Part 20 - The Triangle Story (2)

4.9K 179 32
                                    

Warning 18+! Masih tentang tiga sahabat yaa.. haha

btw, aku butuh input dari kalian dong.. menurut kalian cerita The Last Goodbye ini apakah alurnya terlalu lambat atau terlalu cepat? gimana pekembangan alur dan karakternya?

Ditunggu selalu vomment atas ceritanya yaa ^^ ssttsss.. Ran and Deva are waiting in the next chapter!

Pardon the typos!


Part 20 – The Triangle Story (2)

Urusannya di kamar mandi baru saja selesai dan ia tidak tertarik sama sekali untuk menguping pembicaraan mereka, hanya saja namanya disebut beberapa kali membuatnya tidak mampu menahan rasa penasaran. Lagi pula, mereka berbicara di tempat yang terbuka dan terlebih lagi secara terang-terangan, yang berarti siapa saja bebas mendengar.

Alya bersumpah ia tidak pernah memiliki keinginan mencekik seseorang sekuat ini sebelumnya. Setiap perkataan dari empat orang pria yang sedang mengobrol secara terang-terangan di salah satu meja di bawah tangga terekam sangat baik dalam otaknya, membuatnya cukup takjub ia memiliki kapasitas otak yang kuat.

"Alvin membiarkanmu kali ini. Padahal batas waktu taruhan sudah lewat." Ujar pria yang Alya tahu bernama Ivan pada Rio, yang duduk tepat di sampingnya. Rio tidak mengatakan apa-apa untuk menanggapi dan terus menegak minuman bersoda di tangannya. Ia ingat masih harus menyetir untuk mengantarkan Alya dan Ran pulang, jadi walau hanya sedikit saja kandungan alkoholnya lebih baik ia tidak menyentuh bir sama sekali.

"Benar, Alvin tidak biasanya bermurah hati." Sahut Ardi, pria dengan jaket kulit hitam.

"Tapi yang paling menakjubkan lagi justru Mario yang berani mengambil taruhan ini. Kupikir dia tidak mau karena mereka bersahabat dekat." Kata Ivan lagi membuat yang lain mengangguk setuju.

"Lalu kapan kau akan memutuskan Alya? Batas perjanjiannya sudah dekat, pengumuman kelulusan sebentar lagi." Tanya Ardi teringat semua perjanjian dalam taruhan yang mereka lakukan tahun lalu.

Tangan Alya terkepal kuat di sisi pinggang. Bukan air mata yang mendesak keluar namun amarah. Entah perjanjian apa yang dimaksud tapi ia bisa mencerna obrolan mereka dengan mudah. Usaha Rio selama ini hanya main-main sekedar sebuah taruhan, sementara ia tak pernah main-main menanggapi pria itu.

"Entahlah." Sahut Rio dengan sikap cueknya. Ia tidak ingin memikirkan masalah ini sekarang walau jujur saja ia belum tahu bagaimana melakukannya.

"Kenapa tidak sekarang saja?" Sahut Alya tiba-tiba sambil berjalan mendekat. Kedua matanya memancarkan amarah menatap lurus mata Rio. Jika yang lain sudah terlonjak kaget sampai berdiri karena terpergok oleh Alya, Rio justru masih duduk dalam diam.

"Jawab aku, brengsek! Katakan sekarang!" Bentak Alya tajam.

Rio berdiri lalu menghampiri Alya masih dengan sikap tenang. Ia meraih tangan Alya namun ditepis gadis itu kasar, seolah jijik disentuh olehnya. "Berikan aku waktu untuk menjelaskan." Pintanya.

Alya tertawa sinis lalu menatap satu per satu empat pria di hadapannya lalu berhenti tepat di mata Rio. "Kenapa? Di sini ada banyak sahabat brengsekmu yang menyaksikan kemenanganmu telah mempermainkanku!"

"Al.." Rio berusaha meraih Alya lagi untuk membawa gadis itu ke tempat yang lebih sepi agar mereka bisa bicara berdua tapi tidak berhasil. Rio sudah berjanji pada dirinya bahwa ia tidak akan membela diri nantinya. Ia sudah salah besar sejak menerima taruhan dari Alvin dan tidak ada pembelaan yang bisa membenarkan tindakannya ini.

The Last Goodbye (The Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang