Part 11: Take You

1.4K 102 3
                                    

~Justin Butterfield's POV~

           Aku sedang berada di satu tempat yang kumuh di London. Aku berhasil mengikuti mobil yang membawa Giselle itu. Walaupun langkahku lambat, tapi aku berhasil. Aku menyusuri tempat kumuh itu. Berjalan dengan pasti, mencari sosok Giselle yang sudah hilang lebih dari 6 hari. Kuperhatikan rumah-rumah kumuh disampingku dengan seksama. Takut melewatkan Giselle.

          Langkahku terhenti, ketika melihat seorang gadis berdiri dikawal 2 orang besar. Gadis itu tampak berantakan. Rambutnya terkuncir namun tidak rapih. Matanya sembab. Dan pakaiannya kotor. Ku harap dia tidak apa-apa. Giselle. Itu dia. Tampangnya sangat kacau. Hatiku sakit melihatnya seperti itu. Tuhan, kuatkan aku menyelamatkannya. Aku berjalan lagi. Aku akan menyelamatkan Giselle. Apapun caranya, asal, dia selamat.

----------------------------------------------

~Author's POV~

         Asa terlihat frustasi mengitari London. Adik semata wayangnya hilang bak ditelan bumi. Tidak terlihat di seluk beluk kehidupa. London yang ramai. "Justin, kau dimana?" gumamnya frustasi. Dia mencari Justin. Dan sudah 2 jam Justin menghilang. Tak lama, seseorang meneleponnya. "Ada apa?" tanyanya. "Baiklah. Kita berkumpul disana." jawab Asa lagi. Kemudian dia menuju salah satu apartemen mahal di London.

------------------------------------------------

         Asa memasuki sebuah apartemen disana. Dia sudah disambut beberapa orang. "Asa, tenanglah! Kami sudah mengerahkan anak buah kami untuk mencarinya." ujar Louis kemudian. Asa hanya mengangguk dan duduk dengan lemas. "Minumlah!" ujar Sophia memberikan air putih kepada Asa. "Asa, tenang! Aku yakin, Justin baik-baik saja!" ujar Eleanor.

          Suara telepon melenggar disana. Bunyinya dari iPhone Niall. Niall pun mengangkatnya. "Halo?" sapa Niall.

"Baik. Amankan daerah itu dari polisi untuk sementara, kami akan kesana." jawab Niall. Dia langsung memutuskan sambungan.

"Siapa?" tanya Naomi.

"Tony, dia bilang, Justin ada di sebuah lingkungan kumuh. Dengan masih, memakai baju rumah sakit." jawab Niall.

"Kita harus segera kesana!" ujar Asa yang telah bangkit.

"Baiklah. Naomi, Ele, Perrie, Sophia, dan Lala, kalian tunggu disini! Jangan kemana-mana!" seru Louis.

"Jangan lupa kabari kami, Lou!" seru Eleanor.

"Dan hati-hati! Pastikan orang-orang tidak mengenal kalian!" seru Lala.

"Absolutely, babe." jawab Harry.

         Mereka semua pamit dan pergi menuju lokasi. "Semoga mereka semua baik-baik saja." gumam Naomi. Disusul anggukan yang lainnya.

----------------------------------------------------

~Giselle McArtie's POV~

          Aku takut. Sangat takut. Aku tidak tahu ini dimana. Sekarang aku berada di lingkungan kumuh yang berada di pinggiran kota London. Beberapa orang tinggi besar, memakai jaket kulit, mengawal ku dari turun mobil sampai memasuki satu rumah. Saat hendak masuk, aku melihat seseorang yang menatapku. Seorang anak laki-laki seumuran denganku. Tapi dia memakai baju rumah sakit. Ciri-cirinya seperti... Justin. Apa itu Justin? Tapi mengapa dia pucat sekali? "Ayo jaln kau! Cepat!!" seru salah satu orang tinggi besar itu dengan keras.

          Mau tidak mau, aku harus melangkahkan kakiku. Aku dimasukan kesatu kamar. Yang mungkin lumayan untuk tampang luar rumah ini. Tempat tidur, meja rias, dan lemari. Oh tidak, pikiranku sudah berpikir yang tidak-tidak. Positive thinking, Giselle! Everything's gonna be alright! Aku menatap diriku dari cermin.

In Case [Sequel of Between Me And The Boys]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang