OSA - 40 [Bahagialah]

30 4 1
                                    

•:Part 40:•

💌💌Origami Surat Angsa💌💌

•:BAB:•

💌💌Bahagialah💌💌


✉✉✉

Bimo mengajak Rani pergi. Bukan kerumah masing-masing melainkan ke bukit yang sering mereka kunjungi ketika menghantar senja pulang.

Bimo membiarkan Rani menangis sejadi-jadinya hari ini. Bimo berjanji berusaha menjadikan ini adalah akhir dari tangisan yang menyakitkan milik Rani .

"Gue capek Bim.. hiks.. hiks.." dengan berani Bimo merangkul bahu gadis tersebut.

"Gue tahu Lo kuat."

"Semua ini salah gue. Lo jadi kena skorsing sampai semester depan. Dan sialnya lo bisa terancam gak naik kelas! Hiks.. hiks.."

"Lo tenang aja. Ini bukan salah Lo. Lagian poin gue terlalu banyak di BK." Rani kembali menangis sesenggukan. "Yang harus Lo inget. Gue baik-baik aja asal Lo juga baik-baik aja ran."

"Lo bego banget sih jadi orang! Ngapain juga pakai tonjok orang. Hikss.. hiks..."

"Hahaha, gue cuma gak suka orang yang gue sayang disakiti sama orang."

Rani langsung menenggelamkan kepalanya makin dalam pada dada Bimo. Meski Bimo tak sekekar Eric tapi percayalah hanya Bimo yang memiliki kenyamanan ketika Rani memeluknya.

Bimo mengusap kepala Rani yang berada dalam pelukannya. Bimo sesekali mencium aroma sampo yang menjadi candu bagi dirinya. "Apapun masalah Lo sekarang. Inget cuma gue yang bisa peluk Lo ya."

"Dan cuma Lo Bim yang bisa bantu gue...hiks.. hiks.." Bimo melepaskan tangan Rani yang melingkar pada tubuhnya lalu memegang bahu gadis tersebut. Mengisyaratkan agar Rani menatapnya.

"Bilang juga. Cuma sama gue Lo nyaman ran.. " air bening itu telah kembali mengalir ketika empunya ditatap oleh mata coklat milik Bimo.

"Hiks.. hiks... " Rani hanya mampu sesenggukan.

"Tolong bilang. Cuma gue yang saat ini Lo suka ran.. ."

"Kenapa lo baik sih Bim, kenapa? Hikss.. hikss.. dan kenapa gue gak bisa suka sama lo? Kenapa?"

Bagai disambar petir disiang hari. Hati Bimo bergemuruh begitu perih. Untuk pertama kalinya mata indah Bimo mengeluarkan cairan bening bahkan ketika bibirnya mengukir sebuah senyuman yang membuat Rani semakin mengeraskan tangisan.

Tangan Bimo terlepas begitu saja. Mundur beberapa langkah lalu berbalik, berusaha menghindari tatapan Rani. Bimo tidak ingin Rani menyaksikan kerapuhannya.

Bimo tidak percaya akan jawaban Rani. Benar-benar diluar spekulasi. Mendadak hatinya hancur ikut melebur dengan angin yang berhembus melalui dirinya.

Bimo menjatuhkan tubuhnya diatas rumput liar. Ia menutupi wajahnya. Tak jauh berbeda dari belakangnya, Rani masih saja terus menangis ditambah penyesalan karena telah mengatakan hal tersebut. Seharusnya Rani tidak seegois ini. Harusnya Rani mengakui bahwa ia juga menyukai Bimo. Harusnya Rani tidak mengatakan itu.

Rani melihat bahu Bimo yang terduduk, berguncang tak kalah hebat dari dirinya. Rani ingin menghampiri lalu kembali memeluk dan berkata maaf. Namun nyalinya tak seberani keinginannya.

Rani benci mengakui. Baginya menyukai tidak harus memiliki. Sebab memilikinya hanyalah akan menambah luka yang baru.

✉✉✉

"Pa Rani mohon. Hiks.. hikss..," malam ini Rani memohon pada Ardi untuk membantu Bimo agar tidak di skorsing. Namun Ardi tidak bisa membantu karena pihak sekolah meminta jaminan yang tidak bisa diganti dengan uang.

"Sayang. papa gak bisa," Ardi merasa iba, sebab ia tahu. Bimo adalah teman terbaik yang dimiliki Rani. Ardi sudah berusaha namun gagal.

"Kenapa pa? Kenapa? Aku mohon pa, hikss.. hikss.." Ardi memanglah pemegang yayasan terbesar namun sulit jika dikaitkan dengan masalah seperti ini.

"Harus ada jaminan sayang, dan itu bukan uang." Terang Ardi dengan mata ikut sayu sebab menyaksikan Rani yang berantakan.

"Misalnya apa pa? Hiks.. hiks.."

"Harus ada yang menggantikan posisinya." Balas singkat Ardi yang membuat Rani menjatuhkan tubuhnya untuk memeluk lutut ayahnya yang sedang duduk.

"Pindahkan Rani pa, buat Rani yang keluar." Ardi terkejut mendengar penuturan putrinya.

"Sayang, apa yang kamu lakukan. Tidak bisa nak. Kalau pindah sekolah kamu tidak bisa dalam satu kota." Ardi berusaha mengangkat Rani agar berdiri. Namun Rani menolak.

"Pindahin Rani ke Surakarta ikut eyang. Demi Bimo pa."

Ardi terkejut. Tidak. Tidak mungkin Ardi akan membiarkan Rani pergi. Mana sanggup ia jauh dari sang putri.
"Sayang kamu gak pikirin papa?"

"Pa.. hiks.. hikss papa sudah dewasa. Yang penting saat ini adalah pendidikan Bimo. Rani tidak keberatan harus di Surakarta bersama eyang dan di didik keras di sana. Rani tidak keberatan sama sekali pa."

Ardi langsung memeluk tubuh putri kesayangannya. "Hatimu mulia nak, sama seperti mama. Maaf papa tidak bisa menolong."

Rani langsung melepaskan pelukannya. "Pa! Hikss hikss... Kalau papa gak mau nolongin Rani. Rani bisa pindah sendiri!" Tanpa aba-aba Rani langsung berlari menuju kamarnya lalu membanting pintu.

✉✉✉

Hari ini adalah hari terakhir Rani menginjakkan kakinya di SMA Semesta. Sebab ia akan segera pindah. Bahkan teman-temannya tidak ada yang tahu. Semua seolah bersikap biasa. Namun Rani hanya diam. Kini Rani berubah menjadi gadis pendiam ketika Bimo tak lagi dapat masuk sekolah.

Bahkan Bimo dari sepulang dari bukit tempo hari, belum menghubungi dirinya. Ketika Rani berkunjung kerumah Mila. Bimo selalu berada di kamar dan enggan untuk keluar.

"Ran, Lo kenapa sih? Lo masih kepikiran Bimo?" Rani hanya menggeleng ketika Lintang Bertanya.

"Rani gak asik sekarang ihh.." tuding Diki dengan memanyunkan bibirnya.

"Ran, jangan gini dong." Pinta Fahri dengan suara lembut.

"Iya ran, gue juga dengar-dengar besok Bimo udah boleh sekolah loh. Lo tahu 'kan?" Beritahu Lintang yang dijawab senyuman dan anggukan dari Rani.

"Hoax bukan tuh?" Tanya Tiyan.

"Gue sih tahu dari grub kelas nih. Kalian belum baca?" Akhirnya mereka semua langsung membuka ponselnya masing-masing kecuali Rani.

"Lo seneng dong ran." Rani mengangguk lagi lalu pergi begitu saja. Membuat teman-temannya membuang nafas kasar.

Andaikan Rani memberi tahu masalahnya dengan Bimo. Pasti mereka akan marah dengan Rani. Bahkan jika Rani memberi tahu Lintang besok ia pindah. Mungkin Lintang akan merengek membujuk dirinya agar tidak pindah. Sebelum ia benar-benar meninggalkan teman-temannya yang masih duduk ditempat semula. Rani tersenyum kala melihat teman-temannya sedang bergurau entah dengan lelucon apa.

Yang harus Rani buat saat ini adalah membiarkan orang-orang disekitarnya bahagia meski bukan dekat dengan dirinya. Terutama Arbimo Kusumo.


✉✉T A M A T✉✉



Eitsss

.

.

masih ada beberapa part kedepan kok

.

Tunggu kelanjutannya yaa❤


Salam
•:Lianamay_:•

Origami Surat AngsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang