Jennie hampir terjerembab ke tanah, ketika kaki kirinya tak sengaja tersandung di lubang.
Junhongㅡ yang masih duduk manis di atas motornya, mati-matian nahan ketawa. Hayoung yang duduk diboncengan juga sama aja. Malah lagi gigitin ujung sweter abu-abunya, nahan ketawa.
Hanbin dengan sigap turun dari motor scoopy kesayangannya, buru-buru bantuin Jennie.
"LU GIMANA SIH BIN? MARKIR MOTOR LIAT TEMPAT KEK. MASA DI SAMPING GUE ADA LOBANG LO GA LIAT?"
Maha cantik Jennie dengan suara toaknya.
Hanbin cuma bisa nyengir kuda karena ga tau harus bereaksi kaya gimana, "maaf nyai."
Hayoung segera turun dari motor Junhong, disusul Pemuda kelebihan kalsium itu di belakangnya.
"Sudah-sudah jangan berteman, bertengkar aja terus," ucap Hayoung santai lalu memasuki cafe temennya bapak Daesung tercinta.
Ini hari kedua sekaligus terakhir mereka akan ngamen disini. Demi dana tambahan untuk membuka stand di festival sekolah nanti.
Hayoung sih yakin betul, jika nanti pihak sekolah akan memberikan modal awal juga. Meskipun itu cuma sedikit, karena sepupu Hayoung pernah bersekolah disana juga. Kak Naeun.
Kak pesek (eh maaf salah), Kak Naeun udah cerita banyak mengenai sekolahnya itu. Mulai dari biografi singkat pemilik yayasan sampai cerita horror di gedung ekstrakulikuler.
Sebenernya penting ga penting sih, tapi Hayoung mah dengerin aja Naeun mendongeng. Lumayan buat bahan ngerumpi kalo di kelas.
Kedatangan empat sekawan itu disambut dengan pemandangan Woozi, Wonwoo, Hoshi dan Yerin yang terdiam, terduduk di pinggir panggung.
Keadaan cafe masih terbilang cukup sepi karena ini belum memasuki jam makan siang.
Hayoung mengernyitkan dahinya heran, lalu bertanya, "kalian kenapa lemes?"
Yerin mendongak. Air wajahnya terlihat tak bersemangat dan seceria biasanya. Hayoung tau betul, pasti ada sesuatu yang terjadi.
"Kabar buruk gengs," Yerin mulai berucap. Ia menarik napas dalam dan melanjutkan ucapannya.
"Sana jadi korban pelecehan di kompleks rumahnya."
Semuanya terdiam. Tak ada yang berkomentar, terlalu kaget.
"Diaㅡ dia gapapa kan?" suara Jennie terdengar bergetar. Antara takut dan menahan tangis.
"Dia gapapa, untung Jun nyelametin dia. Tapi sekarang dia shock bahkan ga keluar kamar sama sekali," saut Hoshi yang semalam menjadi tempat Jun curhat masalah kemarin.
"Hari ini performenya dipercepat, sebisa mungkin sore selesai. Kita langsung ke rumah Sana," ujar Hanbin dengan suara pelan. Namun masih bisa di dengar yang lain.
Semuanya mengiyakan. Segera menyelesaikan apa yang harus mereka persiapkan untuk pentas nanti.
Tak banyak obrolan atau candaan seperti biasanya. Mereka diam, mereka sedih. Kenapa tak bisa melindungi seorang teman yang mereka sayangi.
KAMU SEDANG MEMBACA
kelas sisaan ↯ 96 liners
Cerita Pendekdaily-life story dari sekumpulan siswa absurd yang masuk ke dalam kelas sisaan - 2E warning ⚠ • non-formal • tidak mengandung eyd yang baik • hanya suka-suka • humor terlalu garing start : feb 08th, 2018 hr : #20