Pelindungmu

3K 368 23
                                    

Pertunjukan terakhir dari Junhong dan Hanbin menutup pentas malam ini.

Sana bergegas keluar, berharap agar tak tertinggal bis yang menuju ke daerah perumahannya. Hari ini ia tak ingin merepotkan Jun.

Tak ingin sedikit pun.

Bahkan ketika Pemuda itu memintanya menunggu sebentar agar bisa pulang bersama, Sana malah diam-diam pergi keluar. Berlari secepat mungkin menuju halte bis terdekat.

Beruntung, ketika ia tiba sebuah bis dengan rute tujuannya pun datang. Tanpa ragu Gadis itu segera naik. Meninggalkan Jun yang dengan wajah khawatir mencari sosok Sana disekitar cafe.








Sana hanya sedang ingin sendiri. Entah apa yang salah dengan moodnya. Bahkan tadi pagi ia memaksa Momo untuk berangkat bersama agar memiliki alasan untuk menghindar dari Jun.

Dengan malas, Sana menscroll timeline sns. Gerakan jarinya terhenti di satu postingan. Postingan milik adik kelas yang ia kenali sebagai mantan Wen Junhui.





Jookyung ㅡnow listening Sunggyu - Kontrol.

comments

yooddaeng : aku suka lagu ini ㅋㅋㅋ

jookyung : aku juga ㅋㅋ @yooddaeng

hoshkwon : apa ini seperti kode?

jookyung : kakak jangan aneh-aneh deh @hoshkwon

hoshkwon : lu tau kan arti lagu ini @whenjunhui

jookyung : kak hoshi, please...

hoshkwon : ada yang minta kembali, apa lu bakal kembali? @whenjunhui

whenjunhui : mungkin















Satu kata yang sukses menghancurkan keceriaan seorang Sana.

Ini konyol. Sana benar-benar merasa konyol. Apa salahnya jika suatu saat kedua orang itu balikan?

Sana merasa, ia seharunya paham. Ia bukan siapa-siapa, hanya pemain figuran yang sekedar lewat dalam drama kehidupan Jun. Peran tambahan yang hanya menjadi tokoh teman.

Menyimpan rasa mungkin sah-sah saja. Tapi berandai-andai suatu saat perasaannya terbalas?

Sana rasa ia tertular virus budak cinta.













Gadis itu tersenyum miris. Segera melangkah keluar ketika sudah sampai tempat tujuannya.

Masih dengan tangan kanan yang sibuk menscroll timeline sns. Ia pun melangkah perlahan, menuju blok rumahannya yang masih terbilang cukup jauh.

Langit semakin menggelap. Malam segera tiba ditambah suara gemuruh petir yang menandakan hujan akan segera turun.

Suasana yang benar-benar mendukung Sana untuk bergalau ria di kasur.








Namun ia menangkap siluet bayangan seseorang sedang berjalan tak jauh dari dirinya. Ia sedikit menoleh kebelakang, mendapati seorang pria berwajah lusuh menggunakan coat coklat berjalan tanpa alas kaki.

Dan langkahnya seperti mengejar Sana yang entah kapan semakin mempercepat langkahnya.


Sana mengalihkan pandangannya. Menatap lurus kedepan lalu setengah berlari. Ia takut itu sosok orang cabul yang masih bergentayangan di kompleks rumahnya.

Sana mencoba menahan tangisnya, ia takut jika firasatnya benar. Tapi ia juga takut salah duga, bagaimana jika itu hanya gelandang biasa?























Tapi kau tau? firasat wanita lebih banyak benarnya.

Sana tak berhenti menangis ketika pria lusuh itu mencengkeram tangannya lalu dengan beringas menyentuh kedua buah dada Sana. Jangan lupakan sudut bibirnya yang terangkat, menyeringai senang karena berhasil menemukan mangsa baru.


"Kumohon lepaskan aku..."

Suara serak Sana yang setengah terisak membuat pria lusuh itu semakin kesenangan. Biasanya wanita lemah seperti ini akan pasrah jika dicabuli.

Orang sinting ini benar-benar menyukai tipe seperti Sana.




Isak tangis Gadis itu semakin mengeras ketika ditarik paksa ke sebuah pos satpam tua yang tak digunakan lagi. Bahkan atapnya sudah tak ada.

Sana mencoba memberontak tapi tenaganya tak sebanding. Ia kalah telak.

Tak ada harapan. Tak ada seorang pun disini. Kenapa kompleks rumahnya begitu sepi? Kenapa petugas keamanan tak kunjung menangkap orang cabul ini?

Dengan tangan dan kaki yang masih memberontak kuat, Sana berdoa di dalam hati, seseorang akan menolongnya.




















Ayah


















Ibu


















Jun

atau siapapun yang Tuhan kirimkan untuk menolongnya.


















Sana takut ...






















Sepersekian detik berikutnya, ketika pria lusuh itu ingin mencium paksa bibir Sana. Sana sempat menendang perutnya hingga terjatuh ㅡterduduk di sudut.

Pria lusuh itu mencoba untuk berdiri kembali, ketika sebuah hantaman keras mengenai wajahnya. Membuat ia terjatuh, tersungkur di lantai dengan darah mengalir dari hidung dan mulutnya. Bahkan beberapa giginya tanggal. Seketika ia tak sadarkan diri.




















Sana benar-benar tak bisa menahan tangisnya ketika menemukan Jun berdiri di sana. Dengan wajah memerah karena emosi membogem mentah orang cabul itu hingga pingsan hanya dengan satu pukulan.

Ia masih diam, namun tangannya sudah meraih lengan Sana. Perlahan, ia memeluk Gadis itu. Mencoba menenangkannya.

"Aku disini, jangan khawatir." Bisiknya pelan lalu mengusap perlahan punggung Sana yang masih terisak.

kelas sisaan ↯ 96 linersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang