"Selamat malam tante."Pintu yang tadi di ketuk berulang kali itu akhirnya terbuka memperlihatkan seorang wanita paru baya yang masih terlihat muda dan segar."Eh,siapa yah?"Tanyanya lembut,setelah meneliti sesaat wajah lelaki di depannya yang tidak ia kenali.
"Saya Revan,temannya Geyna."
"Oh,silahkan masuk.Tunggu sebentar yah,tante panggil Geyna nya dulu"Revan mengangguk pelan sambil berjalan ke arah kursi yang sudah di sediakan di ruang tamu Geyna yang cukup luas,kemudian yang dia lakukan selanjutnya adalah menunggu.
"Hai."Sapa Geyna yang langkahnya diikuti sang mama."Yuk,mah Geyna jalan dulu yah"Pamitnya pada wanita yang sedari tadi berdiri di sampingnya,setelah bersalaman keduanya kemudian masuk kedalam mobil yang Revan gunakan malam itu.
"Gey,lo cantik"Geyna menoleh menatap Revan yang juga sedang menatapnya,kemudian tersenyum sambil menyelipkan rambut hitamnya yang sengaja di gerai kebelakang telinga,mungkin ini untuk pertama kalinya Revan melihat Geyna memakai dres pendek di atas lutut yang dipadu padankan dengan sneakers warna senada dengan baju yang digunakan,semakin menambah kesan manis pada Geyna.
"Jangan muji ntar gue sombong lagi"
"Serius,lo cantik di malam pertama kita makan malam"Lagi Geyna tak mampu menahan senyumannya apalagi setelah sempat lagi lagi berpandangan dengan lelaki di sampingnya yang diam diam memperhatikannya."Gue suka liat lo pake dres"
"Thanks"Mobil berjalan melintasi jalanan di temani lagu lagu yang di putar di dalam mobil bercampur obrolan ringan di antara keduanya dan disanalah Geyna mulai banyak mengenal Revan juga sebaliknya.
"Silahkan keluar tuan putri"Kata Revan sambil membukan pintu mobil untuk Geyna."Makasih"
"Ini kafe bokap gue yang di bangun pas orang tua gue masih nyatu,sebelum terjadi sesuatu sama keluarga gue gara gara wanita penggoda itu"Cerita Revan sedikit menggebu,Geyna hanya mengangguk enggan bertanya takut menyinggung Revan yang terlihat penuh kemarahan.
"Buatin makanan yang speasial buat dia"Ucapnya saat salah seorang yang tadi dia panggil datang dan langsung mengangguk."Nyokap lo ada dimana sekarang?"
"Gue nggak tau,setelah kejadian 10 tahun yang lalu yang membuat orang tua gue pisah, dia nggak pernah kembali lagi"Geyna ikut prihatin dengan keluarga Revan yang ternyata seberantakan itu.
"Gue benci banget sama wanita penggoda dan anaknya itu"
"Dia punya anak?"
"Iyah,laki laki dan seumuran sama gue"
"Mereka ada disini?"Tanya Geyna hati hati."Mereka bahkan ada di sekeliling gue,dan mungkin termasuk lo"
"Hah?"Kemudian obrolan keduanya terhenti sejenak setelah pesanan Revan datang,Geyna tersenyum ketika Revan menyuruhnya mencoba makanan dan minuman spesial yang ada di kafe milik ayahnya.
"Gimana?"
"Enak"komentarnya singkat.
"Syukur deh kalo lo suka,itu minuman paling spesial disini dan khusus buat orang orang spesial kayak lo"
"Gue?"Revan mengangguk."Kenapa?"
"Harus ada alasan yah buat jadiin seseorang spesial?"Satu hembusan napas kikuk Geyna sekiranya dapat menjadi balasan dari pertanyaan Revan barusan.
"Nggak usah dipikirin"Kemudian keduanya terlibat dalam obrolan dan makan malam yang sederhana di mata Revan dan mewah di mata Geyna.
"Makasih buat malam ini"
"Gue juga mau bilang makasih karena lo mau dengerin cerita gue,Gey"Geyna mengangguk."Mau mampir?"Tanyanya ragu,pasalnya ini sudah malam.
"Nggak,udah malem.sampe ketemu besok"kemudian dia mengangguk dan keluar dari mobil,sebelum pergi Revan sempat membunyikan klakson mobilnya.
"Baru pulang?"
"Mau kemana lo?"
"Gue nanya duluan!."Aris mematikan suara mesin motornya kemudian membuka helm yang tadi belum sempat ia buka."Iyah,lo mau kemana?"
"Jalan"
"Sama Almera?"
"Ya kali gue ngajak jalan cewek malem malem gini"Geyna mengangguk kemudian membuka pintu pagar rumahnya yang belum terkunci."Bagus kalo lo tau jam,terus malam malam gini lo mau jalan kemana?"
"Kemana aja."
"Ya udah gue mau masuk,kayaknya mau hujan jadi hati-hati"Itu juga yang menjadi salah satu alasan Geyna dan Revan memilih pulang cuaca menjadi semakin tak mendukung ketika angin membesar di tambah sambaran petir.
"Oke,gue jalan dulu"kemudian sebelum Geyna selesai mengunci pagar rumahnya motor Aris sudah melaju membelah jalanan malam dihiasi angin serta petir.
Malam itu setelah membersihkan diri dan melaksanakan kewajibannya,Geyna mulai terlentang di atas kasur sambil memeluk Guling kesayangannya. Senyum tak pernah pudar dari wajahnya walaupun hujan dan petir berulang kali terdengar,hari itu Geyna merasa menjadi gadis paling bahagia karena bisa makan malam dengan Revan dan mengenal lebih dekat dengan sosok lelaki yang menjadi musuh sekolahannya.
Sedangkan sebaliknya dengan Aris yang tak hentinya mengusap wajah kasar akibat hujan yang membasahi wajahnya yang tidak tertutupi helm.Malam itu hatinya sedang kacau,Aris benci pada dirinya sendiri yang pengecut terhadap perasaannya pada Geyna.Ia ingin marah pada Geyna yang pergi dengan Revan namun ia sama sekali tak punya hak untuk itu.
Motor nya terus melaju membelah hujan deras yang menghiasi malam lelakinya hingga terhenti di persimpangan jalan ketika seseorang melambaikan tangannya di atas motornya."Ris"Katanya membuka helm yang menutupi kepalanya.
"Lo mau kemana?"Aris memundurkan motornya tepat di depan lelaki yang tadi melambai."Rion,ngapain lo disini?"setelah meneliti cukup lama lelaki yang berjas hujan itu kemudian Aris mulai bersalaman ala mereka.
"Gue abis nganterin Pritta,neduh bentar disini.Lo mau kemana?"
"Nggak kemana mana"
"Ris tubuh lo kan gampang sakit kalo kehujanan,pulang sono!"Aris tertawa mendengar kalimat Rion yang mirip emak emak dan sok perhatian."Perhatian amat lo"Katanya kemudian menggeser duduknya menjauh sedikit dari Rion yang notabene nya sedang duduk di sampingnya sama sama menatap hujan di warung yang sudah tutup.
"Yeehhh,dari pada nggak ada yang merhatiin kan?"Aris kemudian tertawa dan mengangguk setuju."Ngapain lo neduh disini,lo kan pake pelindung gitu"
"Ya nggak papa,udah lama juga nggak liat hujan gini"
"Move on itu sesuah apa sih?"
"Dia berharga Ris,seandainya bukan dia mungkin move on itu semudah membalikkan telapak tangan"Aris mengangguk mengerti dengan perasaan sahabat di sampingnya ini.
"Terus kenapa lo putusin dia?"
"Lo pikir itu kemauan gue Ris?gue bahkan nggak pernah mikir buat putus kayak gini"Sejauh ini Rion memang tak pernah bercerita apapun mengenai masalahnya dengan Alana,gadis yang menjadi sahabat karib Geyna.
"Terus kemauan siapa?"
"Nyokap bokap gue nggak pernah ngijinin kita nyatu karena ada suatu masalah antara keluarga gue sama keluarga Alana yang dulunya berteman baik"
"Sampe akhirnya lo putus sama dia?"
"Ya,karena gue lihat sendiri Alana tersiksa sama hubungan ini,jadi buat apa di pertahanin?"Rion menunduk sambil menutup mata dalam membayangkan kejadian yang sudah berlalu selama satu tahun lalu.
"Lo cowok yang baik dan gue rasa Alana beruntung pernah dapetin lo"Kemudian Rion mendonggak sambil menatap jijik ke arah Aris yang justru menatapnya iba."Lo nggak ada rasa kan sama gue?"
"Idihhh najis,gue masih normal,ada sih rasa.... rasa pengen nabok"
"Sorry yah,gue jadi curhat"
"Santai aja kali.kalo bisa sih lo perjuangin lagi Alana dan jangan mainan perasaan Pritta, kasian"Aris berdiri kemudian melangkah lagi kearah motornya."Lo mau kemana?masih ujan Ris"
"Jalan,nikmatin Hujan"Katanya kemudian melaju lagi membelah jalanan malam yang semakin dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aris&Geyna "Tanpa Alasan" (TAMAT)
Novela JuvenilCover by :Canva "Gey,coba aja lo nggak galak gue pasti jatuh hati dah sama lo." "Gue galak juga milih milih,sorry yah." ~GEYNA . "Lo kenapa sih suka banget berantem?" "Nggak ada yang suka berantem Gey,cuman di waktu tertentu kita di tuntut buat bera...