17.Restui kami Pah

43 7 0
                                    

Malam itu Alana sudah siap dengan dress di atas lututnya berwarna merah marun,Alana menatap sekali lagi penampilannya di cermin sebelum memutuskan untuk keluar dari kamar.Ia berulang kali menarik napas panjang,setelah mengambil tas selendang di atas kasur Alana keluar dari kamarnya.

"Mau pergi kemana La?"Pertanyaan Mala membuat Alana menghentikan langkahnya kemudian berbalik menatap kearah sang ibu."Ala pergi sebentar yah Mah"

"Sama Rion?"

"Dia ada di depan"Lanjut Mala ketika mendapat tatapan bingung dari anaknya."Papah?"

"Dia juga di depan"

Dengan segera Alana keluar untuk melihat apa yang sedang terjadi.Tatapan tertuju pada Rion yang sedang duduk di depan papahnya yang kemudian menatapnya kaget."Kamu sudah siap?"Tanya sang papah.Andrea.Alana mengangguk.

"Kamu boleh pergi dengan anak saya malam ini tapi setelah ini jangan harap kamu akan bertemu lagi dengan Alana"

"Papah"Geram Alana tepat di samping Rion."Kenapa papah selalu kayak gini?"

"La"Tegur Rion ketika suara Alana sudah mulai meninggi."Papah tidak ingin melihat kamu dekat lagi dengan laki laki ini"

"Ya tapi kenapa pah?"

"Buah yang jatuh tidak akan jauh dari pohonnya"

"Papah,apa karena permasalahan itu papah benci Rion?"Rion menggenggam erat sebelah lengan Alana seakan akan tak ingin terpisahkan."Kamu harus tau keluarga dia yang pernah membuat kita hancur saat itu Alana"

"Dan papah yang udah buat Alana hancur saat ini"Alana membiarkan Air matanya jatuh ke pipi,ia sudah lelah lantas ingin menyerah biarlah barangkali ia terlihat cengeng tapi Alana tak peduli papahnya harus tau bagaimana hatinya.

"Om boleh benci saya,om boleh benci keluarga saya.Semua itu hak om,tapi sampai kapanpun Saya tidak akan pernah melepaskan Alana lagi"

Rizky.Lelaki paruh baya itu menatap ke arah Rion tajam tak percaya bahwa anak itu berani berbicara seperti itu."Jika om punya hak membenci saya maka saya juga punya hak untuk tidak melepaskan Alana"Lanjut Rion sangat percaya diri,diam diam Alana tersenyum.

"Sampai kapanpun saya tidak akan merestui hubungan kalian!!"

"Karena kebencian Om kepada keluarga saya?Biar saya luruskan om,seandainya dulu Om dengar kata kata ayah saya apa perusahaan Om akan bangkrut seperti saat itu?Lantas siapa yang salah sekarang Om?"

'Aku tidak setuju kalo kita kerja sama dengan Reza"Ingatan Rizky tiba tiba terlempar ke masa lalu dimana saat itu ia sedang bekerja sama dengan Farhan ayah dari Rion.

'Bukankah Reza temanmu dan kau yang memperkenalkan aku dengannya'

'Ku kira dia bukan rekan bisnis yang baik' kalimat itu mewakili perpisahan Farhan dengan Rizky karena sesuatu yang tiba tiba saja terjadi.

"Apa karena Ayah saya yang memperkenalkan om dengan lelaki itu?Apa itu semua salah ayah saya om?"Kini mulai Alana yang memegang erat lengan Rion seakan akan memberi kekuatan pada lelaki itu.

"Pah sudahlah semua sudah berlalu"Mala muncul dari balik tembok,dengan lembut ia membelai punggung suaminya."Benar kata Rion,ini semua bukan salah Kak Farhan pah"Sekali lagi Mala mengingatkan.

"Apa jaminan kamu jika saya mengijinkan kamu dekat dengan Alana?"Tanya Rizky,ia masih saja belum merelakan Alana."Saya tidak bisa menjamin apapun om"

"Jaga Alana untuk saya"

"Papah"Alana menatap sang papah meminta kepastian."Saya melakukan ini untuk kebahagiaan anak saya"

"Papah"Alana kemudian dengan refleks menghampiri sang ayah dan memeluknya haru."Terimakasih om"Kata Rion.

"Makasih Pah"Sekali lagi gadis itu memeluk papahnya kemudian menatap sang ibu yang kini juga memeluknya.

Malam ini tiba tiba semua rasa gusar di hati Alana dan Rion menghilang bersamaan pula dengan rasa benci di hati papahnya.Bolehkah kali ini Alana bersyukur?.

"Ris..."Almera menatap Aris dalam,sebelum melanjutkan kalimatnya."Gue mau tanya boleh?"

"Tanya aja asal jangan rumus matematika apalagi fisika"Jawab Aris sekenanya."Ya kali,lo suka Geyna?"Aris mengangkat alisnya bingung dengan pertanyaan Almera barusan.

"Kenapa?"

"Gue cuman mau mastiin aja Ris,seandainya iya biarin gue lepas dari lo.Karena gue takut,seandainya gue cuman pelampiasan doang"Almera menundukkan wajahnya tak berani melihat wajah Aris.Untuk beberapa saat keduanya terdiam.

"Sorry Al,gue sama sekali nggak ada niatan buat lo terluka"

"Gue tau"

"Gue cuman pengen kita temenan,tapi maaf kalo itu justru buat lo berharap."

"Gue tahu sejak awal hati lo emang buat Geyna,gue tahu bahkan sejak awal gue ngetraktir lo. Gue bisa liat dari cara lo natap dia,cara memperlakukan dia,lo nggak salah gue yang salah karena malah masuk sementara gue sadar dengan itu semua."

"Al.."

"Gue nggak papa dan gue merasa lega."

"Sekarang gue yang takut"Katanya

"Lo takut dia nggak punya perasaan yang sama kayak lo?"Satu gelengan Aris membuat Almera mengangkat sebelah alisnya.

"Gue takut buat dia luka"

"Kalo gitu jaga dia!"

"Itu yang gue takutin,gue takut gue nggak bisa jaga dia"Artis menundukan kepalanya."Lo harus yakin Ris,dengan begitu Geyna juga akan percaya sama lo"

"Gue tau kalo Geyna juga punya perasaan yang sama kayak lo,jangan lepasin dia"Lanjut Almera bijak,Aris menatap gadis itu dengan senyumnya

"Thanks Al"Almera hanya tersenyum menanggapi kalimat Aris barusan.

Jujur hatinya terluka,tapi ia tak ingin ada air mata,ia ikhlas toh selama ini ia tau bahwa Aris tak pernah mempunyai perasaan yang sama seperti apa yang ia rasakan.Ia juga tak mampu memaksakan perasaanya karena ia tau dengan begitu bukan hanya hatinya saja yang akan terluka tapi begitupun dengan Aris maupun Geyna.

Aris&Geyna "Tanpa Alasan" (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang