***
Hai Langit,apa kabar? Kurasa kabar kamu cukup baik. Terlihat dari cuaca hari ini yang sangat cerah, mataharipun tidak segan untuk membagi cahayanya yang terik dengan waktu yang lama. Aku bahagia melihatmu seperti ini, tapi jangan lupa istirahat ya.
Oh ya, apakah kamu melihatnya hari ini? Tidak, aku tidak akan memintamu menyampaikan terimakasihku lagi. Aku tau kamu akan merasa bosan dengan itu, jadi aku ingin melakukan dengan cara lain.
Tidak apa-apa, Langit. Aku baik - baik saja. Aku ingin mencoba berkompromi dengan hati dan pikiranku ini, tidak seharusnya aku seperti ini bukan? Terkadang luka juga harus sesekali tersenyum, biar gak gampang baper lagi, iya kan? Kalo tidak seperti itu bagaimana hati dan pikiran bisa bersahabat?
Kamu masih mau membaca suratku ini kan? Karena jika tidak, maka berakhir sampai sinilah suratku.
Aku hanya ingin berbagi sedikit kisah ini kepadamu. Entah apa yang aku rasakan, aku tidak mengerti. Mungkin aku sedih, mungkin juga aku bahagia.
Sedih karena harus mendengar kata-kata yang menurutku mampu menusuk ke dalam hatiku. Haruskah kata-kata itu keluar dengan mudahnya dari mulut dia? Haha.. Sedangkal itu ternyata pemikirannya Langit. Aku kira dia sudah mengenalku dengan baik. Ternyata aku salah, dan mungkin aku juga belum mengenalnya betul.
"Biarkan waktu yang memakan semua pengkhianatanmu". Kata-kata itu berhasil menggoyahkan pertahananku. Langit, tolong sampaikan padanya, kesalahan apa yang aku perbuat hingga membuatnya seperti ini? Aku lelah. Aku bukan peramal yang pandai membaca pikiran orang lain. Dan bukannya aku sedang menyerah, aku hanya ingin beristirahat sebentar, menetralkan kembali hati dan pikiranku. Tolong sampaikan ya.
Dan mungkin aku bahagia, karena aku pernah dianggap seorang teman olehnya. Meski akhirnya seperti ini, tapi bukankah Tuhan tidak selalu memberikan cerita yang sempurna? Diingat sebagai seseorang yang pernah berjuang bersama dengannya, aku sudah senang.
Langit, jika aku mempunyai duniaku sendiri apakah kamu masih menjadi atap yang sama untukku? Aku ingin melihat kerlap-kerlipnya bintang bersama orang yang aku sayangi. Maukah kamu melakukan hal itu untukku? Aku tidak memaksa, aku tunggu sampai kamu siap.
Kamu itu terlalu indah, Langit. Hingga banyak orang yang menyukaimu, bahkan banyak orang yang mengabadikannya dengan kameranya. Untungnya kamu bukan milikku, karna jika iya, aku tidak akan membiarkan sembarang orang mengambil gambarmu.
Memikirkan tentangmu, tiba-tiba saja aku teringat sesuatu. Bintang itu...
***
HALLOHA !
MAKASIH YANG UDAH SETIA BACA, JANGANJADI PEMBACA GELAP YAH, GELAP-GELAPAN ITU GAK BAIK LOH.
OKE, DITUNGGU VOTE AND COMMENT NYA YA.
FOLLOW IG ;