08. Nasihat Salamah bin Dinar

293 29 0
                                    

Salamh bin Dinar, seorang salafush shalih dan termasuk perawi hadits terpercaya (wafat tahun 140 H), memberi nasihat kepada salah seorang sahabanya, “ Lakukanlah apa yang disukai oleh Allah sekalipun hal itu tidak disukaimu. Tinggalkan apa yang dibenci oleh Allah, sekalipun engkau menyukainya, niscaya engkau akan selamat di dunia dan akhirat. Lihatlah apa yang membawa dirimu kepada kebaikan, lalu pertahankan, sekalipun itu dinilai tidak baik dinilai oleh manusia. Lihatlah apa yang membawamu kepada kerusakan, lalu tinggalkanlah, sekalipun itu dipandang baik oleh kebanyakan manusia.”

Suatu hari, Khalifah Umar bin Abdul Aziz mendapat hidangan berbeda dari biasanya. Di situ terdapat sepotong roti yang masih hangat, harum dan membangkitkan nafsu makan.

“ Dari mana asal roti ini?” tanya Khalifah kepada istrinya.

“ Buatan saya sendiri. Tidak lain untuk menyenangkan hati Anda yang setiap hari sibuk mengurus umat,” jawab istrinya.

“ Berapa kau habiskan uang untuk membeli terigu dan bumbu-bumbunya?”

“ Hanya tiga setengah dirham saja,” istrinya menjawab dengan penuh keheranan.

“ Aku perlu tahu asal-usul benda yang akan masuk ke dalam perutku, agar aku dapat mempertanggungjawabkannya di hadirat Allah SWT. Nah, uang tiga setengah dirham itu dari mana?”

“ Setiap hari saya menyisihkan setengah dirham dari belanja yang Anda berikan, wahai Amirul Mukminin, sehingga dalam seminggu terkumpul tiga setengah dirham. Cukuo untuk membeli bahan-bahan roti yang halalan thayyiban,” kata istri Khalifah menjelaskan.

“ Baiklah kalau begitu. Saya percaya, asal-usul roti ini halal dan bersih. Namun, saya berpendapat lain. Ternyata biaya kebutuhan hidup kita sehari-hari perlu dikurangi setengah dirham, agar kita tidak mendapat kelebihan memakan roti atas tanggungan umat,” jawab Khalifah Umar bin Abdul Aziz, yang hari itu juga menyuruh bendahara Baitul Maal untuk mengurangi belanja hariannya setengah dirham. “ Saya juga berusaha mengganti harga roti ini, agar hati dan perut saya tenang dari gangguan perasaan, karena telah memakan harta umat demi kepentingan pribadi.”

Islamic StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang