Perpisahan

2K 233 8
                                    

"Aku mau balik ke Osaka."

Jun terdiam sejenak. Mencoba mencerna apa yang barusan saja ia dengar. Apakah Gadis dihadapannya sekarang sedang bergurau?

Sungguh ini bukan lelucon yang lucu.

"San ... kamu serius?"

Ia pun menatap lamat kedua manik Sana. Mencoba mencari kebohongan dari tatapan matanya, tapi nihil. Jun hanya melihat pantulan wajahnya. Serta tatapan mata sarat akan kesedihan yang mendalam, keputusasaan.

"Iya, Jun .. aku serius." Sana mencicit, pandangannya jatuh ke bawah. Menatap lantai kamarnya, menerawang.

"Kenapa bunda sama ayah nyuruh kamu balik ke Osaka?!" Jun masih benar-benar belum bisa menerima keputusan ini.

Jika Sana kembali ke Osaka, maka besar kemungkinan ia akan menatap di sana. Tak kembali lagi ke sini.

Jun tak bisa bertemu dengannya lagi.

Sana menggeleng pelan, "itu keputusan aku. Bukan paksaan dari ayah bunda." Ia menarik nafas dalam-dalam.

Kemudian mengangkat wajahnya, menoleh ke arah Jun. Pandangan mereka saling bertemu.

"Kenapa kamu mau pindah?"

"Aku ... malu. Aku malu, Jun."

Sana kembali menunduk. Kali ini menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan. Menutupi kesedihannya.

Suara isakan mulai terdengar. Pelan dan lirih, namun menyakitkan.

"Sini dengerin aku," Jun menarik pelan tubuh Gadis dihadapannya. Memeluknya erat, mencoba membuat Sana nyaman di dalam sana.

"Kamu gak perlu malu—"

"Ayah sama Bunda pasti malu!" Sela Sana di dalam isakannya.

"Enggak, san. Mereka gak mungkin malu. Kejadian waktu itu murni kecelakaan." Ucap Jun seraya mengusap pelan pelupuk kepala Sana.

"Aku janji bakal jagain kamu terus, setiap hari, kapanpun dan kemanapun kamu mau pergi bakal aku anter dan jemput. Kita kembalikan lagi hari-hari menyenangkan milik Sana. Tapi kamu harus janji gak sedih kaya gini lagi."

Sana terdiam sejenak, ia memeluk erat tubuh tegap Jun, seolah takut Pemuda itu akan pergi meninggalkannya. Ia tidak ingin kehilangan momen berharga ini sedetik pun. Bibir Sana terangkat, ia mulai berucap.

"Aku janji gak bakal sedih lagi. Aku bakal kembali bahagia, tapi aku mau pulang ke Osaka." Final Sana. Tidak bisa diganggu gugat.

Jun menghela nafas pelan. Ia gagal membujuk Sana agar tidak pergi. Jadi, hari ini adalah terakhir kali mereka bisa mengobrol panjang lebar seperti ini?

Ini tidak bisa dibiarkan.

Tiba-tiba terlintas sebuah ide di benak Junhui.

"Kayanya keputusan kamu udah bulat ya?" Ia tertawa miris. Ada rasa kehilangan melingkupi hatinya. "Tapi, sebelum pergi kita ketemu anak-anak dulu ya?"

Sana hanya mengangguk lemah. Mengiyakan permintaan Jun, meskipun sebenarnya ia masih tidak berani bertemu dengan teman-teman sekelasnya.



























tadinya, gue sempet mikir pengen namatin book ini sampe disini, terus bikin season baru. kemudian gak rela, masih banyak kapal yang belum eksis dan jadi tokoh utama. wkwk

ini pacar aqu. mana pacar kalian?
ngelawak dikit say. karena akhir-akhir ini, ceritanya rada sedih :(

kelas sisaan ↯ 96 linersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang