~Zayn Malik's POV~
"Z-Zayn?"
Suara itu membuat aku dan Perrie yang sedang berdebat menjadi menoleh. Aku terkejut. "Sa-Safaa?" panggilku yang juga ikut tergagap. Perrie tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Dia memilih pergi meninggalkan aku, yang masih terkejut karena kehadiran ku sudah diketahui adik bungsuku. Segera aku tarik lengan Perrie, untuk tinggal dan menemaniku. Perrie terkaget dan dia memandangku dengan tatapan apa-yang-kau-lakukan?.
Aku tidak peduli dengan tatapan membunuh itu. Aku beralih memandangi Safaa yang masih memandangku dengan terkejut. "Hai." sapaku. Safaa hanya dian tak bergerak. Tiba-tiba matanya mengeluarkan benda bening. "Aku mohon, jangan menangis!" pintaku. Oh, rasanya sakit hati ku. Melihat bidadari ku ini menangis. "Hey, what are you doing there?" seseorang menghampirinya. Waliyha. Dia sudah besar. Safaa tidak menjawab dan memandang satu arah. Memandangku. Waliyha akhirnya mengikuti pandangan Safaa. Dan mata kami bertemu.
Yang bisa aku lihat disana, hanya keterkejutan. "Z-Zayn? Is that you?" tanya Waliyha. "Hai. Ini aku, Zayn." jawabku. Tanpa diaba-aba, Waliyha menghampiri aku dan Perrie. Dan tangannya terulur. Dia memegang pipiku, dia merengkuhnya. "It's really you, Zayn. It's you." ujar Waliyha dengan air mata yang tiba-tiba jatuh dari matanya.
"Aku mohon, jangan menangis!" pintaku, sambil menghapus air mata itu dari pipinya.
Tanpa diaba-aba, tangis Waliyha pecah dan dia langsung memelukku. Safaa yang tadinya menangis dalam kebisuan, menjadi pecah seperti Waliyha. "Aku rindu kau, Zayn. Aku rindu kau." isak Waliyha. "Aku juga rindu padamu, Waliyha." balasku. "Zayn." panggil Safaa. Aku membuka tanganku, untuk memeluknya. Safaa berlari menghampiri aku. Dan kami berpelukan. Oh, pelukan ini sangat kurindukan. Aku memeluk Safaa dan Waliyha. Aku ikut menangis bersama mereka.
Tangisan mereka seolah berkata bahwa aku ini jahat. Karena telah meninggalkan mereka. "Kami sedih, Zayn. Saat tahu kau pergi untuk selamanya. Aku tidak rela." ujar Waliyha. "Aku tahu, aku tahu. Maafkan aku, kumohon." ujarku saat mendengar Waliyha berkata seperti itu.
"Zayn, jangan pergi lagi. Aku mohon." ujar Safaa ditengah tangisnya.
"Aku berjanji. Aku akan tetap disini, menemani kalian. Seperti dulu." ujar ku.
"Waliyha, Safaa, kalian-"
Suara itu, suara mom. Ucapannya terhenti ketika melihat Waliyha dan Safaa sedang memelukku. Waliyha dan Safaa melepaskan pelukannya. "Mom." sapaku. Wanita itu hanya diam. Memandangku terkejut, seakan aku adalah hantu. Aku melangkah mendekat. "Mom." panggilku.
"Z-Zayn?" panggil mom.
"Mom."
Mom mendekati ku. Dia mengulurkan tangannya. Merengkuh pipiku seperti yang Waliyha lakukan. "Anakku, ini benar kau? Zayn? My sunshine?" tanya mom. Demi Tuhan, aku selalu senang jika mom memanggilku Sunshine. "Yes, mom. It's me."jawabku. Air mata mom turun secara perlahan. Kuhapus dengan tanganku. "Sunshine, I miss you so much." ujar Mom yang langsung memelukku. Tangisnya pecah. Aku membalas pelukan hangat yang aku sangat rindukan ini.
"I miss you so much too. Much more than you, mom." balasku.
"Kemana saja kau, nak? Kenapa tidak pulang kerumah? Aku mengira kau sudah mati."
"Maafkan aku, mom. Ada sesuatu yang harus diselesaikan. Dan kini, itu semua sudah selesai."
"Jangan pergi lagi, Zayn. Ku mohon! Aku sangat mencintaimu, son."
KAMU SEDANG MEMBACA
In Case [Sequel of Between Me And The Boys]
FanfictionPeristiwa kecelakaan yang terjadi kepada Niall Horan, Zayn Malik, Harry Styles, Liam Payne, dan Louis Tomlinson, membuat semua orang yang mengenal mereka merasa kehilangan. Terutama Naomi Jones. 11 tahun berlalu semenjak kejadian itu, Naomi terus m...