Part 13 - Being Caught

4.5K 194 66
                                    

Sudah beberapa part terakhir sepertinya notif update tidak muncul.. kali ini dicoba lagi tidak diprivate ya.. Bagi yang ketinggalan, beberapa part sebelumnya di private jadi please follow to read!

Part ini lebih singkat, karena awalnya mau digabung sama part sebelumnya tapi jadinya kepanjangan kalau digabung wkwkw..

Gak akan bosen untuk mengingatkan, don't forget to vote and give a proper comment. Komen2 kalian bisa memacu semangat untuk update :3


Part 13 – Being Caught

"Kau baik-baik saja? Wajahmu sangat pucat." Tanya Deva khawatir saat memerhatikan wajah Ran, yang baru saja keluar dari kamar mandi. Ia sudah siap berangkat kerja tapi tertahan begitu melihat keadaan Ran terlihat tidak baik.

Ia tak tahu jika gadis itu sakit. Ketika pulang lembur tadi malam, ia sudah mendapati Ran terlelap sehingga tidak tahu jika kondisi Ran tidak sehat sekali pun tidur bersisian sepanjang malam.

Ran mengangguk lemah dan masuk lagi ke dalam selimut, meringkuk dalam dengan tangan yang meremas perut bawahnya. Waktu masih pukul delapan sedangkan kelasnya masih jam satu siang, yang berarti ia memiliki waktu cukup banyak untuk beristirahat dan memulihkan kondisinya dan mendapat tenaga untuk kuliah.

Deva menghampiri Ran dan duduk di pinggir ranjang, tepat di samping gadis itu yang berbaring miring. Diletakkannya satu tangan di atas dahi Ran namun ia tak merasakan suhu panas kecuali bulir keringat yang terus keluar padahal AC di kamar berada di delapan belas derajat.

"Aku tidak apa-apa. Kau pergi kerja saja." Ujar Ran lemah di tengah menahan rasa sakit. Ia meringis dan menggigit bibirnya yang pucat saat nyeri di perutnya semakin menjadi.

"Kau yakin?" Deva merasa ragu dengan keputusan Ran.

"Ya."

"Kau tidak mau ke dokter?"

"Hari pertama period-ku selalu seperti ini. Kau tidak perlu khawatir. Pergilah." Jelas Ran cepat agar tidak lagi ada pertanyaan lainnya dari Deva yang akan semakin membuat waktu istirahatnya terulur. Yang ia butuhkan hanyalah kembali tidur untuk meredakan sedikit rasa nyeri tersebut.

Deva pun mengerti dan menurut. Ia menutup pintu kamar lalu pergi. Ran yang mulai mendapat ketenangan mulai memejamkan matanya. Tangannya terus meremas perut bawahnya yang terasa semakin nyeri dan pinggangnya yang ikut sakit.

Ran hampir terlelap ketika samar-samar mendengar suara pintu kamar terbuka. Kedua matanya yang terasa berat tak mampu bekerja sama untuk mencari tahu, ditambah tubuhnya yang terasa lemas membuatnya tak bisa banyak bergerak.

Walau kesadarannya hanya tinggal setengah, ia masih bisa merasakan wangi khas Deva menyeruak indera penciumannya saat tubuhnya dibimbing untuk berputar dan masuk dalam sebuah pelukan. Sesuatu yang hangat menempel pada pinggang belakangnya membuatnya lebih rileks. Kesadaran Ran semakin menipis dan tak lama ia pun terlelap.

Deva menahan alat kompres panas yang dibuatnya, sedangkan satu tangannya yang lain mengusap punggung Ran dengan gerakan pelan berusaha menghantarkan ketenangan sampai memastikan Ran terlelap kembali.

***

Suara dering telepon yang tidak berhenti semakin mengusik tidur lelap Ran membuat gadis itu mulai bereaksi. Satu tangannya meraba area kepala ranjang, tempat yang ia ingat di mana meletakkan ponsel. Tangannya menelusup ke bawah bantal kepala yang tidak ia pakai dan mendapatkan benda yang ia cari.

Dengan susah payah, Ran membuka matanya untuk melihat ke layar lalu menggeser tombol berwarna hijau untuk mengangkat panggilan tersebut.

"Pemalas! Kau pasti telat bangun kan?!" Seru seseorang di seberang sana dengan kesal. Ran memijat pelipisnya untuk mengurangi denyutan yang dirasakannya terutama semakin menjadi karena seruan suara cempereng barusan.

The Last Goodbye (The Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang