Her Smile

4K 549 17
                                    


Netra Gadis itu menatap nanar ke arah langit malam yang begitu gelap. Gemerlap cahaya lampu kota memang sangat terang, tapi Gadis itu merindukan indahnya kemerlap jutaan bintang yang membentang di langit.

Ia merapatkan jaket yang ia kenakan, udara dingin mulai menusuk hingga ketulang belulang.

Duduk di balkon rumah bukanlah pilihan yang baik mengingat malam ini benar-benar dingin, tapi ini lebih baik daripada ikut duduk di dalam ruangan pesta berisi rekan-rekan bisnis ayahnya.

"Jen, nih gue bawain bakso." Suara Hanbin memnuhi gendang telinga Jennie. Gadis itu menoleh acuh lalu kembali menatap ke arah langit malam. Menerawang.

Hanbin datang dengan plastik berisi dua bungkus bakso di tangannya dan beberapa alat makan sederhana seperti mangkok dan sendok yang ia bawa dari dapur rumah Jennie.

"Makan dulu lu, nanti sakit." Ucap Hanbin seraya duduk bersila disamping Jennie. Mulai menyiapkan makanan yang akan ia dan Gadis itu makan.

"Orang tua gue aja ga peduli kalo gue sakit." Ucap Jennie dengan suara parau. Air mata mulai meniti di pelupuk matanya.

Jennie si bendahara kelas yang super galak akan selalu lemah jika membahas keluarganya. Satu titik kelemahannya.

Hanbin mendesah lemah, ia pasrah jika saja tiba-tiba Jennie menangis. Ia tidak tahu bagaimana cara memperlakukan wanita dengan baik.

"Mbok Darmi bilang lu belum makan daritadi pagi. Kasihan sama diri lu sendiri, Jen." Hanbin mencoba menyuapi Jennie dengan bakso yang sudah ia tusuk di garpu.

Namun Gadis itu menolaknya.

"Gue ga laper, bin."

Hanbin mendesah lemah lagi. Ini Jennie harus diapain woi.

"Jen, please lu jangan nangis ya. Gue ga tau cara diemin anak orang." Nada suara Hanbin terdengar takut. Iya takut kalau Jennie nangis terus ngamuk ke dia.

Bagaimanapun juga, Jennie itu si galak preman kelas dua-e.

Jennie yang mendengar pernyataan Hanbin hanya bisa terkekeh lemah, lalu menatap Hanbin dengan senyum termanis yang ia miliki.

"Makasih ya Hanbin, udah mau jadi temen curhat gue malem ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Makasih ya Hanbin, udah mau jadi temen curhat gue malem ini."

Sesaat Hanbin terdiam, menikmati keindahan syurgawi yang terpampang di depan wajahnya saat ini.

Si galak ternyata cantik juga.

Ia pura-pura terbatuk, mencoba menetralisir pikirannya.

"Tapi semua utang kas gue dilunasin ya, Jen."

"MANA BISA?!" Emosi Jennie mudah tersulut jika membahas utang-piutang kas kelas.

Hanbin tersenyum kecil.

"Cepet makan, atau lu sengaja ya mau masuk angin biar gue kerokin?"

"KAGA LAH, NJING."

kelas sisaan ↯ 96 linersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang