Part 14 - The Promise

4.6K 189 76
                                    

Bagi yang tidak mendapatkan notif dari update private, coba unfollow akun dan story ini lalu follow ulang.. Aku juga gak tau kenapa tidak ada notifnya :(

Jika dalam part ini ada kesalahan informasi atau merasa tidak masuk akal, mohon maaf ya.. pengetahuan penulis masih hanya sebatas searching :p

Jangan lupa vomment nya yaa.. Komentar yang baik membantu penulis untuk semangat menulis dan mengembangkan tulisannya juga ^^

Enjoy reading!

Part 14 – The Promise

Ran tak mengalihkan pandangannya dari kaca jendela di samping walau lehernya mulai terasa pegal karena harus menoleh sejak mereka naik ke dalam mobil. Ia tak mengatakan sepatah kata sama seperti Deva yang terlihat terlalu serius menyetir. Kedua tangan pria itu mencengkeram erat roda setir membuat Ran semakin berhati-hati hanya untuk menghembuskan nafasnya.

Jalanan yang padat di siang hari membuat perjalanan pulang menjadi lebih lama. Deva selalu menaikkan kecepatan setiap kali jalanan di depannya lebih lowong dan memiliki celah untuk menyalip. Ran tak tahu apa yang ada dalam pikiran Deva saat ini karena pria itu mendiamkannya sejak ia menjawab pertanyaan tadi.

"Turun!" Perintah Deva singkat begitu mereka sampai di lobby apartemen. Ran menurut dengan patuh. Ia melepaskan seatbelt lalu turun dan masuk ke dalam lobby menuju lift bersama yang tersedia.

Sedangkan Deva semakin mencengkeram erat roda kemudi lalu menggeram berat. Kepalanya yang sudah pusing sejak pagi kini bertambah mumet dengan apa yang baru saja didengarnya. Hari ini adalah hari yang panjang dan juga berat untuknya, seolah semua masalah sengaja bermunculan untuk dibereskan.

Pikiran dan hatinya bersama-sama mengeluarkan banyak pertanyaan secara menggebu-gebu dalam setiap langkah menuju lift. Terlihat sesekali Deva memijat pelipisnya saat otaknya memutar kejadian di rumah sakit tadi.

"Kau hamil?"

"Apa?!" Tanya Ran dengan ekspresi yang berubah drastis. Jika tadi ia terlihat lemah, cemas dan ingin menangis, sekarang justru ia melotot mendengarnya. Pertanyaan yang sebenarnya tidak perlu ia pusingkan karena memiliki jawabannya, namun sukses membuat emosi berkumpul menjadi satu bernama amarah.

"Lalu apa yang kau lakukan berkunjung ke dokter kandungan jika bukan karena hamil?" Desak Deva lagi dengan nada lebih ngotot. Sungguh, ia sudah tidak dapat menahan rasa penasarannya lebih lama. Ia sudah sangat gemas dengan Ran yang terlalu bertele-tele dan memperpanjang pembicaraan mereka.

Ran mendengus kasar masih dengan mata yang balas menatap Deva dengan tajam. Ia kemudian mengangkat satu kakinya lalu menginjak salah satu kaki Deva dengan kencang membuat pria yang terlihat angkuh beberapa menit lalu berteriak kesakitan dan menarik perhatian orang-orang di sekitar.

"Otakmu perlu direparasi dan digali lebih dalam!" Seru Ran galak. Mungkin otak Deva sudah terlalu penuh terisi hal-hal mesum sehingga membuat pikiran pria itu begitu dangkal.

Well, malangnya Deva yang sama sekali tidak tahu bagaimana perubahan emosi Ran di saat sensitif masa periodnya. Atau seharusnya Deva bersyukur karena hanya kakinya yang menjadi korban, walau ia tak yakin kakinya akan baik-baik saja setelah ini.

Deva meringis dan mengaduh. Mulutnya sudah terbuka ingin mengeluarkan sumpah serapah namun tertahan karena melihat Ran menatapnya lebih galak. Masih menahan rasa sakit, Deva berusaha berdiri tegak agar setidaknya harga dirinya masih bisa diselamatkan walau sedikit. Masa keadaan berbanding terbalik dalam sekejap? Deva gengsi jika terlihat lemah!

"Wanita hamil biasanya sangat sensitif sepertimu ini!"

"Mana ada wanita yang hamil mendapat hari pertama periodnya kemarin?! Dasar bodoh!!" Maki Ran dengan sepenuh hati, lengkap dengan pukulan dari tas tangannya di tubuh Deva, yang berusaha menghindar.

The Last Goodbye (The Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang