8. Smile

27.3K 4.8K 324
                                    

Tolong kasih apresiasi ke aku, huhu:( Karna di chap ini aku ngetik ulang, tadinya aku udah ngetik panjang terus hp ku ngelag, trus ilang tanpa sisa. Tolong. Aku hampir menangos.

Nowplaying nya: Day6-I Smile.

Warn: typo parah.


***

Mata Seongwoo terpejam, namun beberapa detik setelahnya kembali terbuka saat merasakan seseorang memasuki ruang kerjanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mata Seongwoo terpejam, namun beberapa detik setelahnya kembali terbuka saat merasakan seseorang memasuki ruang kerjanya.

"aku baru saja hampir membunuhmu. Biasakan mengetuk, Hyung" genggaman tangannya mengendur pada sebuah pistol S&W 500 Magnum miliknya, mengira mansionnya disusupi musuh.

"aku sering masuk tanpa mengetuk dan kau terlihat biasa, ada apa denganmu?" lelaki bertubuh lebih pendek dari Seongwoo itu mendaratkan bokongnya pada sofa hitam.

Seongwoo memijat keningnya pelan, "hanya sedikit lelah"

"kau bermimpi buruk lagi?" tebak Sungwoon yang langsung diangguki. "dan memikirkan Arly?" timpalnya.

Memang akhir-akhir ini Seongwoo terus didatangi mimpi buruk, hingga membuatnya tak bisa tertidur, dan berakhir dimeja bar, dengan meneguk sebotol alkohol berkadar rendah. Ditambah pikirannya terus tertuju pada wanita yang membuat kepalanya bertambah sakit.

"Arly baru saja sembuh, dan sekarang kau. Apa kalian bergantian? Atau malah berjodoh?" tanyanya diselingi seringai.

Seongwoo menghela nafas berat, menatap tajam Sungwoon "jangan berhalu, kau sudah tua." ujarnya singkat namun langsung mendapat respon cepat dari lelaki itu "YAK! Jangan membawa umur."

Seongwoo menarik sudut bibirnya kecil, "aku harus kemana hari ini?"

Sungwoon menggeleng, "aku akan menggantikanmu hari ini. Beristirahatlah dikamar, jangan disini." ujarnya beranjak dari duduk, menepuk bahu Seongwoo kemudian meninggalkan lelaki itu.

Kaki Sungwoon berjalan menaiki tangga menuju kamar Arly, mengetuknya sedikit keras, tak menunggu waktu lama wanita itu sudah berada di hadapannya "hai, masuklah" sapanya.

Sungwoon memiringkan kepalanya, berpikir apa ia seakrab itu dengan Arly sampai-sampai wanita itu menyapanya seperti teman bermain, "Seongwoo sakit." ujarnya langsung pada inti karna hari ini ia tidak mempunyai banyak waktu.

Sontak Arly menoleh cepat dengan ekspresi terkejut, namun sedetik kemudian ekspresi terkejut itu berganti menjadi ekspresi khawatir, "kau harus cepat menghubungi Jennie"

Sungwoon menggeleng, "dia tidak membutuhkan Jennie, tapi membutuhkanmu."

"aku?" Arly menggunakan jari telunjuknya, menunjuk dirinya sendiri.

Sungwoon mengangguk mantap.

Arly menunduk, menutupi wajah sedihnya, "aku bukan siapa-siapa, dia tidak mungkin membutuhkanku." ujarnya memunggungi Sungwoon agar lelaki itu tidak melihat raut wajahnya.

Dominance ¦ Ong SeongwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang