Part 6 - A Confusion

3.3K 154 19
                                    

Chapter 6 – A Confusion

"Revisi dari awal! Apa kau tidak memperhatikan meeting sebelumnya??"

Ran terlihat gelagapan setelah mendapat nada tegas disertai tatapan tajam dari lawan bicaranya, Deva. Pria itu kali ini menjadi Ketua Pelaksana 1 Children Project yang akan diselenggarakan akhir bulan depan sehingga segala sesuatu yang berkaitan dengan acara harus sesuai dengan persetujuannya.

Ran cukup heran dengan pemilihan kali ini mengingat biasanya Deva lebih sering mengikuti project yang lebih besar karena dirinya yang menjabat sebagai wakil sekertaris cabang Jakarta.

Dan katakanlah Ran sedang sial karena tingkah Alya, ia pun mendapat jabatan wakil ketua acara di project kali ini. Sepertinya Alya memang tidak akan pernah puas jika belum mendorongnya hingga tercebur dan basah kuyub dalam komunitas ini. Dan sialnya lagi, sang Ketua Pelaksana 1 bertingkah berbeda seperti apa yang barusan ia alami.

Sikap Deva seperti tak mengenal Ran sama sekali dan menganggap seperti atasan dengan bawahan. Seolah pembicaraan mereka di Cafe minggu lalu hanya sebuah khayalan belaka atau mungkin Deva yang sedang amnesia? Jelas-jelas pria itu mengatakan berulang-ulang betapa menyesalnya ia atas apa yang terjadi, tapi selang seminggu justru memperlakukan Ran dengan dingin dan sangat cuek.

"Um.. aku memang tidak datang di meeting terakhir, tapi tidak ada yang mengatakan bahwa ada revisi pada rundown."

"Itu tugasmu untuk bertanya dan memastikan hasil meeting kemarin! Revisi rundown nya sekarang! Aku mau semuanya selesai sebelum meeting sore nanti!" Jawab pria berkaos hitam tersebut dan melenggang pergi tanpa bersalah. Sedangkan Ran menghela nafas berat.

Ia pun memutuskan untuk ikut beranjak dari tempat itu dan menuju ke sebuah ruangan yang terdapat tiga komputer di dalamnya. Ran mengambil tempat di balik komputer yang paling ujung agar ia dapat berkonsentrasi dan tidak mudah diganggu oleh orang-orang yang masuk.

"Ran, apa yang kau lakukan di sini? Tadi kau mengajakku untuk membeli perlengkapan?" Suara Dio, sang Ketua Acara, menghentikan gerakan jari-jari Ran di atas keyboard hitam. Ran mengalihkan pandangannya pada fulltimer yayasan yang dikenal senior di tempat tersebut.

"Mas kenapa tidak memberi tahuku kalau ada revisi rundown?" Tanya Ran berusaha menahan nada kesalnya agar tidak terkesan tidak sopan pada sosok yang dihormati di tempat ini.

Dio menghampiri gadis berwajah masam di balik komputer itu lalu memerhatikan kertas yang terletak tepat di samping keyboard. "Apakah ada revisi? Aku tidak mengingatnya." Jawabnya bingung namun tanpa rasa bersalah sedikit pun.

Ran menghela nafas lelah. "Ketua Pelaksana 1 baru saja memarahiku, mas." Adunya tanpa rasa canggung. Lagi pula, siapa yang pernah canggung dengan Dio? Semua volunteer di sini memang menghormati Dio namun tak pernah mereka merasa takut apalagi canggung. Pembawaan Dio yang sangat santai dan hampir tidak pernah serius membuat orang-orang baru pun menjadi merasa diterima dan mudah dekat dengannya. Termasuk Ran, yang baru pertama kali ini bekerja sama di bawah Dio langsung.

"Siapa yang memarahimu? Deva?"

Ran mengangguk cepat tapi Dio justru tertawa, entah menertawakan apa, membuat Ran menatapnya dengan raut wajah yang semakin ditekuk.

"Mas!" Tegurnya kesal.

"Wajahmu sangat tidak enak dipandang, Ran!"

"Aku serius, mas!"

"Deva itu jarang-jarang marah. Tapi biasanya orang-orang yang ia marahi bakal jadi calon penerus yang berkualitas."

"Aku tidak bangga sama sekali." Dengus Ran dengan rasa kesal yang tak berkurang sedikit pun.

The Last Goodbye (The Series)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang