OSA - 11 [flashback I]

115 39 6
                                    

•:Part 11:•

💌💌 Origami Surat Angsa 💌💌

•:BAB:•

💌💌 Flashback I 💌💌

💌💌 Flashback I 💌💌

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Malam yang terasa amat sepi bagi Rani. Ia hanya mampu terbaring malas di atas ranjangnya sembari memikirkan darimana asal Origami yang ia dapatkan di lokernya tadi pagi. Dengan penasaran Rani langsung mengambil ponselnya dan mulai mencari kontak teman-temannya yang ia simpan.

"Cowoknya gak ada yang mencurigakan kok, Gue chat juga sama itu-itu aja perasaan," monolog Rani masih dengan terus men-scroll layar ponselnya.

Menurut Rani mungkin pengirim origami tersebut tidak memiliki ponsel Android. Dengan keras ia berfikir mencari, siapa teman sekelas yang tidak memiliki mesin pintar tersebut. Merasa tidak ada Rani langsung meletakan kembali ponselnya. Tiba-tiba langkah kaki membuat Rani menegakkan tubuhnya.

"Ran.. ." Seru Ardi sembari memutar handel pintu.

"Kenapa? Tumben papa nyamperin Rani? Biasanya Rani harus tidur dulu, Baru papa pulang." Sindir Rani ketika melihat sosok Ardi di depannya.

Ardi melangkahkan kakinya masuk lalu duduk di sisi ranjang dengan posisi tubuh membelakangi Rani. "Bibi bilang kamu gak makan akhir-akhir ini. Kenapa?" Suara Ardi lembut bagaikan kain sutra yang menembus permukaan kulit.

"Wishh... Baru ngadu ya mereka?" Balas Rani dengan sedikit nada memberontak.

"Ran? Papa capek.. Please jangan tambah papa pusing cuma karena sikap kamu yang kaya gini."

"Pa! asal papa tahu Meja makan memang  besar tapi Rani makan sendirian. Rani memilih makan di luar dengan Meja kecil, makanan yang sederhana, tapi di sana ada kasih sayang, ada keributan karena percakapan. Bukan kesunyian Karena kesendirian."

"Jangan cari alasan, rumah ini memiliki pegawai yang siap melayani dan menemani kamu Rani." Lalu Ardi bangkit. "Satu lagi, kamu harus ingat. Papa tidak disamping kamu bukan berarti papa tidak tahu apa-apa tentang kamu."

"Dan papa juga harus tahu Rani selalu Di rumah Bunda Mila. Disana Rani diberikan arti dari hangatnya kekeluargaan!" Ucapan Rani membuat Ardi bungkam, Ardi langsung melangkah keluar dengan menutup pintu kamar Rani dengan sedikit keras, membuat Rani diam dan membuat pandangannya tentang Ardi semakin buruk.

Ardi langsung menuju ruang kerjanya yang berada disamping kamarnya. Ia duduk di kursi dengan cahaya remang-remang. Diambilnya foto pernikahannya yang berlangsung dua puluh tahun yang lalu. Matanya memerah dan Ia menangis, ia selalu seperti ini jika sedang berada di rumah. Ia selalu rapuh setiap mengenang mendiam istrinya.

Rumah dimana dulu ia dan sang istri menghabiskan waktu bersama untuk membesarkan Rani. Rumah dimana jika ia jauh ia akan merindukan dan ingin cepat pulang. Namun tidak untuk sekarang. Rumah yang menjadi alasan utama Arum Maharani meninggal. Sejak itu ia menjadi pria dewasa yang menyedihkan! Ia takut berlama-lama Di rumah karena hatinya akan hancur. Dan ketika Rani tak mematuhinya itulah sakit hati yang ia terima melebihi sakit ditinggalkan istrinya.

Origami Surat AngsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang