20. Gunshots

22.9K 4K 837
                                    

Iya kan dah ku bilang, kemaren hanya janji busuk ku aja heehehe.



***

"Tuan Seongwoo memanggil anda." ujar bibi Ahn datang, menatap Sungwoon.

Arly bernapas lega, ia berpikir Seongwoo akan menangkap basah Sungwoon yang tengah menolongnya.

Lelaki bertubuh sedikit kecil itu mengangguk mengerti, sempat menepuk kaki Arly sebelum meninggalkan dua wanita yang saling menatap itu.

"kau sudah lebih baik?" tanya bibi Arly menempelkan punggung tangannya di dahi Arly, memeriksa suhu wanita cantik itu.

"sedikit." jawab Arly diiringi ringisan kecil.

"beristirahatlah." suruhnya menarik selimut Arly sampai dada. Bibi Ahn kemudian tersenyum, ingin melanjutkan pekerjaannya namun lengannya ditahan oleh tangan kurus si kecil.

"boleh aku bertanya sesuatu?" tanya Arly pelan yang diangguki bibi Ahn, wanita paruh baya mendudukkan diri di pinggir ranjang, menatap Arly penuh tanya.

"Mirae dan Mina, mereka adik Seongwoo?"

"mereka sangat berbeda bukan? Mirae dan Mina kembar tidak identik. Sifatnya pun berbeda jauh, mereka anak dari ibu tiri Tuan Seongwoo." jelas bibi Ahn.

"lalu kenapa Dia memanggil Mina dengan marga Kang?" tanyanya semakin antusias.

"sudah pernah saya katakan, Marga Ong adalah marga mutlak. Marga yang hanya dimiliki oleh orang yang mempunyai darah Ong, dan mereka tidak bisa memakai marga itu walaupun sudah menjadi keluarganya. Tentu saja karena mereka tidak sedarah."

Arly mengangguk mengerti, sedang matanya berkedip teratur.

"ada lagi yang membuat gadis cantik ini penasaran?" ujar bibi Ahn merapikan rambut Arly, agar terlihat lebih cantik.

Wanita kecil menggeleng lalu tersenyum tulus saat merasakan lembutnya jari bibi Ahn, "tidak, terimakasih."

"kalau begitu saya permisi." pamitnya diiringin senyum.


***

"kau memanggilku?" tanya Sungwoon memasuki ruangan bermarga Ong itu, menemukan lelaki itu sedang mengelap Desert Eagle nya dengan serius.

Desert Eagle, salah satu jenis pistol yang mempunyai daya tembak paling mematikan. Pistol dengan berat 2 kg ini mampu membuat targetnya meledak dan hancur.

"tunggu di lapangan, aku ingin bermain dengan kesayanganku sore ini." ujarnya tanpa menoleh kearah Sungwoon. Masih fokus mengelap bagian sela pistol, walaupun benda itu sudah bersih dan mengkilat.

Lelaki berambut coklat gelap itu mulai merasakan hawa yang tidak bagus, "Baik."

Setelah Sungwoon berlalu dari ruangannya, Seongwoo mencengkram pistol itu kuat. Memusatkan amarahnya pada benda berbahaya itu. Ya, lelaki itu melihat semua apa yang dilakukan Sungwoon kepada Arly tadi.

Langkah kaki panjang itu mulai mengurai bersamaan dengan hawa gelapnya menuju lapangan tembak, setiap langkahnya bagaikan tanda bahaya besar yang siap terjadi kapan saja.

"berdiri disana." ucapnya setelah memilih pistol mana yang akan ia gunakan terlebih dahulu, matanya mengisyaratkan Sungwoon untuk berdiri dan menjadi targetnya.

Sungwoon sudah merasa perasaannya tidak enak sejak awal, ia menuruti lelaki tersebut, dengan pasrah berjalan menjauhi Seongwoo, dan berdiri tepat di titik target yang sudah ditandai. Meletakkan sebuah apel di atas kepalanya, yang sebelumnya diberikan oleh salah satu anak buahnya sebab diperintah langsung oleh Tuan besar.

Dominance ¦ Ong SeongwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang