7.Dia yang Sedang Sakit

36 8 0
                                    

Suara adzan subuh baru saja berkumandang,Geyna sudah terduduk di ruang makan setelah melaksanakan sholat subuh tadi."Pagi.."Seseorang menyapa dari balik punggunya,Geyna hanya tersenyum sambil sesekali meneguk air hangat yang tadi ia buat sendiri.

"Mending udah bangun?"

"Udahh lah"

"Hari ini ada acara nggak?"Geyna menggeleng menjawab pertanyaan dari wanita yang sedang berdiri di meja bar dapur yang kebetulan berseberangan dengan ruang makan."Tapi nanti siang sih ada janji."Katanya mencoba mengingat janji apa yang telah ia sepakati.

"Paginya berarti nggak ada kan?"

"Kenapa sih mah?"

"Mamah mau minta tolong buat anterin makanan ke rumah Aris, katanya dia lagi sakit."Kalimat itu membuat Geyna menghentikan aksi mengunyahnya.

"Sakit?kenapa?"Tanyanya pada diri sendiri setelah sang mamah terlebih dahulu meninggalkan meja makan.Kemudian bayangan malam tadi tiba tiba saja memenuhi benaknya."Pantes,malam tadi kan hujan.Ariss...Aris susah banget di bilangin!"

"Bilangin apa kak Gey?"

"Nggak,baru bangun kamu?"Ayna duduk di sebelah Geyna sambil sesekali mengucek matanya perlahan.

"Minum air hangat dulu Ay"Kemudian satu teguran membuat tangan kanannya yang sedang memegang gelas menghentikan pergerakannya,kakinya dengan malas berjalan ke arah termos berisi air teh hangat yang pagi pagi sekali sudah di buatkan sang mamah.

"Gimana Gey?bisa nggak?"

"Iyah,tapi ditemenin Ayna yah"Gadis berambut pendek yang baru saja kembali duduk di ruang makan itu hanya melongo mendengar pembicaraan kedua wanita yang usia nya jauh di atasnya."Apaan,kok bawa bawa Ayna sih?"

"Ay,hari ini kamu termenin ka Gey kerumah bang Aris,Titik pokoknya tanpa alasan."

Mata bulat milik Ayna langsung menatap tak setuju ke arah sang mamah yang tengah asik meminum teh hangatnya."Maksud mamah nanti Ayna jadi kambing conge gitu?nggak mau ah."Tolaknya di sertai gelengan.

"Maksud kamu apa Ay?"Geyna langsung menatap adiknya sinis."Kambing conge gimana sih maksud mu Ay?"Sang mamah ikut bertanya pada anak bungsunya yang duduk di depannya.

"Nggak.Iyah deh nanti Ayna temenin."
.

.
Minggu pagi itu suasana rumah sudah ramai oleh ketiga perempuan di dalamnya.Ayah Geyna yang bekerja sebagai seorang TNI memang jarang sekali pulang ke rumah,karena sekalinya pulang ia akan pulang ke rumah militernya yang jaraknya lumayan jauh dari rumah Geyna.

Sekitar pukul 09.00 pagi Geyna dan Ayna sudah berulang kali mengetuk pintu rumah Aris."Masuk aja lah kak."

"Nggak sopan tau,ntar kita disangka maling lagi."

"Siapa juga yang mau maling,sekomplek ini aja tau rumah kita itu cuman kehalang tiga rumah aja dari sini,kakak mah parnoan"Langkah Ayna kembali terhenti ketika lengan Geyna lebih dulu memegang lengannya.Berulang kali gadis itu merengek meminta masuk.

"Kamu tuh yah belajar tatakrama nggak sih di sekolah?"

"Dasar ketua osis,patuh banget sih sama peraturan sampe sampe sifatnya di bawa bawa ke rumah."Ayna berjalan ke tempatnya semula kemudian sedikit berlari ke arah pintu rumah Aris yang sedari tadi terhalang oleh tubuh sang kakak.

"Ay..."

"Tuh kan nggak di kunci,masuk aja lah"

"Nggak.."

"Ayoo lah,sampai kapanpun bang Aris juga nggak bakal nyuruh kita masuk,diakan lagi sakit!"Dengan terpaksa Geyna mengikuti langkah Ayna dengan terburu buru karena lengannya di tarik kesana kesini oleh gadis yang usianya hanya berjarak 3 tahun dibawahnya.

"Bang,bang Aris"

"Nggak usah teriak teriak kali Ay..inget yah ini rumah orang"

"Bang Aris bang..."

"Ay.."Geyna menghentikan ucapannya tepat di depan pintu kamar yang ia yakini milik Aris."Bang..."

"Ay,jangan macem-macem"Ayna,gadis itu bahkan sedari tadi sama sekali tak mendengar ucapan kakaknya.Langkahnya tetap tertuju pada sebuah ruangan yang ketika ia buka langsung menambilkan isinya termasuk Aris yang sedang terbaring tak berdaya di atas kasur berukuran sedang.

"Kak Geyn,sini.Bang Aris di dalam."

"Kakak udah liat kali,kamu ambilin mangkok sama air putih.Kakak ambil air buat ngopres."Ayna mengangguk dan menuruti semua perintah Geyna untuk kali ini.

"Ris..Aris"Satu usapan lembut Geyna tak langsung membangunkan lelaki yang sedang terlelap."Ris.."

"Kak,kasian."

"Dia harus makan Ay..kalo Nggak makan nambah sakit nanti"Ayna hanya mengangguk dan berjalan ke arah kursi yang sudah tersedia di ruang kamar Aris.

"Ris..bangun dulu sebentar"Ada sebuah ke khawatiran yang terlukis di wajah Geyna,sungguh hatinya merasa bersalah karena malam kemarin ia tak mencegah Aris untuk pergi."Aris.."

Kemudian sedikit demi sedikit Aris membuka matanya untuk memberi respon pada suara lembut yang sedari tadi mengganggu tidurnya."Gey..."

"Makan dulu Ris,nanti tidur lagi"Aris mengangguk setuju,kemudian mengambil handuk yang sudah di lipat lipat di pelipisnya.

"duduk dulu yah"Ucap Geyna lembut penuh kekhawatiran jujur tiba tiba hatinya merasa terluka menatap mata hitam yang kini terlihat sendu,apalagi wajah Aris yang belum sembuh dari luka lembab kemarin,adakah yang dapat menggambarkan hatinya yang tiba tiba saja kacau oleh suara parau lelaki didepannya.

"Sedikit aja."Ucap Aris pelan sebelum membuka mulutnya untuk menerima masukan makanan dari tangan Geyna."Makan aja dulu."

Tanpa banyak bicara lelaki yang kini berpenampilan berantakan itu sedikit demi sedikit mengunyah makanan yang di berikan Geyna yang lagi lagi merasa sedih ketika tangannya bersentuhan dengan tangan Aris yang terasa hangat.

"Malam kemarin lo pergi kemana?"Tanyanya membuka obrolan.

"Nggak jauh"

"Nggak jauh tapi sampe sakit,wajah lo aja masih babak belur gini,eh..udah sakit yang lain lagi."

"Jelek yah?"

"Banget,di tambah pucat lagi makin jelek aja lo."Aris tertawa mendengar penuturan Geyna mengenai wajahnya."Nggak usah ketawa,harusnya lo kasian sama tubuh lo ini."

"Iyah."

"Kasian sama wajah lo,biarin aja hidup lo berantakan asal jangan tubuh lo apalagi wajah lo"

"Iyah."

"Kalo semuanya berantakan,apa lagi yang mau lo banggain biar bisa terkenal"Aris lagi lagi terkekeh kecil mendengar omelan dari gadis galak didepannya,dan untuk pertama kalinya lagi setelah hampir sebulan penuh ia tak mendengar omelan Geyna.

Geyna adalah perempuan pertama yang mengomelinya lagi.

"Denger nggak?"

"Iyah."Katanya kemudian menerima obat yang sudah di buatkan oleh Geyna.

"Makan lagi"

"Kenyang Gey"Geyna menyimpan bubur buatan sang mamah dan kemudian beralih mengambil kotak obat di samping tempat tidur Aris dan mulai mengobati luka lembab di wajah pucat lelaki itu.

"Pegangin"katanya sambil melepaskan pegangan pada handuk kecil yang sekarang sudah berada di pelipis Aris."Jangan tiduran dulu,makanannya masih di tenggorokan"Perintahnya sebelum keluar kamar untuk membersihkan alat alat makan tadi.

Aris&Geyna "Tanpa Alasan" (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang