Selamat malam jum'at❤
***
"apa kau merasa dirimu cantik? Hah! Kau harusnya sadar, kau ini dipungut! Malah bertindak semaunya." bentak pelayan mempunyai mata sipit khas Asia, Kay.
"aku ha—"
"diam bodoh! Kau pikir kau siapa sampai membuat Tuan repot-repot membawakanmu makanan! Kalau kau benar-benar tidak merubah sikapmu, aku tidak segan merusak wajahmu! Mengerti!!" balas pelayan yang sudah sering menganggu Arly, Sarah.
Arly menganggukan kepalanya paksa, pakaiannya basah akibat Sarah mendorongnya ke danau buatan yang berada dibelakang mansion. Kulit dijari-jari tangan dan kakinya pun berkeriput akibat terlalu lama terendam diair. Bibirnya bergetar selagi menahan angin yang menerpa tubuhnya.
"apa tidak terlalu berlebihan?" tanya Isabel, pelayan yang ikut menghakimi Arly-lebih tepatnya ia menjaga keadaan sekitar.
"ini pantas untuk wanita penggoda seperti dia" ujar Sarah telak, lalu ketiganya pergi meninggalkan Arly yang terduduk sambil menangis.
Arly berjalan dengan gontai hendak memasuki area mansion, dan langsung mendapat perhatian penjaga sekitar. Selang beberapa detik bibi Ahn datang bersama beberapa pelayan dengan wajah terkejut "apa yang terjadi pada nona?" tanyanya khawatir.
Arly mencoba tersenyum kecil, "aku bermain di danau, tapi terpeleset. Bibi tau aku 'kan, aku ceroboh"
"nona bisa memanggil saya atau pelayan lain jika membutuhkan sesuatu atau ingin ditemani, jangan pergi sendiri, itu bisa membahayakan nona." omelan bibi Ahn terdengar seperti seorang ibu yang kesal karna anaknya yang nakal.
Mata Arly menyipit, membentuk sebuah senyuman kecil mendengar ucapan bibi Ahn "aku akan lebih berhati-hati"
"mari saya bantu membersihkan tubuh nona" ujar bibi Ahn membantu Arly berjalan.
"terimakasih"
"biar saya temani" ujar bibi Ahn melihat Arly hendak ke kamar kecil sendiri, namun wanita itu menggeleng "aku akan sendiri. Aku mempunyai luka yang mengerikan, bibi tidak seharusnya melihat."
"saya sudah melihatnya, waktu pertama kali nona kesini. Saya membersihkan tubuh nona dan memakaikan baju untuk nona. Jadi nona tidak perlu mengkhawatirkan apapun, mari saya bantu"
Arly sedikit terkejut dengan apa yang baru saja didengarnya, namun perasaanya terasa lega. "baiklah"
***
Seongwoo membuka pintu kamar Arly, menemukan wanita itu meringkuk didalam selimut tebal. Seongwoo mendekatkan diri, ingin melihat lebih jelas keadaan wanita itu, wajahnya terlihat pucat.
Setelah mendengar maid memberitahu bahwa Arly sakit, Seongwoo langsung pulang saat itu juga, ia mengabaikan rapat yang sudah hampir ditunda sampai 3 kali.
"kau sudah menghubungi Jennie?" tanya Seongwoo menoleh kearah Sungwoon, "sudah."
"keluarlah, aku akan disini" suruhnya, tanpa perlu memerintah dua kali, Sungwoon keluar dengan senyum kecil.
Seongwoo menaiki ranjang, memposisikan dirinya miring memeluk Arly "kau sudah makan?" tanyanya berbisik. Seongwoo juga tidak tau kenapa ia bisa melakukan hal ini.
Arly membuka matanya perlahan, kepalanya terasa begitu berat, "Seongwoo" suaranya terdengar lirih.
"hm, aku disini. Kau sudah makan?" tanyanya sekali lagi.
Arly mengangguk pelan "maaf, aku merepotkan mu" matanya menatap lelaki tampan tersebut.
Seongwoo menggeleng, "tidak. Jennie akan segera datang." Seongwoo bangkit dari posisinya. Dan Arly terlihat kecewa karna dua hal, pertama, karna Seongwoo melepas pelukannya, kedua, karna Seongwoo akan bertemu Jennie.
Arly terdiam, matanya bergerak menahan rasa aneh yang membuncah didadanya. Dan rasa aneh itu semakin memenuhi dadanya ketika melihat Jennie yang baru saja selesai memeriksanya, berjalan keluar kamar bersama Seongwoo, mereka juga terlihat mengobrol bersama.
"apa kau menyuruhnya untuk kerja rodi disini? Tubuhnya kurus Seongwoo, kau harus memberinya makan yang banyak." ocehan Jennie seperti merusak telinga Seongwoo.
"bukan aku, tapi chef disini yang tidak becus" si lelaki tengah membela dirinya sendiri. "aku akan memecatnya."
Mata Jennie memutar tak suka "kau juga salah, apa aku yang harus memecatmu?! Nafsu makannya bisa bertambah jika ada seseorang yang menemaninya,"
"dia bisa menyuruh maid kalau sekedar untuk menemaninya."
"bukan menemani seperti itu, tapi menemani dalam artian kalian makan bersama, memangnya kau menginzinkan Arly makan bersama dengan maid? Tidak 'kan? Hah, otak cerdas mu ternyata bisa bodoh" omel Jennie panjang, nadanya seakan gemas dengan tingkah tidak biasa lelaki itu.
"kau terus mengomel panjang, tidak berubah." ujar Seongwoo jengah. "tunggu. Apa kau baru saja mengeluarkan isi hatimu yang terdahulu?" Seongwoo duduk di sofa besar mewah di ruang santainya. Diikuti Jennie yang sekarang berada dihadapannya.
Jennie menatap Seongwoo tidak suka, "jangan membahas yang sudah berlalu, Seongwoo." wajahnya merengut.
Seongwoo menyeringai "Jennie Oh. Kau tidak seharusnya melupakan momen bahwa kau pernah mendesah dibawahku"
Jennie berdecak meras, "Geez. Jangan pernah membahas itu brengsek! Aku hanya sedang khilaf melakukannya bersamamu. Dan aku akan mengubur ingatan itu selamanya. Dengar, S-E-L-A-M-A-N-Y-A" wajah Jennie memerah mengingat masa kelamnya.
"kalian pernah tidur bersama?"
Sontak kedua insan yang tengah bertengkar itu menoleh kearah sumber suara, menemukan Arly yang berada di tangga sedang menatap mereka dengan tatapan kaget.
"Arly, kau seharusnya beristirahat dikamar." ujar Seongwoo cepat.
Arly terdiam sejenak, lalu mengukir sebuah senyum palsu disana, "aku akan beristirahat," balasnya kembali menaiki beberapa anak tangga untuk dapat sampai dikamarnya.
Padahal maksud Arly keluar kamar ingin menemui Seongwoo, meminta lelaki itu menemaninya. Lancang memang, tapi ia benar-benar membutuhkan lelaki itu.
"apa tidak apa-apa, dia mengetahuinya?" tanya Jennie khawatir, ia melihat bagaimana senyum Arly terlihat seperti topeng. Ia juga wanita dan perasa.
"dia bukan siapa-siapa, kenapa harus mengkhawatirkannya." jawab Seongwoo terlontar begitu saja tanpa lelaki itu sendiri sadari. Dan Arly masih bisa mendengar setiap kata yang baru saja keluar dari mulut Seongwoo.
"ya, aku memang bukan siapa-siapa. Aku seharusnya sadar akan hal itu." gumam Arly pelan, menertawai dirinya sendiri dalam hati, dengan sedikit sikap lembut lelaki itu saja, Arly menganggap Seongwoo mempunyai rasa padanya. Padahal salah besar.
"jangan berbicara seperti itu! Kau belum merasakan hal yang dinamakan karma, bisa saja dia yang kau bilang 'bukan siapa-siapa' akan menjadi orang yang paling penting dalam hidupmu."
"kau tidak tau yang sebenarnya terjadi." Seongwoo tiba-tiba menjadi lebih serius setelah merasa sadar apa yang tadi ia ucapkan. Seongwoo merasa aneh, ia dipenuhi rasa kalut sekaligus khawatir.
"aku benar-benar bersyukur karna kita berpisah, sehingga aku tidak memenuhi hidupku dengan dosa karna terus mengumpatmu" Jennie kemudian beranjak, meninggalkan Seongwoo yang terdiam.
Tidak, ucapnya dalam hati. Kenapa ia harus khawatir? Tujuan awalnya adalah membuat Arly jatuh cinta padanya dan memperlihatkan kepada Sihyuk bahwa ia bisa dengan mudah merebut wanita lelaki itu. Bukan seperti ini. Ini salah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dominance ¦ Ong Seongwoo
Fanfic[COMPLETED] Ya. Dia selalu mendominasi hidupku dengan kelembutan, kebaikkan, serta perhatian yang membuatku lupa dengan posisi ku. Tapi, sampai hari itu tiba, dia mulai mendominasi dengan sikap dingin dan arogannya. -Arly ©2017 parksecret