26. Let's Do This

25.9K 3.7K 427
                                    


Tidak tahukah kalian betapa bahagianya Arly sekarang? Berdiri berdua diatas altar bersama pria yang ia cintai. Saling menggenggam satu sama lain, bahkan senyum wanita cantik itu bak sinar di pagi hari yang begitu cerah.

"terimakasih telah memenuhi permintaanku." ucap si wanita pelan.

Seongwoo menatap wanita tersebut lekat, lalu gerak matanya turun kebawah menatap sebuah daging kenyal berwarna pink peach yang begitu menggoda.

Tanpa menunggu waktu lama, Seongwoo mencium bibir si kecil dengan lembut. Gelenyar manis begitu terasa ketika Seongwoo menyesap bibir Arly, kedua mata mereka tertutup seakan menikmati setiap detik yang terlewati.

Ya, si lelaki akhirnya memenuhi permintaan Arly, walaupun memerlukan waktu yang cukup panjang untuk memutuskan. Pernikahan tanpa mengucap janji, pernikahan tidak sah, dan pernikahan yang tidak mempunyai ikatan. Mereka melakukannya.

Diadakan di belakang halaman mansion yang disulap menjadi sebuah tempat yang indah, dan hanya dihadiri para penghuni mansion. Namun sanggup membuat Arly bahagia luar biasa.

"kau senang?" tanya Seongwoo ketika bibir mereka terlepas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"kau senang?" tanya Seongwoo ketika bibir mereka terlepas.

Arly mengangguk semangat, "saaangat." ucapnya ceria. Sudah lama Seongwoo tidak melihat wanita itu tersenyum bahagia.

Rasanya terlalu aneh jika Seongwoo rasakan. Ia bahagia namun sedikit terselip rasa sesak disudut hatinya. Entah karena mengingat semua ini hanya pernikahan palsu atau kembali mengingat mendiang istrinya, keduanya terlalu sulit dibedakan.

Ia tidak ingin memberikan harapan kepada si kecil, namun semua yang ia lakukan menjelang pernikahan bertolak dengan apa ia prinsipkan. Tidak seperti Seongwoo biasanya yang konsekuen.

Mungkin beberapa orang yang melihat dirinya berpikir ia terlalu munafik. Tapi hanya itu cara untuk melindungi Arly.

Seongwoo akui.

Ia mencintai Arly. Dan menginginkan wanita cantik itu mengisi hidupnya sampai akhir hayat.

Seongwoo tidak ingin nasib Arly sama dengan nasib istrinya, sangat tidak ingin. Ia sadar, menjadikan Arly miliknya tidak akan membuat wanita itu terlepas dari segala macam bahaya, tetapi malah menjerumuskannya kedalam lubang yang lebih besar untuk mendapatkan kematian. Mengingat musuhnya tersebar dimanapun, dan terus mengintainya tanpa jeda.

Selama ini ia menahan rasa sakit ketika melihat wanita itu menangis diam-diam, melihat rasa kecewa yang terpancar, dan membiarkan mulutnya mengeluarkan kata-kata pedas agar wanita itu tersakiti dan menyerah untuk mencintainya.

Tapi memang pada dasarnya wanita itu jatuh terlalu dalam, apapun yang lelaki itu lakukan, Arly tetap mencintainya.

"terimakasih." ujar Arly entah keberapa kalinya, masih dengan senyum manis.

"kau terlalu sering mengucapkannya hari ini." Seongwoo mencubit pipi si wanita gemas.

"Oh!" pekik Arly, membuat Seongwoo sedikit tersentak. "aku lupa meminum susuku pagi tadi." ujarnya diselingi cengiran lucu.

"kalau begitu kau harus meminumnya malam ini."

Arly mengangguk patuh, kemudian matanya tanpa sengaja melihat binatang yang Sungwoon gendong, "Ongiee-ya, kemari." teriaknya dengan suara seperti anak kecil.

Sungwoon dengan cepat memberikan anjing kecil itu kepada majikannya, "wahh lihat disini, kemana Arly si gembel yang dulu berkeliaran di hutan saat malam hari." ucap Sungwoon mengungkit pertemuan pertama mereka.

"aku masih tetap si gembel itu, tidak ada yang berubah."

Sungwoon merasa salah berbicara ketika melihat tatapan sendu Arly.

"Hei kau berbeda, kau bertambah cantik sekarang." hibur Sungwoon. "sebentar, apa kau suka acara dan tempatnya?"

Mata Arly berbinar ketika Sungwoon membahasnya, "hng! Aku benar-benar menyukai."

"berarti kau harus berterimakasih kepada seseorang yang membuatnya seperti ini."

"Oppa, sekali lagi terimakasih." ujar Arly kepada Seongwoo, membuat Sungwoon membulatkan matanya tak percaya.

"mana ada Seongwoo repot-repot ingin membuatnya seperti ini?! Kau tidak tahu siapa yang direpotkan karena acara ini? Aku Arly. Aku, Ha Sungwoon." ujarnya kesal menekan nama lengkapnya.

"o-oh benarkah? Maafkan aku." balas Arly merasa tak enak hati.

"hah sudahlah, kau benar-benar mengecewakanku. Kemarin Ongie" Sungwoon dengan rasa kesal mengambil Ongie yang sedang nyaman dipelukan majikannya.

"bagaimana?" tanya Arly khawatir kepada Seongwoo yang jengah akan tingkah lelaki yang sudah ia anggap kakak kandungnya itu.

"biarkan saja, dia akan lupa."


"Arly, sudah siang sayang. Kau harus kembali kedalam." panggil Jennie mengingatkan ketika waktu siang hari akan datang.

Mereka memang mengadakan acara saat pagi dan diakhiri siang hari, mengingat mempelai wanita sedang hamil besar.

"siap dokter." sahut Arly, berjalan dengan tangan menggandeng Seongwoo, memasuki mansion.

"kemari, walaupun kau merasa tidak lelah karena ini hari bahagiamu. Kau harus tetap memikirkan si kecil yang berada di dalam ini, ditambah kau tidak meminum susumu pagi tadi."

Arly meringis malu ketika mendengar Jennie mengingatkannya.

"bagaimana?" tanya Seongwoo disebelah Arly melihat Jennie memeriksa keadaan Arly.

"sehat, tidak ada yang perlu kau khawatirkan." jawab Jennie. Membuat lega yang mendengarnya.

"kalau kalian memang merasa sama sekali tidak lelah, nanti malam kalian boleh melakukannya dengan syarat, melakukannya pelan-pelan." ucap Jennie memberitahu.

"Arly sedang hamil, Jennie." protes Seongwoo cepat, sedangkan Arly terdiam ingin menutupi pipinya yang memanas.

"itu direkomendasikan Seongwoo, itu akan membantunya saat bersalin nanti agar lebih mudah, dan umur janinnya sangat pas untuk melakukan."

Seongwoo ikut terdiam, matanya melirik Arly yang sibuk menutupi wajahnya.


***

Arly menghembuskan napas panjang, jantungnya berdetak kencang ketika memikirkan apa yang akan ia lakukan bersama Seongwoo malam ini.

Sudah berapa kali Arly memutari kamarnya untuk mengurangi rasa gugup, namun gagal, malah membuatnya semakin panas dingin. Mengingat Seongwoo sudah lama tidak menyentuhnya, yaaa, Arly memang sedang berharap banyak.

Tiba-tiba langkahnya terhenti ketika seseorang membuka pintu kamarnya, "belum tidur?" tanyanya masuk kedalam kamar si kecil, tak lupa menutup pintu dan menguncinya.

Arly menggeleng gugup, tubuhnya kaku.

"menunggu sesuatu?" tanya Seongwoo sekali lagi, menghampiri Arly.

"hnggg, aku berpikir jika kita harus melakukan apa yang dokter Jennie katakan, kalau kau tidak keberatan." ucapnya diakhiri dengan suara yang semakin mengecil.

"kau berpikir seperti itu?"

Arly mengangguk cepat, "itu membantuku saat melahirkan nanti, jadi aku pikir...kalau oppa bersedia..membantuku?"

Seongwoo menatap Arly intens, kemudian mengambil beberapa langkah agar dapat meraih tubuh ramping si kecil.

















"Call, aku akan membantumu."

Dominance ¦ Ong SeongwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang