OSA - 25 [Move on]

67 22 0
                                    

•:Part 25:•

💌💌Origami Surat Angsa💌💌

•:BAB:•

💌💌Move on💌💌

💌💌Move on💌💌

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✉✉✉






Mila dan sang suami, Aryo adalah sahabat lama Ardi dari mereka masih duduk di bangku perkuliahan. Bahkan pernikahan Mila dan Aryo langgeng hingga kini juga berkat Ardi. Dahulu Ardi dan Aryo sama-sama berburu ilmu dari kota lain menuju kota metropolitan untuk mengadu nasib. Ardi yang terlahir dari orang tua yang berada memudahkannya untuk mencari segalanya di kota. Sedangkan Aryo harus berjuang meski hanya menggunakan uang serupiah, namun berkat sahabatnya Ardi. Aryo dapat memiliki apa yang ia inginkan bahkan menaklukkan Mila sekeluarga.

Aryo dan Ardi sama-sama dari kota Surakarta yang masih kental dengan adat Jawa. Namun mereka berbeda daerah. Mereka dapat kenal akibat pelajaran mata kuliah yang sama.

Kini Ardi dan Mila berada di ruangan khusus milik Mila ketika ada tamu untuk dirinya semasa di restoran ini. Semacam ruang tamu yang minimalis namun elegan dan juga sederhana.

Keduanya pun duduk bersebrangan dengan meja yang memisahkan. "Jadi kenapa?" Tanya Mila memulai pembicaraan.

"Kenapa? Kenapa apa?" Balik tanya Ardi dengan menautkan kedua alisnya.

"Kamu ini. Aku sama mas Aryo itu kenal kamu udah lama Di, jadi ngapain kesini? Gak mungkin cuma makan. Karena kamu punya pengasuh yang jago-jago masak."

"Kamu tahu sendiri mil, aku belum bisa pulang cepat. Makanya aku ulur waktu biar pulang malam. Bosen di kantor Mulu." Ardi mengatakan dengan mata sayu pertanda lelah. Sedangkan Mila mengangguk.

"Aku paham. Tapi gak seharusnya kamu kaya gini. Kamu hanya membuang waktu. Kasian Rani, Dhi... . Dia korbannya disini."

Ardi menghela nafas kasar  yang membuat Mila kembali bersuara. "Rani masih kuat meski tanpa kasih sayang dari kamu, dia masih bisa bertahan. Dia menikmati hidupnya meski tanpa hadirnya sosok ibu. Bahhkan ayah satu-satunya penyemangat hidupnya malah kaya gini. Menelantarkan dirinya yang sepertinya tidak berguna dimata kamu. Kamu gak kasian Arum? You must to move on, Dhi.."

"Aku lagi berusaha mil. Kamu tahu kalau aku Di rumah siang hari, aku pasti terus keinget Arum. Aku sudah mencoba memberikan perhatian untuk Rani, dia malah sengaja membuat kita beradu mulut. Dan apa kamu bilang? Aku menelantarkan Rani? Itu tidak benar mil, dia darah dagingku. Buah kasihku dengan Arum." Ardi mengusap wajahnya kasar, cukup lelah menjalani hidupnya yang mulai berantakan.

Pelayan rumah makan milik Mila datang untuk memberi makanan yang dipesan Ardi. Hanya beberapa macam cemilan dan dua minuman. Setelah pelayanan meletakan pesanannya diatas meja pelayanan tersebut langsung pergi.

Mila kembali angkat bicara. "Kamu yang dewasa disini Dhi, seharusnya kamu lebih paham sama dia karena dia darah dagingmu," Talak. Ardi bungkam tak mampu untuk menjawab.

",kamu tahu? Rani pernah tanya ke aku apa papanya sayang sama dia. Kamu tahu aku jawab apa? Aku bilang, 'kamu tanya sama papa ya, tanya baik-baik. Ajak makan kalau perlu' dia balas lagi. 'Percuma ngomong sama orang yang belum bisa ngelupain masa lalunya.' Dan sekarang aku percaya sama ucapan Rani." Jeda sedikit, Mila menatap tajam ke arah Ardi yang bungkam tak sanggup untuk bersuara.

"Percuma aku nasehatin orang yang belum move on, palingan masuk kuping kiri terus keluar kuping kanan." Tandas Mila yang mulai greget sendiri.

"CK! Aku belum siap mil.."

"Terus kapan kamu siap? Kamu gak perlu melupakan. Yang harus kamu lakukan hanyalah percaya kalau Arum sudah tidak ada. Atau kamu nunggu Arum hidup lagi ha?"

Deg!

Entah terbuat dari apa hati Ardi hingga ia tidak bisa melupakan masa lalunya. Memang Arum telah tiada namun tidak seharusnya Ardi bertingkah seperti ini. Bahkan kematian Arum sudah lewat tujuh tahun. Tanpa Mila sadari Ardi telah mengeluarkan air mata. Ardi merasa bebannya kini lebih sulit dari masalah kebangkrutan perusahaan.

Air bening pun keluar dari pelupuk mata pria dewasa yang selama ini selalu menjaganya agar tak keluar dari singgasananya. Ardi lelah, ia ingin istirahat sejenak. Ia mengakui kesalahannya sendiri. Kini ia sadar. "A..aku salah mil.. aku malu sama Rani.. aku bukan sosok ayah yang baik mil.. ." Bahkan ketika Ardi bersuara, terdengar getaran disetiap kalimatnya. tanpa diduga Mila ikut menumpahkan air matanya, ikut merasakan kesakitan yang sahabatnya kini rasakan.

"Kamu... Kamu harus bisa dhi.. buat Rani bangga punya sosok ayah kaya kamu.. umur Rani gak selamanya remaja Dhi, dia bakal dewasa dan membangun rumah tangganya sendiri. Aku gak mau kalau kamu sampai terluka untuk yang kedua kalinya, dhi. Sadar.. hiks sadar.. ." Tentu saja suara isakan Mila terdengar.

Kini kedua sahabat sedang menangisi masa lalu yang tak kunjung hilang dalam ingatan namun dengan suara tangisan berbeda. Dengan Seorang ayah yang kecewa pada dirinya. Dan Seorang teman yang ikut prihatin dalam masalah sahabatnya.

Waktu memang berjalan cepat namun seolah melambat ketika orang yang menganggapnya telah putus asa dan hampir kehilangan arah dalam hidupnya.

"Arum udah bahagia di surga Dhi.. ."

"Mila... ." Panggil Ardi dengan parau, air matanya tumpah membiarkan temannya menyaksikan bahwa betapa ia terpukul dan terpuruknya selama tujuh tahun ini.

"Pergilah ke masjid, bersujud lah pada ilahi. Minta petunjuk dari-Nya, mintalah keikhlasan dalam hidungmu. Kalau kamu tidak mendengarkanku setidaknya kamu mendengarkan perintah Tuhanmu.."

"Aku sudah banyak dosa mil.."

"Dan percayalah dia maha pengampun lagi maha penyayang."


✉✉✉




Sesuai perintah Mila, Ardi kini berada di masjid yang mulai sepi karena waktu ashar telah lewat satu jam yang lalu. Hanya riuh anak-anak yang sedang mengaji di samping gedung masjid.

Ardi berjalan kearah tempat wudhu pria. Setelah menyalakan kran, Ardi menatap sebentar percikan airnya lalu berfikir sesuatu dengan menatap tubuhnya. Ia memejamkan mata lalu membaca niat dan mulai membasuh kedua telapak tangan hingga kedua telapak kakinya.

Ardi masuk kedalam bangunan masjid, entah mengapa hatinya tenang. Ardi akui ia datang kemari hanya dua kali dalam setahun. Memalukan memang untuk orang dewasa ini.

Ardi mulai menjalankan sholat empat rekaat. Setelah membaca dzikir ia terus beristigfar, merasa hatinya tenang ia mulai berdoa. "Ya Allah, ampunilah hamba atas dosa dan keegoisan yang hamba buat. Bukalah mata hati hampa yang telah tertutup oleh kegelapan atas kepergian istri hamba. Berikanlah tempat yang paling indah untuknya dan satukan kelak kami sekeluarga.. . Ammin, ammin ya robbal alamin."




✉✉✉

Percuma bicara dengan orang
Yang belum bisa melupakan
Masa lalunya

-Maharani Agnindi-

✉✉✉








Masalah keluarga dulu yaa
Manisnya simpan nanti aja :v




•:Salam yang bakal jarang update
Karena besok sudah mulai sekolah:•

💌💌Lianamay_💌💌

Origami Surat AngsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang