OSA - 33 [Aneh]

75 23 27
                                    

•:Part 33:•

💌💌Origami Surat Angsa💌💌

•:BAB:•

💌💌Aneh💌💌

💌💌Aneh💌💌

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✉✉✉


Terik matahari bersinar begitu menyayat jiwa bahkan pikiran. Terasa panas kala berada di luar ruangan. Sama seperti halnya Rani, Bimo dan Eric.

Mereka tengah berada di pinggir lapangan Panahan. Bimo dengan Eric tambah gerah dengan keadaan. Pasalnya Bimo dan Eric hanya adu tatap tajam, sedangkan Rani hanya diam memperhatikan.

"Lo kenapa sih ngikut kesini?" Eric mulai angkat bicara yang ia tujukan pada Bimo.

"Lo sendiri ngapain ajak Rani ke tempat sepi kayak gini?" Pernyataan keduanya membuat Rani pusing sendiri.

"Udah deh. Kalian pada kenapa sih? Lo Bim dari tadi sadis banget, Lo kak ngajak kesini mau apa?" Bimo hanya membuang muka lalu memainkan ponselnya.

"Gue cuma mau bahas tentang ekstra sama lo, tapi lo malah ajak orang luar." Terdengar nada tidak suka disana.

"Alasan!" Cibir Bimo yang membuat Eric merampas ponsel Bimo.

"Maksud Lo apa ha? Punya masalah apa lo sama gue?"

Bimo langsung merebut kembali ponselnya dan menatap penuh emosi pada Eric. "Bullshit. ajak Rani kesini cuma masalah ekstra, padahal besok ada jam ekstra. Cari Alesan pinter dikit bro!"

"Lo gak tau apa-apa mending diem. Bego!"

"Apa Lo bilang?!" kini Bimo telah mencengkram kerah baju Eric dengan erat membuat Rani berdiri dan melerai keduanya.

"Bimo Lo apa-apaan sih?! Lepas!"

Mendengar ucapan Rani Bimo langsung mengendorkan tangannya dan menjauh dari Eric. "Kak kayaknya besok aja deh bahasnya, gak kondusif situasinya. Gue cabut dulu." Rani langsung menyeret paksa Bimo pergi.

✉✉✉

Bimo mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi namun ketika sampai di pertengahan jalan ia memelankan gas motornya. Melihat dari kaca spion bahwa Rani sedang memasang wajah kesal. Pasti ia akan marah. Bimo membawa motornya bukan menuju jalan pulang. Rani sebenarnya paham namun ia tetap diam karena saat ini dia malas berdebat dengan Bimo.

Sesampainya di sebuah pelataran rumput keduanya turun dari motor, Rani hanya diam sembari membuntuti Bimo dari belakang. Bimo berhenti di gundukan batu yang lumayan besar lalu duduk di atasnya. Rani berjalan melewati batu yang di duduki Bimo. Ia menatap senja yang sebentar lagi akan pulang. Indah, batinnya memuji.

Bimo hanya menarik nafas kasar ketika menatap Rani yang tak kunjung mengajaknya bicara.

"Emang dari dilabrak itu lo jadi pendiam dan sialnya lo gak pantes." Rani mendengarnya namun seolah-olah ia tuli.

Origami Surat AngsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang