Part 23 - The Hurtful Feeling

3.4K 175 18
                                    

Enjoy reading!
Jangan lupa vote dan comment ya :)

Part 23 - The Hurtful Feeling

Ran sempat khawatir jika Deva akan mengubah sikapnya setelah pria itu pulang dengan membawa kekecewaan yang tercetak jelas di wajahnya di malam itu.

Awalnya, Ran sedikit merasa canggung untuk bagaimana harus bersikap ketika mereka bertemu lagi.

Tapi ternyata perkiraan dan kekhawatirannya justru meleset. Deva bersikap seperti biasanya. Tidak menarik atau membatasi diri. Masih bercerita mengenai hari-harinya jika bertemu dan melemparkan candaan serta godaan pada Ran.

Dan sore ini Ran berada di apartemen pria itu tanpa kehadiran sang pemilik. Ia memang sudah berjanji akan datang hari ini untuk membantu Deva menghabiskan sekotak pempek yang didapat pria itu dari rekan kerjanya.

Ran tertawa geli jika memikirkan alasan yang terlalu receh, hanya demi menghabiskan pempek. Padahal, ia sengaja memilih mengalah dan mengikuti permintaan Deva untuk sesekali kembali berkunjung ke apartemennya setelah mendapati raut lelah di wajah pria itu dalam beberapa waktu belakangan.

Aroma pempek yang baru saja ia goreng menguar begitu menggoda. Ran duduk di salah satu kursi meja makan sambil memainkan ponsel.

Ran mengulurkan tangan kirinya yang memegang garpu untuk mengambil sepotong pempek yang sudah ia potong-potong sebelum memasak tadi.

Ia tenggelam dalam dunia maya dan kembali tersadar saat mendengar suara tombol pin pintu dimasukkan.

Ia melesat dari ruang makan menuju depan pintu dan berdiri manis di sana menunggu pintu terbuka, siap menyambut pemilik apartemen yang kembali.

Pintu itu terbuka lebar dan Deva tak mampu menyembunyikan senyum lebarnya ketika mendapati Ran di sana.

Matanya berbinar saat mengamati penampilan Ran, yang hanya memakai kaos dan celana pendek rumahan. Namun bukan itu yang membuat hatinya diselimuti rasa bahagia.

Penampilan sederhana Ran dilengkapi senyum manis gadis itu yang menyambutnya, seketika melenyapkan rasa lelah Deva seharian. Bagaimana jika setiap hari ia mendapatkan pemandangan seperti ini? Membayangkannya saja membuat Deva kian melebarkan senyumannya.

Tawa geli Ran tiba-tiba menyadarkan Deva. Ia menutup pintu di belakangnya lalu menghampiri gadis itu dengan raut heran.

"Ada apa?"

"Penampilanmu rapih sekali, tidak biasanya." Ran mengomentari cara berpakaian Deva hari ini yang berbeda. Biasanya pria itu selalu memakai kemeja dan celana jeans untuk bekerja, tapi baru kali ini Ran melihat Deva memakai setelan jas dan celana bahannya beserta dasi dan sepatu pantofel yang berkilat.

Deva berdecak. Ia merangkul Ran dan keduanya berjalan menuju meja makan. Wangi pempek yang tercium sejak ia masuk membuat kakinya melangkah otomatis ke sana.

"Meeting seharian dengan para pejabat perusahaan. Kau tidak akan mampu tertawa jika tahu bagaimana pusingnya delapan jam bersama dengan mereka."

"Apa seburuk itu?"

Deva mengangkat kedua bahunya tanda tidak mau berkomentar lebih atas pertanyaan tersebut. "Tapi aku terlihat sangat tampan dengan balutan jas formal ini, kan?" Tanyanya penuh percaya diri dan membuat Ran tertawa.

"Kenapa? Kenapa kau tertawa?" Tanya Deva bingung. Ia melepas rangkulannya pada Ran karena sekarang sudah berada di ruang makan.

Ia menaruh tas ranselnya di salah satu kursi lalu melepas jasnya dan menyampirkannya di sandaran kursi yang sama. Dalam satu tarikan, ia melepas dasi yang mengalung rapi di kerahnya lalu kemudian menggulung kedua lengan kemejanya sebatas siku.

The Last Goodbye (The Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang