Keanehan Ketiga

1.7K 268 14
                                    

Jennie masih berdiri mematung di depan sebuah pintu kelas. Papan petunjuk di atasnya, tertuliskan 'Kelas 2-C'.

Bukan tanpa alasan dia berdiri di sini. Ia ingin menemui Hyun Seunghee, yang tempo hari terlihat berbicara dengan Hanbin. Ia rasa pertemuan mereka ada kaitannya dengan keanehan Hanbin kali ini.

"Permisi," ia mengetuk pelan pintu kelas tersebut. Membuat beberapa orang yang masih ada di dalam menoleh ke arahnya.

Jennie tersenyum kikuk, ia mengedarkan pandangannya. Mencari keberadaan Hyun Seunghee di dalam sana.

Gotcha! Gadis itu duduk di kursi area tengah, sedang membereskan meja nya. Dengan gerakan cepat, Jennie menghampiri Seunghee.

"eum, hai?" Sapanya kaku. Seunghee yang merasa ada seseorang di dekatnya pun menoleh. Menatap Jennie dengan senyuman ramahnya.

"Oh, Hai? Kim Jennie dari kelas sebelah kan? Ada apa?" Tanya Seunghee antusias. Jennie terdiam sejenak, masih bingung bagaimana mengutarakan pertanyaannya.

"Gue mau nanya, boleh?" Seunghee mengangguk sebagai jawaban. "Tempo hari, lu ngobrol sama Hanbin kan? Kalau boleh tau itu ngobrolin apa?"

Seunghee terdiam sejenak. Apa ia harus menjawab dengan jujur pertanyaan Jennie? Apa ada sesuatu yang terjadi? Atau Gadis itu hanya sekedar penasaran saja?

Jangan-jangan Jennie pacarnya Hanbin terus cemburu lagi liat mereka ngobrol. Kalau memang iya, sumpah ini aksi pelabrakan paling sopan sepanjang masa.

"Memangnya kenapa ya?"

Jennie menghela nafas lemah, ia mulai bercerita. "Hanbin akhir-akhir ini jadi aneh."

"Aneh gimana?"

"Dia jadi suka melamun, dan akhir-akhir ini suka mondar-mandir di Koridor bawah Gedung kesenian yang mengarah ke kantin."

Deg!

Jantung Seunghee tiba-tiba berdetak kencang. Apa Hanbin sekarang masih di ikuti sosok aneh itu?

Ya, alasan utama kenapa pagi itu Seunghee menatap Hanbin karena ia melihat secara kasat mata, ada sebuah bayangan yang mengikuti Pemuda itu. Aura bayangan itu sungguh kelam, menyedihkan, benar-benar arwah gentayangan yang masih punya dendam mendalam pada dunia.

Dia pikir sosok itu ingin menyerang Hanbin, jadi ia sengaja menyentuh pundak Hanbin seraya memanjatkan serumpun doa di dalam hati. Membuat sosok bayangan itu lenyap begitu saja.

"Mungkin lo ga bakal percaya cerita gue, gak semua orang berlogika bakal mencerna cerita ini." Seunghee sedikit memberikan jeda. "Tapi Hanbin di ikuti sesuatu."

"Sesuatu apa?!" Jennie panik bukan main. Ia tau Hyun Seunghee bukan orang biasa.

"Sesuatu dari alam lain. Masalahnya, sesuatu itu punya aura negatif. Iya, dia jahat. Gue gak tau dia mau nyakitin Hanbin atau sekedar ngikutin aja."

Kedua kaki Jennie terasa lemas, ia sedikit berjalan mundur. Mendudukan diri pada kursi kosong. Ia tidak sanggup lagi berdiri.

Jennie memijat pelipisnya pelan, terasa begitu pusing. Ia memilih membuka ponselnya, mencari kontak bernama Kim Hanbin, dan segera mengirimkan pesan menanyakan keberadaannya.

Tapi hingga beberapa menit berlalu, jawabannya nihil. Bahkan Hanbin tidak membuka pesannya. Hingga notifikasi dari grup muncul, awalnya Jennie tidak tertarik untuk ikut nimbrung. Tapi ketika nama sosok yang sejak tadi mengabaikan pesannya muncul, seketika perasaan marah mencuat di dadanya.




anak papa daesung (15)

Jennie : Hanbin bisa kita ngobrol sebentar?

Jennie : Hanbin atau buka pc dari gue

read by 9


Tak ada jawaban, lagi. Bahkan tiba-tiba Hanbin menghilang dari peredaran grup chat kelas.

Kali ini Jennie mencoba untuk menghubungi sosok Pemuda itu melalui sambungan telfon.

"Ah sial, gak diangkat." Umpat Jennie kesal. Sekali lagi dia mencoba menghubungi Pemuda itu, hasilnya masih sama, tidak diangkat.




anak papa daesung (15)

Jennie : Hanbin jawab telfon gue

read by 13

Jennie : KIM HANBIN!

Hanbin left the group chat.






Kekesalan Jennie semakin tersulut, ketika melihat notifikasi jika Hanbin meninggalkan group chat. "Sialan." Umpatnya pelan.

Gadis itu menoleh, menatap Seunghee yang juga menatapnya penuh iba. Jennie membuang nafas kasar, kemudian menatap Seunghee penuh harapan.

Seunghee meraih kedua pundak Jennie. Menggenggamnya dengan erat, "gue bakal bantuin lo, sampai Hanbin kembali ke kita."

kelas sisaan ↯ 96 linersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang