09. Sebuah cermin keteladanan

270 23 0
                                    

Ibnu Abbas RA pernah bercerita, “ Suatu malam aku menginap di rumah saudara perempuan ibuku, Maimunah salah seorang istri Rasulullah SAW. Ketika itu Nabi SAW giliran menginap di situ. Tengah malam Nabi bangun dari tidurnya dan langsung berwudhu dari syan, kantong air kecil yang terbuat dari kulit yang tergantung. Kemudian Nabi shalat. Lalu aku bangun dan berwudhu dengan air yang tersisa dalam kantong air tersebut. Sebagaimana yang fi kerjakan Nabi SAW, kemudian aku shalat di samping kirinya. Nabi menggeserkan aku ke sebelah kanannya.” (HR Bukhari). Hadits ini mengungkapkan dua hal yang sangat berharga yang dicontohkan Rasulullah SAW.

Pertama, pentingnya keteladanan. Kita lihat apa yang dilakukan oleh Ibnu Abbas, sejak bangun dari tempat tidurnya, kemudian berwudhu, lalu mengerjakan shalat malam bersama Rasulullah SAW. Semuanya dilakukan tanpa adanya ajakan atau perintah dari Rasulullah. Namun, semua itu dilakukan dengan penuh keikhlasan mencontoh apa yang dilakukan Nabi SAW.

Kedua, hemat dan menjauhkan sikap mubazir. Sebagaimana Rasulullah berwudhu dengan air yang secukupnya, tidak berlebih-lebihan. Cukup sebatas yang disyariatkan Allah. Padahal, air yang tersedia dalam kantong tadi, sengaja disediakan buat Rasulullah SAW.

Tidak salah seandainya Rasulullah SAW menghabiskannya. Bahkan lebih dari itu, seluruh penduduk Madinah dengan senang hati akan mengangkut air sebanyak mungkin untuk Rasulullah SAW. Tetapi tidak, Rasulullah SAW cukup memakai air sehemat-hematnya. Bahkan, masih tersisa buat Ibnu Abbas untuk berwudhu. Sebuah teladan yang mulia. Memang, pemimpin harus memberikan contoh dan mengedepankan keteladanan kepada yang dipimpinnya. Daripada sekadar beretorika kering tanpa keteladanan berarti.

Dalam riwayat lain, diceritakan bahwa Rasulullah SAW pernah ikut serta dengan para sahabatnya mencari kayu bakar. Padahal para sahabat tidak ingin Rasulullah SAW melakukannya. Tapi, beliau tetap pergi bersama para sahabatnya demi sebuah keteladanan.

Seperti yang diungkapkan Ibnu Khaldun, bahwa manusia adalah anak dari lingkungannya. Apa yang dilihat dan didengarnya dari alam sekitarnya sangat mendominasi mental dan kepribadiannya.

P.s

Maaf telat update, akhir-akhir ini saya agak sibuk. Jadi kelupaan soal update, hahaha.

Yah untuk membayar kesalahan saya, besok saya bakal update chapter terbaru (Dan untuk update hari Rabu tetap berlangsung kok). So ..., ditunggu yah ^^

(Pict sc : Banjarmasin Post)

Islamic StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang