"nona, jangan membawanya. Tuan bisa marah, dia tidak terlalu menyukai binatang itu." larang bibi Ahn ketika melihat Arly hendak membawa seekor anjing kecil yang tidak sengaja bertemu saat ia berjalan-jalan sore hari disekitar mansion ditemani bibi Ahn dan beberapa pengawal.
Bibirnya melengkung, menandakan ia kecewa, "tapi ini menggemaskan" suara wanita tersebut memelan.
Bibi Ahn ikut bersedih tetapi ia tidak mungkin menyetujui sebab Seongwoo tidak menyukai binatang berkaki empat yang padahal terlihat menggemaskan.
"aku akan membawanya lalu meminta izin pada Seongwoo untuk kurawat, jika ia tidak menginzinkannya, akan aku lepas. Ya ya ya? Kumohon, memangnya bibi tidak kasihan?" rayu si wanita dengan wajah memelas.
"baiklah, nona." jawab bibi Ahn, ditanggapi senyum sumringah Arly.
***
"siapa yang menyuruhmu membawanya?" tanya Seongwoo datar menatap wanita yang berada dihadapannya menunduk, kedua tangan wanita itu sibuk menggendong anjing kecil berwarna putih dengan sedikit corak coklat.
Arly menggeleng pelan, "tidak ada"
"sekarang buang binatang itu, aku benar-benar risih."
Bukannya melakukan apa yang dikatakan Seongwoo, Arly hanya diam ditempat tanpa mengangkat wajahnya, "boleh aku merawatnya?" tanyanya sangat pelan, namun Seongwoo masih menangkap apa yang wanita itu bicarakan.
"lalu siapa yang akan memberinya makan dan tempat tinggal?"
Arly terdiam, pertanyaan Seongwoo benar-benar seperti telak baginya. Lelaki itu seakan menyadarkan, berani-beraninya ingin merawat peliharaan sedangkan dirinya sendiri hidup menumpang.
"baiklah, aku mengizinkannya. Jangan pasang wajah seperti itu. Tapi ada beberapa syarat yang harus kau penuhi." ujar Seongwoo akhirnya, tidak tahan melihat wajah sedih Arly.
Mata wanita itu berbinar sempurna, "katakan" responnya semangat.
"pertama, kau boleh bermain dengannya hanya saat aku tidak ada. Kedua, aku tidak ingin melihatnya berkeliaran di dalam rumah kecuali di kamarmu. Ketiga, aku tidak ingin mendengar binatang itu membuat masalah. Kau mengerti?"
Arly menganggukkan kepalanya semangat, "yes, Sir." matanya menyipit bahagia, kemudian menciumi binatang berwarna putih yang juga terlihat senang itu.
Seongwoo berdecak sebal, bagaimana bisa ia kalah dengan seekor anjing. Namun rasa sebalnya tertutupi saat melihat Arly kembali ceria, ia tidak bisa menyembunyikan rasa lega di dadanya.
"bersiaplah, kita akan makan malam bersama."
***
Arly terbangun, merasa terganggu saat anjing kecilnya terus menciumi wajahnya, "hei, jangan seperti itu. Nanti dia marah" matanya melirik lelaki disampingnya yang masih berada di alam mimpi.
Keduanya memang tidur bersama semalam, Seongwoo yang meminta.
Setelah tenaganya kembali berkumpul, Arly memutuskan untuk membersihkan diri.Selang beberapa menit, wanita itu keluar dengan rambut yang masih menitikkan air, matanya membulat sempurna saat anjing kecilnya mendekati Seongwoo, dengan cepat ia berlari sebelum binatang tersebut melompat ke dada bidang Seongwoo.
"apa yang kau lakukan?" tanya Seongwoo tersentak saat tubuhnya ditimpah seseorang.
Ya, anjing kecil nakal itu dengan lincah melangkahi tubuh Seongwoo, Arly yang ingin menangkap, malah terjatuh diatas tubuh lelaki itu, "aku— maaf" Arly tergagap merasa detak jantungnya memompa lebih cepat, ia hendak bangkit namun Seongwoo menahannya.
"kau tidak bisa kabur begitu saja setelah merusak tidur nyenyak ku, Arly." suara serak khas bangun tidur Seongwoo terdengar begitu seksi dan menggoda.
Hanya butuh satu detik untuk Seongwoo membalikkan tubuh Arly, mengungkung tubuh kecil wanita itu dibawahnya, Arly tersentak dengan mulut terbuka, semuanya terlalu tiba-tiba, bahkan ia tidak sadar ketika Seongwoo mengubah posisi mereka berdua menjadi terlihat begitu intim.
Arly menahan nafas, tubuhnya menegang saat Seongwoo menatap matanya dalam, seakan sedang menyelami bola mata berwarna biru safir itu.
Arly reflek memejamkan kedua matanya saat Seongwoo berhasil mendaratkan sebuah lumatan kecil dibibirnya. Ini gila. Pikir si wanita, merasakan sensasi luar biasa ketika Seongwoo asik bermain dengan bibirnya.
Sedangkan si lelaki seperti manusia kehilangan akal, mata elangnya kian menggelap seakan dipenuhi kabut nafsu yang menggumpal.
Tangan kanannya bergerak bebas mencapai tengkuk Arly, lalu menekannya hingga memperdalam ciuman tersebut.Merasa kehabisan nafas, si wanita lebih dulu melepaskan kaitan bibir keduanya cepat, kemudian menghirup udara terburu, wajah wanita itu memerah padam akibat kehabisan nafas-dan malu tentu saja.
Arly memalingkan wajah ke kanan, tidak sanggup untuk melihat wajah lelaki yang berada diatas tubuhnya sedang menyeringai menggoda, seakan menertawakan dirinya payah dalam hal urusan yang menyangkut 'keintiman'. Walaupun memang benar adanya.
"suara detak jantungmu. Terlalu keras." bisik Seongwoo tepat dikuping kanan, membuat siempunya bergidik sekaligus malu.
"Seongwoo, berat." cicit Arly tanpa menatap lelaki yang sedang diajak berbicara.
"hm? Apa?" si lelaki berpura tidak mendengar, berniat mengerjai yang lebih kecil.
"tubuhmu berat."
"apa kau tidak merasakan sesuatu?" tanya Seongwoo tanpa mengindahkan ucapan si wanita.
Arly terdiam, bermaksud mencari 'merasakan sesuatu' yang ditanya lelaki tersebut, namun ia tidak merasakan apa-ap—
Tunggu! Ia merasakan sebuah benda keras tengah menekan, tepat di area pusat tubuhnya. Tak sampai 2 detik, mata si wanita membulat lebar, "S-ssh-Seongwoo"
Seongwoo tertawa kecil dalam hati saat melihat wanita di bawahnya menampilkan wajah panik sekaligus gugup, "apa?" sahutnya singkat.
Arly berusaha mendorong tubuh lelaki itu namun gagal, yang ada Seongwoo semakin menarik sudut bibirnya—menyeringai.
Jelas saja, bagimana bisa tenaga lemah Arly melawan seseorang yang rajin melatih tubuh, tak bisa dielak ketika melihat hasil latihan Seongwoo. Dada bidang, perut semi kotak, tangan kekar, dan beberapa hasil menakjubkan lainnya yang belum Arly lihat.
Arly bergidik dan meremas sprei ranjang ketika merasakan hembusan dan hirupan nafas lelaki Seongwoo .
"sabun apa yang kau pakai? Hm? Aku tidak pernah mencium bau semanis ini." bisiknya.Seseorang bisa tolong hentikan Seongwoo? Arly benar-benar akan pingsan jika lelaki itu terus memperlakukannya seperti ini.
Namun bagi Seongwoo, pagi ini merupakan pagi yang indah untuknya.
***
Tolong ucapkan terimakasih sama mi instan, telor, dan bon cabe yang naikin mood, padahal tadinya ga mood ngetik, tapi taraaaa~ jadilah chap yang cringe ini. Hehehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dominance ¦ Ong Seongwoo
Fanfiction[COMPLETED] Ya. Dia selalu mendominasi hidupku dengan kelembutan, kebaikkan, serta perhatian yang membuatku lupa dengan posisi ku. Tapi, sampai hari itu tiba, dia mulai mendominasi dengan sikap dingin dan arogannya. -Arly ©2017 parksecret