Part 9 - Between Deva And Ran

5.6K 197 79
                                    

Maklumkan dengan typo ya..

Part ini bonus gak jadi di private deh.. tapi next part sudah pasti di private, jadi pastikan follow sebelumnya ya :D

Enjoy reading! Jangan lupa vommentnya ^^


Part 9 – Between Deva And Ran

Deva mencoba.

Ia hanya ingin memperbaiki keadaan dengan meminta maaf atas sikap ketusnya akhir-akhir ini. Ran benar bahwa ia plin-plan dalam bersikap. Ia baru saja menekan gadis itu tapi nyatanya ia tak mampu melangkah lebih jauh. Percakapan Alya dan Bima di mobil kemarin membuatnya berpikir banyak hingga sampai pada kesimpulan bahwa ia mungkin saja salah menilai keadaan.

Ia tak mengenal Ran dalam sampai dapat mengerti kapan gadis itu berbohong atau tidak. Tapi akhirnya ia pun menyerah untuk melawan kata nuraninya yang terus memberontak mengatakan sikapnya sudah keterlaluan.

Karena itu, ia membawakan Ran makan malam dengan niat baiknya untuk meminta maaf dan menyelesaikan 'perang dingin' yang ia cetuskan. Dan siapa sangka obat tidur yang Alya singgung menjadi kunci baginya melihat hati Ran yang sebenarnya. Gadis itu tak sekuat yang ia kira. Gadis itu hanya memakai topeng ketika di hadapannya dan yang lain karena tak ingin terlihat lemah. Gadis itu tidak baik-baik saja.

Deva patut bersyukur karena Ran bukan tipe gadis yang nekat. Tidak dapat ia bayangkan jika Ran benar melakukan hal yang tidak-tidak karena sikap bodohnya yang terbawa emosi. Jika itu terjadi, ia yakin saat ini sedang merasakan penyesalan mendalam.

Tapi sialnya, niat baik yang ia punya seolah tak pernah berakhir baik. Air mata Ran ikut menghanyutkannya sampai berani menyentuh gadis itu lagi, menciumnya. Ran sukses membuatnya mengakui dirinya sebagai pria brengsek karena menikmati momen itu padahal sebelumnya ia menuduh hal tidak baik pada Ran dengan bibirnya sendiri.

Mengingat kejadian semalam membuat Deva tersenyum tipis tanpa sadar. Jika waras, seharusnya Deva justru merasa takut untuk berdekatan dengan Ran karena menyadari hasratnya dapat tersulut dengan mudah seperti semalam. Dan apa yang dilakukannya saat ini cukup menjadi jawaban bahwa ia tidak lagi waras. Mungkin sebenarnya yang kejatuhan ratusan goodie bag adalah Deva dan bukan Ran.

Deva mengangkat satu tangannya lalu mengetuk pintu berwarna coklat di hadapannya. Satu tangannya yang lain menggenggam kantong plastik seperti semalam hanya saja kini kotak styrofoam putih yang berada di dalam.

Tak ada sahutan maupun tanda-tanda pintu itu akan dibuka membuat Deva mengetuknya lagi beberapa kali. Ia baru merogoh saku celana kainnya untuk mengambil ponsel saat terdengar suara kunci diputar dari dalam. Wajah letih dan khas baru bangun tidur Ran menyambutnya begitu pintu terbuka, membuat Deva harus menahan tawa.

Berbeda dengan Deva, gadis yang masih berada di ambang antara sadar dan tidak itu hanya mampu memandangi sosok tampan di hadapannya untuk meyakinkan dirinya bahwa ini bukanlah mimpi. Ia tak pernah melihat Deva berpakaian rapi sebelumnya karena pria itu selalu mengeluarkan kemejanya setiap pertemuan. Tapi kali ini, kemeja pria itu sangat rapih lengkap dengan jaket kulit coklat membuat Ran mengaguminya seketika dalam hati.

"Kau terlihat tidak baik. Apa obat tidurmu kurang?" Tanya Deva membuyarkan lamunan Ran yang hanya diam menatapnya sejak tadi. Bagai tersiram air dingin, Ran pun sadar dari setengah sadarnya lalu mendesis. Ia tentu tahu apa yang dimaksud 'obat tidur' oleh Deva.

Rasa kesalnya muncul lagi saat mendapati Deva sedang berusaha keras menahan senyumnya. Bisa-bisanya pria ini tersenyum tanpa beban setelah membuat Ran tak mampu memejamkan mata sampai pukul setengah empat subuh tadi?! Ia bahkan terpaksa tidur di sofa bed depan televisi karena menonton semalaman demi memejamkan matanya.

The Last Goodbye (The Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang