Biar seru ada flashback dulu yaa biar kek naruto, pas mau bagian greget trus malah flashback.
Bisa dibilang ini bonus menjelang ending. Semacem unreleased clip gitu kalo video.Maap ya aku lama up, karena aku mau fokus piala dunia doeloe, seru liat orang lomba jegal-jegalan terus berantem bcs aku suka keributan yeay!
***
Arly benar-benar tidak tahu jika Seongwoo pandai memasak, karena selama ini ia tidak pernah melihat lelaki itu berkutat di dapur. Tapi kali ini ia berbeda, kemeja lelaki itu digulung hingga sikut, kemudian apron yang sudah terpasang di tubuhnya dan memasak dengan gesit tanpa bantuan siapapun.
"berkedip Arly." tegur lelaki itu tanpa menoleh, tangannya sibuk memotong kentang untuk digoreng. Bahkan gaya memotongnya seperti chef handal.
Tanpa membalas, Arly berkedip beberapa kali, "aku ingin membantu." ungkapnya dengan nada pelan.
"ingin membantu?" tanya Seongwoo mengulang direspon anggukan antusias si wanita. "duduklah dengan manis, jangan mengangguku." lanjutnya yang langsung membuat bibir Arly mengerucut.
Wanita itu menghela napas panjang, menumpukan kedua tangan untuk menangkup wajahnya. "uwahh dagingnya tebal sekali. Apa itu daging sapi?" katanya dengan ekspresi kagum ketika melihat Seongwoo mengeluarkan daging untuk di panggang.
"ini?" Seongwoo menarik sudut bibirnya sekilas, "daging Ongie."
"bibi Ahn." Arly menoleh kearah maid itu dengan tatapan mengadu, dan meminta penjelasan.
"tidak nona, Ongie aman." jawabnya membuat Arly yakin tak yakin.
Arly turun dari kursinya menghampiri lelaki yang saat sibuk memberikan sayuran dan saus pada steak yang ia buat.
"ahh tidak bisa." keluh Arly saat berusaha memeluk Seongwoo, menyadari perut besarnya menghalangi. Lalu menggerutu pelan.
Seongwoo terkekeh kecil, lalu berbalik mengubah posisi mereka menjadi ia yang memeluk Arly dari belakang, membuat si kecil terdiam seribu bahasa.
Lelaki itu menatap bibi Ahn lalu mengibaskan tangannya, memberikan isyarat agar meninggalkan mereka berdua, yang langsung dipatuhi para maid.
"sudah puas?" bisik Seongwoo, "kau terus mengangguku." imbuh lelaki itu menyadari sedari tadi Arly mencari perhatiannya.
"kita harus mencoba ini." Arly mengalihkan topik pembicaraan, merasa seperti tertangkap basah.
"aku lapar." lanjutnya cepat ketika Seongwoo hendak memberikannya 'hukuman' berupa kecupan tanpa henti, dan Arly terlalu malu untuk melakukan itu.
"baiklah, aku meloloskanmu kali ini." Seongwoo melepaskan pelukannya terhadap wanita itu, bergerak meletakkan piring yang berisi steak di meja makan. Mereka berdua makan dalam diam, sesekali yang lelaki mencuri tatapan untuk melihat reaksi si wanita.
"bagaimana?" tanya Seongwoo.
"benar-benar enak."
Seongwoo harus buru-buru menyembunyikan senyum puasnya dengan wajah angkuh.
"makan sayuranmu." suruh lelaki itu sambil melepas apron yang ia pakai, sebenarnya ia hampir lupa melepasnya.
"hanya jagung, ya?" ujar si kecil mencoba bernegosiasi, karena ia tidak berselera melihat beberapa rebusan sayur. Ia hanya ingin memakan daging dan kentang goreng saja.
Seongwoo menggeleng tanpa ragu, mata gelapnya seakan memerintah untuk menghabiskan semua.
Arly mengembungkan pipinya sedikit kesal karena harus menghabiskan sayuran, lalu menghembuskan napas berat seakan hal buruk menimpanya. Namun memang benar adanya.
Yang wanita sedang berusaha menghabiskan makanannya, sedang yang lelaki barusaja mendapat panggilan video dari teman karibnya, tapi saat menerima, bukan wajah Daniel yang muncul, tapi wajah khas orang barat seperti wanita dihadapannya.
"berikan pada maknae!!" suruhnya memerintah. Esther, istri dari seorang Kang Daniel.
"kalau ditutup aku akan mengincarmu sampai mati." ancam Esther ketika melihat gestur Seongwoo yang akan mengakhiri panggilan video itu.
Arly hanya menatap Seongwoo penuh tanda tanya karena wajah lelaki itu tak bersahabat, dengan kata lain, wajah kesal. Sedikit tak rela memberikan ponsel pintarnya kepada Arly.
"Eonnie!!"
"Maknae!!"
Kedua wanita itu bersahutan dengan suara keras.
"bagaimana kandunganmu? Pasti baik-baik saja ya 'kan? Berkunjunglah kemari. Kami merindukanmu, jangan mau dikurung pria hutan itu."
Seongwoo melotot tak terima disebut pria hutan.
Arly terkekeh, "baiklah, aku juga merindukan Daniel oppa."
"YAAA! Aku tidak?" protes Esther dengan wajah galak, namun diakhiri tawa kecil, "kemarilah, Jira sedang dalam perjalanan menuju rumahku. Kalau kau kesini hari ini, kita akan berkumpul, dan aku akan memberikan cara menaklukan suami kurang ajar."
Dengan wajah memelas Arly menatap Seongwoo, yang langsung menggeleng dengan cepat, "tidak."
"sepertinya di lain waktu, eonnie." katanya diiringi senyum lebar, menutupi rasa kecewa.
"pasti pria hutan itu tidak mengizinkanmu, biar aku bicara padanya."
Arly langsung memberikan ponsel tersebut kepada Seongwoo, lelaki itu menepelkannya di telinga.
"ini video call Tuan Ong Seongwoo, bukan panggilan suara. Kenapa aku harus melihat telingamu." Esther mengomel.
"aku hanya tidak ingin melihat wajahmu."
"Daniel! Lihat bagaimana sahabatmu ini memperlakukanku." adu wanita tersebut kepada suaminya.
"baiklah, katakan mau mu."
Lalu mereka berbincang lumayan lama dan panjang, sampai Arly menghabiskan sayurnya. Seongwoo mematikan sambungan tersebut dengan wajah murung.
"bersiaplah, kita akan ke Seoul."
Esther berhasil membawa Arly mengunjungi rumahnya dan mengajarkan hal yang wanita itu janjikan.
***
Jadi waktu Jira hamil itu adalah awal dari pertemanan Esther-Jira-Arly.
Emang dibuat pendek, kan cuma selingan menjelang ending hehehehe
Sampai bertemu di Epilog!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Dominance ¦ Ong Seongwoo
Fanfiction[COMPLETED] Ya. Dia selalu mendominasi hidupku dengan kelembutan, kebaikkan, serta perhatian yang membuatku lupa dengan posisi ku. Tapi, sampai hari itu tiba, dia mulai mendominasi dengan sikap dingin dan arogannya. -Arly ©2017 parksecret