Semenjak putra kecilnya hadir, Seongwoo lebih suka menggunakan waktunya untuk memandangi atau bermain bersama bayi kecil itu alih alih sibuk bekerja menemui lelaki-lelaki tua berpakain rapih yang berlomba ingin bernegosiasi dengannya.
Jangan kira Arly tak senang, wanita cantik itu bahkan sebelum tidur selalu mengucapkan rasa syukur atas apa yang ia rasakan sekarang. Ditambah melihat Seongwoo yang memberikan kasih sayang yang berlimpah untuk anaknya.
"cepat besar ya nak, papa akan mengajakmu berlomba menjual-belikan saham."
Arly mengernyit dalam ketika mendengar penuturan aneh Seongwoo, "menjual-belikan saham?"
Seongwoo yang sedang asik memberikan kecupan ringan di wajah anaknya menoleh, lalu mengangguk "kenapa?"
"tidak."
Dan kali ini mereka sedang berada di kamar mewah seorang Ong Seongwoo, lelaki itu yang meminta agar anaknya dan Arly untuk tinggal satu kamar dengannya, lagipula mempermudah akses ia untuk menemui jiplakannya.
"kau terus memandangnya, itu hanya foto amatir." tegur Seongwoo melihat Arly yang serius menatap selembar foto berukuran 5R.
Foto yang sudah dicetak itu adalah foto dadakan yang diambil setelah sehari Arly melahirkan, menggunakan handphone Sungwoon atas permintaan si wanita. Foto yang berisi Arly, Seongwoo, dan si kecil.
Arly tersenyum, "tapi entah kenapa aku selalu merasa bahagia melihatnya." wajahnya menunduk kembali melihat foto tersebut. "ahh iya, aku lupa, aku harus memompo air susuku." lanjutnya ingin meninggalkan Seongwoo, namun dengan cepat ditahan lelaki tersebut.
Dan setelah seminggu sejak kelahiran bayi laki-laki itu, selama itu pula Arly selalu berusaha memberikan banyak stok asi dilemari es.
"tidak bisakah kau berhenti menyetok air asi mu? Kau ada disini jika ia menangis karena lapar."
"boleh aku berbicara sesuatu?" tanya Arly tanpa mempedulikan ucapan Seongwoo. Sedang lelaki itu menatap Arly dengan tatapan bertanya.
"mulai sekarang Tuan tidak perlu berpura-pura mencintaiku lagi." nadanya pelan. "Jaeyoung sudah lahir, Tuan boleh memperlakukan aku seperti dulu."
Hati Seongwoo berdenyut perih tanpa disadari saat mendengar wanita itu memanggilnya Tuan.
Ong Jaeyoung, nama bayi kecil tampan itu yang diberi nama langsung oleh sang ayah.
"tugasku sudah selesai." Arly melanjutkan dengan nada pelan, bersamaan dengan suara tangis Jaeyoung, membuat Seongwoo tak mendengar apa yang wanita itu ucapkan.
"oppa! Jadi oppa tidak memperbolehkanku kemari karena jalang ini mengandung anak op—bukan mengandung tapi melahirkan?!" omel Mirae tiba-tiba datang bersamaan sentakan highheels nya.
"diamlah. Anakku sedang tidur." jawab Seongwoo acuh, lebih memilih menikmati pemandangan Arly yang sedang menyusui Jaeyoung.
Mirae menganga tak percaya, lalu menatap sinis Arly, "tidak bisakah kau berhenti memamerkan payudara implan mu itu." katanya melihat Arly yang santai menyusui.
Arly mengernyit, "implan itu apa?"
Mirae berdecih meremeh, "memang pada dasarnya otak maid itu bodoh."
Arly menelan ludah kasar mendengar cemoohan dari gadis cantik dihadapannya. Ia menahan untuk tidak melawan gadis itu mengingat bagaimana Seongwoo pernah memberikannya hukuman karena melawan gadis sombong tersebut.
"pergilah, Mirae. Jangan menganggunya." kata Seongwoo masih dengan nada pelan.
"apa oppa percaya jika anak itu adalah anak oppa? Dia pasti tidur bersama banyak pria."
"Mirae, sekali lagi. Pergi atau aku melakukan sesuatu yang tidak kau inginkan." ujarnya memperingatkan dengan nada dingin. Membuat gadis itu dengan cepat meninggalkan kamar kakaknya.
"Jaeyoung sudah tertidur." ucap Arly menidurkan bayi laki-laki tersebut ditengah-tengah ranjang king size milik lelaki kaya raya itu.
"aku akan ke kamarku." pamitnya. Namun sepertinya Seongwoo tidak terlalu mendengarkan karena sibuk menciumi jagoannya.
Arly menatap Seongwoo dengan perasaan hampa, ia mengurai langkahnya menuju kamar belakang, kamar yang ditempatinya dahulu, kamar maid.
"kenapa nyonya kemari? Nyonya membutuhkan sesuatu?" tanya bibi Ahn yang melihat wanita tersebut.
Arly tersenyum lalu menggeleng pelan, "aku hanya ingin beristirahat di kamarku."
"tapi kamar nyonya adalah kamar Tuan, bukan disini."
"bibi Ahn." panggil Arly sebelum melanjutkan, "tolong berhenti memanggilku nyonya, aku Arly. Aku memang melahirkan anak Tuan Seongwoo, tapi bukan berarti aku nyonya disini." nada bicaranya lembut diselingi senyum kecil.
"memang benar! Tahu diri juga rupanya." sambar seseorang, siapa kalau bukan Mirae dengan wajah sinis. "jangan berlagak seperti nyonya disini, posisi mu sudah pantas menjadi maid."
"apa kau sangat membenciku?" tanya Arly penasaran karena gadis itu terus menganggunya.
"sangat." jawabnya tanpa ragu.
"boleh aku tahu alasannya?"
"kau itu bodoh! Jelek, tidak tahu diri, beraninya merayu oppa hingga menghamilimu. Kau pasti menjebaknya karena ingin memanfaatkannya. Dan bagaimana jika anak oppa nanti mengikuti sifat bodohmu? Tidak bisa dibayangkan!"
"tidak bisakah kau hanya mengataiku? Tolong jangan anakku. Dia tidak salah."
"mimpi buruk apa keponakanku mempunyai ibu bodoh sepertimu, apa kau tidak malu jika nanti melihat anakmu bodoh karenamu?"
"dia akan seperti ayahnya."
"itu harus! Keponakanku juga mungkin tidak ingin memiliki apa yang kau turunkan. Tidak sudi."
Apakah seburuk itu? Arly menjadi merasa bersalah pada anaknya. Ia tidak ingin menurunkan kebodohannya pada anaknya, ia tidak ingin Jaeyoung menurunkan apa yang ia miliki, seperti apa yang Mirae bilang. Anaknya pasti akan malu mempunyai ibu seperti dirinya. Bodoh dan menjijikkan.
Ditambah jika Jaeyoung tahu ia masih dibawah umur ketika melahirkannya, apa yang anaknya pikirkan nanti? Arly benar-benar merasa bersalah kepada Jaeyoung karena telah mempunyai ibu yang buruk.
Seruan seseorang membuyarkan pikirannya, Jaeyoung menangis. Tanpa berpikir dua kali, Arly berlari menuju kamar Seongwoo, dengan sigap Arly langsung menyusui bayi yang nampak kehausan itu, tanpa memalingkan wajahnya, Arly terus memandang Jaeyoung dengan perasaan bersalah.
"jadilah anak yang baik." Arly mengecup dahi kecil putranya.
"aku ingin bertemu bibi Ahn sebentar." izin wanita bermanik biru itu kepada Seongwoo setelah memastikan Jaeyoung kembali tidur dengan nyenyak.
"kau bisa menyuruh bibi Ahn untuk kesini, tidak perlu menemuinya di dapur."
Arly menggeleng pelan, "aku akan menemuinya sebentar. Aku akan kembali."
Namun sampai hari selanjutnya, Arly tidak kembali.
***
Guys, wdyt tentang orang yang merendah untuk meninggi?
KAMU SEDANG MEMBACA
Dominance ¦ Ong Seongwoo
Fanfiction[COMPLETED] Ya. Dia selalu mendominasi hidupku dengan kelembutan, kebaikkan, serta perhatian yang membuatku lupa dengan posisi ku. Tapi, sampai hari itu tiba, dia mulai mendominasi dengan sikap dingin dan arogannya. -Arly ©2017 parksecret