13. Gagal Bolos

4.9K 779 25
                                    

Happy reading📖

✉✉✉

(Namakamu) membuka pintu rumahnya dengan tergesa, memberikan cengiran khasnya kala melihat Iqbaal sudah berdiri sambil melipat kedua tangannya di dada. Dia menaikkan alisnya melihat kelakuan (Namakamu).

"Udah siap?" tanya Iqbaal.

(Namakamu) mengangguk kemudian menutup pintu rumahnya, "Udah, kok. Kamu nunggu lama, ya?"

Iqbaal naik keatas motornya, menggeleng sejenak kemudian memakai helmnya.

"Enggak, kok. Santai aja,"

(Namakamu) tersenyum kemudian naik keatas motor Iqbaal. Memegang kemeja putih yang Iqbaal kenakan. Dari dulu, hingga sekarang dia menjadi pacar Iqbaal, rasanya enggan jika harus memeluk pinggang laki-laki itu saat tengah naik motor berdua. Malu.

Selama perjalanan pun, keduanya tidak membuka pembicaraan sama sekali. Ini memang kebiasaan (Namakamu) yang enggan berbicara ketika tengah naik motor. Karena dia tidak bisa menimpali lawan bicaranya dengan baik. Jadi, lebih baik diam.

Setelah keduanya sampai, (Namakamu) turun dari motor Iqbaal, "Aku ke kelas duluan atau gimana, nih?"

"Tungguin, lah," pinta Iqbaal kemudian memarkirkan motornya sebentar. (Namakamu) pun menunggu Iqbaal sesuai dengan permintaan laki-laki itu.

Iqbaal langsung menggenggam tangan (Namakamu) usai memarkirkan motornya. Menyelinapkan jemarinya di sela jari (Namakamu), menggenggamnya dengan erat. Keduanya pun berjalan beriringan.

"Ke ruang Kepala Sekolah dulu, ya?" Iqbaal menoleh kearah (Namakamu). "Mau kasih laporan yang kemarin,"

(Namakamu) tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Genggaman mereka terlepas setelah keduanya berada di luar ruang Kepala Sekolah.

"Aku tunggu di sini aja, hehe." ucap (Namakamu) di akhirnya. Iqbaal tertawa sebentar sambil mengacak rambut gadisnya.

"Yaudah, aku masuk dulu, yaa." setelah mendapat anggukan dari (Namakamu), Iqbaal langsung masuk ke dalam ruang Kepala Sekolah.

(Namakamu) menyandarkan tubuhnya ke dinding yang ada di samping pintu, menatap lapangan sekolah yang terlihat mulai ramai karena sudah hampir bell masuk.

Iqbaal keluar langsung merangkul bahu (Namakamu), membuatnya terkesiap dan menggeram, "Kamu mah kebiasaan, ngagetin terus."

Dahi Iqbaal mengerut seraya memandang gadisnya, "Ngagetin apa sih, yaang?"

(Namakamu) hanya diam, wajahnya cemberut namun dia juga tengah menahan senyumnya. Mendengar panggilan Iqbaal, perutnya serasa tergelitik.

"Tuh, ditanya bukannya jawab malah bengong," cibir Iqbaal seraya menoyor kening gadisnya.

(Namakamu) berdecak sebal, "Udah, ah, ayo ke kelas. Udah mau bell." (Namakamu) langsung menarik lengan Iqbaal dengan paksa. Dia tidak ingin Iqbaal bertanya alasannya melamun tadi, karena dia akan malu untuk menjawabnya.

Saat tengah menarik Iqbaal, seorang siswi datang menghampiri mereka berdua. Nafas orang itu terlihat sangat ngos-ngosan karena orang itu habis berlari.

"Untung gue ketemu kalian di sini," (Namakamu) dan Iqbaal saling tatap kemudian memandang aneh seorang gadis dihadapannya.

"Emangnya kenapa?"

"Di taman belakang, ada yang lagi berantem, Baal. Kita udah coba buat pisahin tapi nggak bisa. Lo kan Osis, kali aja mereka takut sama lo."

(Namakamu) langsung heboh dan kembali menarik Iqbaal. Kali ini tujuannya menarik Iqbaal bukan untuk ke kelas, melainkan ke taman belakang seperti dan di ucap siswi tadi.

Best(boy)Friend [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang