11. Jadian?

5.9K 898 100
                                    

Happy reading📖

✉✉✉

Akhir-akhir ini, (Namakamu) dan Iqbaal semakin dekat. Mereka sering bertukar pikiran, Iqbaal membantu (Namakamu) untuk belajar dan (Namakamu) sering memberi masukan jika Iqbaal merasa kesulitan dalam organisasi.

Iqbaal mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya, kemudian di sodorkan kearah (Namakamu). (Namakamu) menatap sesuatu yang baru saja Iqbaal berikan. Sebuah kotak makan.

"Ini dari Bunda, dia kangen sama lo makanya bikin itu." ujar Iqbaal seolah mengerti dengan raut wajah (Namakamu) yang membutuhkan sebuah penjelasan.

(Namakamu) tersenyum cerah kemudian membuka kotak makan itu. Mulutnya menganga kala melihat roti panggang kesukaannya di dalam sana.

"Ah! Tante Rike emang yang paling tau kesukaan gue," (Namakamu) mengambil sebagian roti panggang tersebut kemudian memakannya, kebetulan sekali dia sedang lapar karena tidak sempat sarapan di rumah.

Iqbaal terkekeh kemudian mengacak rambut gadis itu, "Kalo emang suka, habisin."

(Namakamu) mengangguk antusias, "Pasti bakal gue habisin! Salam buat Tante Rike, yaa," ucap (Namakamu) dengan mulut yang sedikit penuh akibat terisi roti panggang.

Iqbaal tertawa renyah kemudian menganggukkan kepalanya.

Kiki dan Aldi datang secara bersamaan langsung menghampiri meja Iqbaal dan (Namakamu), "Wih, ada makanan." ucap Kiki dengan girangnya.

"Nggak boleh! Ini itu buat gue." (Namakamu) mengamankan roti panggang yang masih ada di kotak makan dari jangkauan Kiki dan Aldi.

Iqbaal hanya bisa terkekeh sambil menggelengkan kepalanya, "Bagi-bagi aja, (Nam)."

"Tuh! Bagi-bagi. Lo sendiri yang bilang kalo kita harus baik sama sahabat,"

(Namakamu) berdecak, menelan roti panggang yang ada di dalam mulutnya kemudian menatap Kiki dan Aldi dengan tajam, "Itu cuma berlaku buat kalian, buat gue mah enggak."

"Ih! Dasar curang! Mimpi apa gue punya sahabat kayak ini cewek," Aldi bergidik membuat (Namakamu) melotot sempurna. Dia berdiri dan langsung memukul bahu Aldi tanpa ampun.

"Macem-macem sama gue!"

Aldi meringis karena pukulan (Namakamu) yang ternyata lumayan sakit, "Sakit oneng!" Aldi menoyor kepala (Namakamu) membuat gadis itu meringis.

Iqbaal dan Kiki tidak bisa berkata apa-apa selain memperhatikan.

"Kok lo jahat, sih. Biasanya lo nggak pernah bales kalo gue jahatin." (Namakamu) mengerucutkan bibirnya membuat Aldi berdecak. Dia akan lemah jika (Namakamu) sudah begini. Sepertinya bukan hanya Aldi, Kiki dan Iqbaal pun sama.

Aldi mengelus kening (Namakamu) yang katanya sakit karena dirinya, meniupnya sebentar. (Namakamu) tersenyum cerah, "Makasih, Aldi."

Aldi hanya bergumam kemudian memilih untuk berjalan ke tempat duduknya. Kiki pun langsung mengikuti Aldi.

(Namakamu) terduduk dan kembali memakan roti panggangnya.

Iqbaal mencolek bahu gadis itu, membuat (Namakamu) menoleh kearah Iqbaal dengan pandangan bertanya, "Kenapa?"

Iqbaal berdehem sejenak kemudian mendekatkan wajahnya kearah (Namakamu). (Namakamu) refleks memundurkan wajahnya karena gugup, "Jangan deket-deket sama Aldi." ucap Iqbaal.

(Namakamu) mengerutkan dahinya karena mendengar ucapan Iqbaal, dia sedikit gugup sebenarnya karena jarak antara wajah dirinya dengan wajah Iqbaal sangat dekat.

Best(boy)Friend [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang