OSA - 23 [Jubah hitam]

102 25 4
                                    

•:Part 23:•

💌💌Origami Surat Angsa💌💌

•:BAB:•

💌💌Jubah hitam💌💌

💌💌Jubah hitam💌💌

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

✉✉✉



Mengingat bahwa nama yang terus mengiang ditelinga Rani adalah Fahri. Maka ketika bel istirahat sepuluh menit lagi Rani harus segera menghampiri Fahri dan menanyakan apa yang telah terjadi.

Dengan Bu Prita yang masih setia menyoret papan tulis dengan rumus-rumus akar yang belum tentu seluruh siswa paham, membuat Rani menghiraukan sang guru bahkan malah memperhatikan laki-laki yang sedang ia fikiran.

Ketika bel istirahat benar-benar berbunyi membuat Rani tersenyum girang layaknya memenangkan sebuah undian mobil mewah. Bu Prita telah mengakhiri kelasnya diikuti seluruh siswa yang akan menuju kantin, mana lagi kalau bukan kantin yang mereka incar saat-saat jam seperti ini paling pilihan lain adalah toilet jika mereka berkenan.

Rani menatap Lintang yang menjatuhkan kepalanya ke atas meja. Mungkin ia lelah, semalaman berjualan membuat Lintang mengantuk. Rani membuang nafas lalu beranjak berdiri.

"Fahri?" Panggil Rani membuat si pemilik nama menoleh. Langkah Rani menuju bangku Fahri, Tiyan berdiri merasa Fahri memberi isyarat untuk Rani duduk di kursinya.

"Hai Rani ayang.. ." sapa Diki yang langsung mendapatkan toyoran dari Tiyan.

"Ayang! Ayang! Sono panggil Tika ayang kalau berani!" Diki hanya mendengus mendengar ucapan Tiyan.

"Iri aja lo tiyang gawang!"

"Cabut." Tiyan menyeret Diki paksa.

"Yaudah babang tamvan pergi! Bye!" Diki bermaksud berpamitan dengan Rani namun tak dihiraukan oleh yang dipamiti. Rani menatap Bimo yang diam duduk di bangku belakang Fahri. Bahkan Bimo menatap Rani lama. Merasa Rani butuh bicara berdua dengan Fahri, Bimo berdiri dan keluar kelas begitu saja tanpa bicara.

"Kenapa ran?" Tanya Fahri dengan tersenyum membuat Rani duduk didepan Fahri  dengan sedikit canggung. Bagaimana caranya menanyakan masalah ini pada Fahri, kalau bukan Fahri pelakunya maka sama saja ia memberi tahu bahwa ada seseorang yang mengirimkan surat pada dirinya. Dan tentu saja Rani malu.

"Malah bengong?" Fahri mengayunkan tangannya tepat di depan wajah Rani. Senyum terukir canggung dari bibir Rani. Fahri malah mengerutkan dahinya.

"Emm, itu. Gapapa sih, cuma mau tanya. Lo tau gak soal origami surat angsa itu apa?" Tanya Rani dengan hati-hati.

"Origami surat angsa?" Ulang Fahri.

"Iya, lo tahu gak? Lo kan pinter nih ya. Pasti tau kan?" Rani berusaha memancing Fahri.

Origami Surat AngsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang