3.Kian Lebih

45 9 0
                                    

Alana Gadis itu masih terpaku pada hiruk pikuk keadaan kota sejak siang tadi,seragam sekolah masih melekat di tubuhnya yang sedari tadi hanya termenung sendiri di salah satu kursi taman.Tatapannya yang sendu kian terlihat kosong kala ingatan masa lalu berputar di kepalanya.

Satu tahun lalu sebelum semuanya terjadi,Alana masih ingat betul bagaimana suara bariton lembut menyapanya di temani mendung yang kini juga menghiasi langit.Alana,gadis itu hanya mampu tersenyum hambar mengingat bagaimana lelaki yang selalu ia tunggu kehadirannya,lelaki yang sibuk dengan urusannya,lelaki yang menjabat sebagai pacarnya selama 1 tahun.Kemudian senyumnya berubah kecut mengingat banyaknya goresan luka yang lelaki itu tabur di hatinya.

"Ala!."

"Sorry telat.Ngapain sih masih ke sini aja?"Alana mendonggakkan kepalanya."Duduk dulu Gey!"katanya.Kemudian diam sejenak.

"La udah lah,dia itu cuman laki laki bodoh yang teganya malah mutusin cewek sebaik lo!."Ucap Geyna terdengar berapi api."Gey,gue mau pulang,anterin yah!."

"Terus aja ngalihin pembicaraan!."sungut Geyna kesal.

"Gue nggak mau bahas itu,please!"Geyna menarik nafas sejenak menatap gadis di sampingnyan.Raut sendu di wajahnya masih bisa terbaca oleh Geyna,sama seperti sahabat lainnya ia juga ingin Alana mendapat kebahagiaan bukan cuman terluka tapi pura pura bahagia.

"Yaudah.Yuk."Ajaknya berdiri lebih dulu.

"Lain kali jangan kesini kalo mau cepet move on!."

"Lupain dia susah amat!." Umpatnya masih terus berlanjut."Ngelupain nggak semudah balikin telapak tangan kali Gey!"

"Makannya niat ngelupain yang bener jangan setengah-setengah"

"Ya kali pake niat,nggak sekalian aja takbiratul ikhram?"Celetuk Alana di sambut gerutuan Geyna."Lo kira sholat apa?gue nasehatin juga!"

"Nasehat lo nggak sesuai sama diri lo sendiri sih,jadi ogah gue dengerin!."Pelan sekali mobil Geyna membelah jalanan kota yang ramai menjelang magrib."kapan sih lo dengerin nasehat gue?"

"Nanti kalo lo udah jadi ustadzah sama bisa move on juga!"Kikikan Alana mengakhiri pembicaraan mereka hari ini.
.

.
Suara Almera yang tengah menunjukkan letak rumahnya terdengar beradu dengan deru mesin motor Aris yang kini sedang mereka tumpangi bersama."Nah pager Putih itu Ris."

"Itu?"Aris menunjukkan pagar yang tadi di tunjuk Almera untuk meyakinkan."Iya yang itu."

"Nih.Makasih yah Ris."Katanya tersenyum manis pada Aris yang juga memabalasnya sambil menerima sodoran Helm yang tadi di gunakan Almera."sama sama,makasih juga buat traktirannya."

"Iya,kapan kapan lo yah yang traktir!."

"Ayo aja asal jangan yang mahal mahal,lo tau lah standar duit anak SMA kek gue!."Almera mengangguk mengiyakan ucapan Aris."Ntar kita rencanain lagi aja,mampir dulu nggak?"katanya.

"Nggak usah udah mau magrib,gue pamit yah!."

"Iya,hati hati yah!."Setelah menganggukan kepala Aris melajukan motornya membelah jalanan komplek Almera yang terkesan tak terlalu ramai.


"Geyna."Teriakannya sambil mensejajarkan laju motornya dengan laju mobil di sampingnya yang ia yakini milik Geyna si ketua osis galak di sekolahnya."Apa?"Ketus gadis yang rambutnya di kuncir kuda itu tanpa menoleh.

"Dari mana lo?kok baru pulang."

"Suka suka gue lah."

"Anak gadis itu nggak boleh pulang sore-sore!."kata Aris menasihati.

Aris&Geyna "Tanpa Alasan" (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang