13. Don't Go

27.1K 4.4K 432
                                    

Adakah yang nungguin ff ini update? :(

***

Arly terdiam, raut wajahnya menunjukkan bahwa ia sedang dalam keadaan sedih, ia menahan airmatanya agar tidak terlepas dan membuat suasana semakin tak enak, namun dari segala usaha yang dilakukan Arly, si lelaki lebih tahu apa yang tengah wanita itu tahan.

"Hei, aku hanya tiga hari." Seongwoo menangkup wajah wanita itu, kemudian merengkuhnya dalam.

Yang lebih kecil bergerak nyaman, menghirup aroma khas lelaki yang menguar dari tubuh Seongwoo, "hanya tiga hari." ulangnya seperti menggumam.

"tidak perlu mengantarku" ucap Seongwoo pelan, mempererat kaitan tubuh mereka berdua. Sebab nanti aku akan goyah. Batin si lelaki.

Seongwoo memang tengah menemani si kecil di kamarnya, meredakan kesedihan wanita itu dengan menemaninya sebentar sebelum berangkat menuju kota yang ia tuju. Namun menurut Arly, Seongwoo bukan menghiburnya, tetapi semakin membuat ia tak rela ditinggalkan lelaki itu.

Arly sanggup tidak menemui Seongwoo selama beberapa jam, sanggup tidak bertemu selama sehari atau dua hari, dengan syarat lelaki itu masih satu negara dengannya.

Tapi tidak dengan ke luar negeri, apalagi membutuhkan waktu selama 3 hari. Kenapa ia seperti itu? Arly pun tidak mengerti kenapa dirinya terlihat begitu kekanakan sekarang ini. Dan ia tidak peduli, ia hanya menginginkan Seongwoo terus berada didekatnya.

Berbeda dengan si wanita, Seongwoo hanya tidak ingin Sihyuk mengetahui jika Arly bersamanya, maka untuk mengantisipasi, ia akan terus menyembunyikan Arly sampai menemukan waktu yang tepat, dan itu bukan sekarang.

"aku harus pergi." ujar Seongwoo melepas pelukan erat itu, sedikit mencuri kecupan kecil di bibir Arly, "jaga dirimu, aku tidak ingin mendengar kau membuat masalah. Kenzo dan Jennie akan menjagamu." timpalnya.

Arly perlahan mengangguk, menikmati kecupan ringan yang baru saja didaratkan lelaki dihadapannya. "hati-hati, aku menunggumu" pesan Arly memiliki makna.

Seongwoo mengangguk pelan, menyempatkan untuk mengelus pelan pipi Arly. "aku pergi." ujarnya sekali lagi.

Arly termangu, menatap punggung Seongwoo yang mulai menjauh, berakhir menghilang di balik pintu.

"aku tidak ingin sesuatu terjadi pada Arly, apalagi mendengar kejadian kemarin terulang." ujarnya kembali memasang wajah tanpa ekspresi, yang selalu membuat siapapun segan untuk sekedar menatap. Khas seorang dominan.

Kenzo mengangguk mengerti, "baik, Tuan."

Seongwoo mengurai langkah kakinya tenang menuju mobil Audi R8 hitam miliknya yang disetiri Sungwoon.

Kenzo menunduk sopan saat Seongwoo masuk ke kedalam mobil, lalu menutup pintu mobil setelah dirasa tuannya aman.

Seongwoo menggerakkan kepalanya, melemaskan uratnya yang menegang. Secara tak sengaja, mata elangnya bertemu dengan mata biru safir milik Arly, wanita itu berdiri di balkon mengamati, sembari menggendong Ongie.

Raut wajah majikan dan peliharaan itu terlihat sama, menunjukkan ekspresi sedih dan murung.

Seongwoo menghela nafas berat, "wanita itu" keluhnya pelan.

Diwaktu yang sama, Arly mengarahkan pandangannya pada lelaki tampan lengkap dengan setelan Armani, memasuki mobil dengan wajah angkuh tentu saja.

"lihat, dia akan pergi" ujar Arly pelan, berbicara pada Ongie yang direspon anjing itu dengan suara lemas, seperti memahami perasaan majikannya.

"aku akan jalan." ujar Sungwoon memberitahu lelaki disebelahnya tengah serius mengamati si wanita.

"tunggu sebentar" Seongwoo menyela cepat.

"mengikutsertakan Arly menurutku bukan hal yang buruk, lihat, wajahnya seperti ingin menangis."

"bukan seperti ingin menangis, tapi dia sudah menangis." Seongwoo membenarkan, walaupun dihalangi jarak yang lumayan jauh, lelaki itu tetap bisa melihat jelas Arly mengeluarkan airmata.

"ayolah, setidaknya biarkan dia menikmati suasana baru. Arly pasti bosan terus mendekam di mansion mewah mu itu."

Seongwoo terdiam, mercerna saran lelaki yang lebih tua darinya itu. "aku tidak ingin Sihyuk tahu, bukan sekarang." alibinya.

Padahal, Seongwoo sangat ingin mengajak wanita itu. Mengajak wanita itu berjalan-jalan di Las Vegas, atau sekedar menikmati waktu berdua didalam hotel.

"dia jahat kan?" tanya Arly pada Ongie, hidungnya memerah karena manangis seperti anak yang ditinggal orangtuanya pergi jauh.

Arly ingin sekali meneriakkan, jangan pergi. Tapi mengurungkan niatnya itu, tidak ingin membuat lelaki itu marah.

"Hah wanita itu," gerutu Seongwoo pelan, panca indranya mendengar ketukan kaca mobil, lalu membukanya.

"Tuan? Apa ada masalah?" tanya Kenzo merasa mobil tuannya tidak kunjung pergi, menimbulkan kecurigaan lelaki khas barat itu, takut terjadi sesuatu pada tuannya.

"persiapkan dirimu, kau dan Arly akan ikut. Bilang pada wanita itu juga, ku tunggu sesingkat mungkin." ujar Seongwoo akhirnya, memandang Arly yang masih betah di posisinya.

"Ya?" responnya sedikit kaget, "baik, Tuan."

Sungwoon menyungging senyum kecil, tuan sekaligus adiknya itu sebelumnya tidak pernah plinplan dalam memutuskan sesuatu. Ya berarti Ya. Tidak berarti Tidak. Selalu seperti itu, namun kali ini berbeda hanya karna wanita bernama Arly.

Wahh, Seongwoo perlahan benar-benar dibuat berubah. Pikir Sungwoon.


***

Arly melebarkan matanya diselingi binar ceria, senyum di bibir gadis itu sama sekali tidak memudar sejak dirinya diberitahu bahwa ia akan ikut bersama Seongwoo.

Tangan kurusnya pun tak lepas dari lengan keras milik Seongwoo. Setelah melakukan perjalanan ke pusat kota yang memakan waktu 1 setengah jam, mereka sampai pada landasan sekaligus jet pribadi milik Seongwoo.

Lelaki itu masuk terlebih dahulu, disambut beberapa pramugari/a khusus yang dipekerjakannya, disusul Arly, dan Sungwoon.

"lihat lihat! Ini besar sekali, wahh. Seongwoo memang kaya." ujar si kecil antusias, "tapi kenapa hanya ada kita? Kata teman-temanku naik pesawat itu di bandara dan ramai."

"ini pesawat jet pribadi milik Seongwoo seorang, bukan milik negara atau maskapai" jelas Sungwoon.

Penjelasan singkat Sungwoon semakin membuat mata Arly melebar sempurna, tak mampu berkata.

"kau belum pernah naik pesawat?" tanya Sungwoon, berniat mengerjai wanita yang sedang menganga itu.

Arly menggeleng, memandang Sungwoon dengan tatapan tanya, "belum, kenapa? Apa ada syarat tertentu ketika naik pertama kali?"

"kau harus melepas alas kakimu" ujarnya singkat, mendahului Arly, untuk menahan tawa.

"benarkah?" mata si kecil mengerjap, lalu melirik wedges hitamnya.

"kenapa lama seka—" Seongwoo mengernyit, bermaksud mendatangi Arly yang yang tak kunjung naik sebab waktunya tidak banyak, "apa yang kau lakukan?"

"oh, ini? Bukankah aku harus melepasnya? Agar pesawatnya tidak kotor kan? Kau juga harus melepasnya Seongwoo, engh tidak perlu. Kau pemililknya." cerocos Arly panjang, menenteng alas kaki ditangannya.

"siapa yang menyuruhmu?"

"Sung—"

"HA SUNGWOON! KEMARI SEBELUM AKU MENENDANGMU SAAT LEPAS LANDAS" ujar Seongwoo peka begitu mendengar kata 'Sung'


***

Gimana gimana chap ini? Tambah gak seru ya?

Typo nya juga betebaran.

Dominance ¦ Ong SeongwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang