"ak-aku tidak sadar, terjadi begitu saja" cicitnya pelan, kepala si wanita dibuat menunduk dalam.
"apa yang membuatmu tanpa sadar melakukannya?" suara tegas mendominasi ucapan si lelaki, matanya menajam memperhatikan wanita bertubuh kecil dihadapannya.
Wanita itu menggeleng kecil, "aku tidak tau, tapi kepa—"
"bisa kau jelaskan apa yang terjadi?" potong Seongwoo saat matanya menangkap sebuah luka di jari dan telapak Arly, meraih tangan tersebut untuk ditunjukkan kepada si wanita.
Mata Arly membesar, bibirnya tiba tiba mengering "itu hanya kecerobohan ku" jawabnya yakin walaupun Seongwoo tau wanita itu berbohong.
"kau sudah makan?" tanya Seongwoo mengalihkan pembicaraan, tanpa sadar tubuh Arly merileks saat lelaki itu tak menanyakan lebih lanjut.
Arly mengangguk "dari jam 7 tadi" jawabnya setelah melihat jam dinding yang sekarang menunjukkan pukul 11 malam.
"besok aku akan memanggil dokter untuk memeriksa mu, istirahatlah." ujarnya pelan, terkesan lembut mungkin?
Arly mengangguk sambil menahan senyum malu akibat ucapan pelan Seongwoo.
Kemudian lelaki itu memastikan Arly sudah mendapatkan posisi nyaman, kakinya melangkah keluar meninggalkan kamar si wanita sebelum berucap kepada bawahannya "ambil semua benda tajam dikamarnya saat ia tidak ada"
"baik, tuan"
***
Seongwoo menggeram kesal, pikiran dan matanya sedang tidak ingin di ajak bekerja sama. Ia lelah, namun pikirannya terus berjalan tanpa henti memikirkan sesuatu yang mengusik. Matanya terpejam, tapi setelah beberapa detik akan kembali terbuka karna merasa gagal masuk ke zona nyenyak.
Ia bangkit dari ranjang, meraih sesuatu di meja nakas dan berjalan menuju balkon, mengeluarkan sebuah rokok dibungkusan yang ia genggam, dan menempelkan ujung rokok tersebut pada api yang timbul dari koreknya
Sebuah asap mengebul dari mulut si lelaki, menyatu bersama angin malam. Seongwoo bukan perokok aktif, ia hanya menjajal benda panjang ini dikala kepalanya benar-benar seperti akan pecah.
Setelah menghabiskan sepuntung rokok, rasa kantuk sama sekali tak menghampiri membuat dirinya kembali menggeram kesal.
Karna tak kunjung mengantuk, Seongwoo berinisiatif melihat keadaan Arly, takut wanita itu melakukan hal-hal yang tidak diinginkan.Tatapan Seongwoo terpaku pada wajah damai Arly saat tertidur dengan posisi miring, tanpa sadar Seongwoo menaiki ranjang, memposisikan tubuhnya dihadapan si wanita.
Kemudian mencari kenyamanan dengan meletakkan kepalanya diceruk leher Arly, dan memeluk wanita tersebut. Dengan cepat ia sampai pada alam mimpinyaArly tersentak bangun saat seseorang mengetuk pintunya dengan keras, dan hampir saja dirinya jatuh terkejut melihat Seongwoo tengah tertidur nyaman dipelukannya.
"Ya sebentar" sahut Arly merendahkan suaranya saat berhasil melepaskan kaitan tubuhnya dan Seongwoo.
"apa kau melihat Seongwoo?" kepalanya menyembul selagi bertanya menemukan lelaki—yang pagi hari sudah membuat mansion heboh karna meninggalkan kamarnya dengan keadaan balkon terbuka—tengah tertidur pulas dikamar Arly.
"aku juga tidak mengetahuinya, tiba-tiba ia sudah ada disini. Apa terjadi sesuatu?" Arly menjawab tepat pikiran Sungwoon sebelum lelaki itu bertanya.
Sungwoon tersenyum simpul "tidak, pastikan ia tetap tertidur nyenyak seperti itu. Bahkan kalau bisa, buat ia benar-benar beristirahat hari ini"
Arly mengerjap bingung saat Sungwoon berucap dan pergi dengan senyum aneh atau lebih tepatnya menggelikan. Ia menutup pintu dan berbalik.
Tubuhnya hampir terjungkal kaget saat Seongwoo tengah menatapnya intens, "ahhh, ini masih pagi. Kenapa orang-orang terus mengagetkanku" desahnya frustasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dominance ¦ Ong Seongwoo
Fanfiction[COMPLETED] Ya. Dia selalu mendominasi hidupku dengan kelembutan, kebaikkan, serta perhatian yang membuatku lupa dengan posisi ku. Tapi, sampai hari itu tiba, dia mulai mendominasi dengan sikap dingin dan arogannya. -Arly ©2017 parksecret