Nyaman

3.2K 384 7
                                    


Kalau Woozi lagi ngerasain cinta lama belum kelar, beda lagi sama Jun.

Iya. Cinta lamanya sama Kyulkyung udah kelar. Ga ada harapan buat balikan meskipun mereka masih jaga hubungan biar ga terkesan habis manis sepah dibuang.

Bagi Junhui, bagaimanapun juga ia dan Gadis itu pernah berbagi kisah manis bersama. Berbagi satu sama lain, saling mendukung satu sama lain.

Bahkan ciuman pertamanya ia berikan pada Gadis itu.

Terkadang Jun rindu memberikan kecupan singkat manakala ia bertemu dengan Kyulkyung. Lalu terkekeh pelan ketika melihat reaksi gadisnya yang begitu manis dengan rona merah menghiasi wajahnya.

Eh ralat ding, bukan gadisnya tapi mantannya.

"Bengong mulu, jun."

Sana harus sedikit mendongak ketika melihat wajah Pemuda yang berjalan di sampingnya. Jun itu lumayan tinggi.

Ia bisa melihat Jun sedikit meringis pelan tanda malu karena kegiatan melamunnya sudah beberapa kali dipergoki olehnya.

"Kamu ada masalah?"

"Ga. Cuma ... kecapean."

Jun mencoba mencari alasan yang tepat. Ya kali ngaku lagi mikirin mantan.

Sana sedikit menunduk, merasa jika dirinya adalah penyebab utama temannya itu merasa kelelahan.

Rumah Sana dan Jun memang di satu area perumahan, tapi selisih tiga blok yang lumayan jauh jika hanya berjalan kaki.

Salahkan peraturan sekolah yang melarang mereka menggunakan kendaraan pribadi saat kegiatan belajar-mengajar.

Atau salahkan Sana yang terlalu paranoid, karena akhir-akhir ini banyak pria cabul yang suka bertindak tidak senonoh pada wanita. Tetangga sebelah rumahnya sudah menjadi korban pelecehan. Ia takut.

"Maaf... "

"Hah?"

"Maaf ngerepotin kamu."

Sana menunduk. Lebih senang mengamati jalanan beraspal daripada menatap kedua manik mata Jun, karena ia akan merasa semakin bersalah.

Pemuda di sampingnya hanya terkekeh pelan. Mengacak pelan rambut Sana dengan gemas.

"Gue ga pernah ngerasa direpotinㅡ "

Sana mendongakan wajahnya. Kedua sejoli itu saling beradu pandangan.

" ㅡkeselamatanmu itu penting."

Jun mengusap tengkuknya, gugup. Sementara Sana menahan senyumannya agar tidak semakin melebar.

"Besok kaya biasa ya. Berangkat bareng, kompleks ini masih ga aman."

Sana pun mengangguk pelan sebagai jawaban. Tidak mungkin ia menolak ajakan Jun. Selain karena faktor keamanan, pergi dan pulang bersama Jun sudah menjadi kebiasaannya.

Kebiasaan yang akan selalu membuat hatinya berdebar dan merasa lebih bahagia.

Sana menyukai Jun? Mungkin saja. Perasaan nyaman itu tumbuh dari kebiasaan.

Tapi Jun?

Apa ia sudah sepenuhnya melupakan sang mantan?



































atau malah ada keinginan balikan?

entahlah. Hati Sana berdenyut sakit acapkali memikirkan kemungkinan itu.

kelas sisaan ↯ 96 linersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang