penolakan yang dilontarkan tak akan berhasil pada Dio. Belum lagi Aska yang ikut campur memaksanya untuk pulang lebih cepat tepat di saat acara baru saja masuk pada bagian penutup.

The Last Goodbye (The Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang