4. Ribut

5K 827 37
                                    

Happy Reading📖

✉✉✉
Iqbaal meletakkan tasnya di kursi yang biasa dia duduki, sudah terdapat (Namakamu) rupanya. Gadis itu tengah memutar tubuh ke belakang, mengobrol dengan Kiki dan Aldi.

"Mau kemana lo?" tanya Kiki melihat Iqbaal yang bersiap untuk pergi meninggalkan kelas.

Iqbaal memberikan cengiran khasnya kala 3 sahabatnya itu menatapnya, "Biasa, mau ngapel pagi dulu."

Kiki hanya menggelengkan kepalanya, Aldi mendengus sementara (Namakamu) hanya tersenyum kecil.

"Yaudah sana, jangan lama-lama sebentar lagi bell," ucap (Namakamu) membuat Iqbaal mengangguk. Dia mengacak rambut (Namakamu) sejenak sebelum akhirnya pergi keluar kelas.

Kiki menggelengkan kepalanya melihat sikap Iqbaal terhadap (Namakamu), "Heran gue, pacarnya siapa eh yang sering di baperin malah lo,"

(Namakamu) menaikkan sebelah alisnya, tidak mengerti dengan maksud ucapan Kiki, "Apaan sih, Ki?"

"Coba deh, kalian perhatiin. Pernah nggak sih Iqbaal ngelakuin hal yang dia lakuin tadi sama (Namakamu) ke pacarnya?"

Aldi mengernyit bingung, "Maksud lo, ngelus kepala atau ngacak-ngacak rambut, gitu?"

Kiki mengangguk.

Aldi terdiam sejenak seraya kembali mengingat perlakuan Iqbaal. Selanjutnya dia menggeleng. Memang, dia tidak pernah melihat Iqbaal melakukan hal macam itu pada perempuan selain (Namakamu). Tapi kan, Aldi tidak selalu bersama Iqbaal. Bisa saja jika tidak tengah bersama mereka, Iqbaal melakukan hal macam itu ke pacarnya.

"Terus maksud lo apa?"

"Apa dia suka sama (Namakamu)? Cuma dia nggak berani buat ngungkapin,"

(Namakamu) tertawa renyah seraya menutupi rasa gugupnya. Jujur, mendengar pernyataan Kiki saja dia sudah gugup apalagi jika mendengar pernyataan itu dari Iqbaal. Meski pernyataannya belum tentu benar, "Lo kenapa, sih Ki? Kalo dia suka sama gue nggak mungkin dia pacaran sama Shava," tukas (Namakamu).

"Tau! Pemikiran lo konyol." cibir Aldi. Kiki hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Yaa, kan gue cuma berpendapat Al,"

(Namakamu) tersenyum kecil, "Mungkin dia berlaku kayak gitu karena udah jadi kebiasaan, dari kecil emang suka begitu,"

Kiki dan Aldi mengangguk.

"Nah, gue denger lo lagi deketin temen sekelas kita Al, siapa?"

Warna wajah Aldi berubah jadi merah membuat (Namakamu) berusaha untuk menahan tawanya, "Wah, Aldi mau kayak Iqbaal, yaa?"

Aldi terkekeh, "Si Tesa (Nam), Ki. Gue udah deket dari awal kita kelas 11. Udah ngasih kode sih, dia juga kayak nanggepin,"

"Wah, tinggal nembak dong?" seru (Namakamu) membuat Aldi mendelik karena suara gadis itu terdengar tidak kecil. Dia hanya takut jika gadis yang tengah di jadikan bahan perbincangan mereka mendengarnya.

"Stt! Gue lagi nyari waktu, kok"

(Namakamu) terkekeh mendengar desisan Aldi. Laki-laki itu nampak takut jika Tesa mendengar perbincangan mereka.

Obrolan ketiganya terus berlanjut, namun rasanya itu bukanlah sebuah obrolan karena Kiki dan (Namakamu) sibuk mengintrogasi Aldi perihal kedekatannya dengan Tesa.

**

Iqbaal langsung terduduk di hadapan gadisnya sambil menopang dagu, mungkin jika gadis lain akan berteriak melihat tingkah lucu Iqbaal itu. Tapi tidak dengan Shava. Dia tetap menatap buku cetak miliknya meski dia sadar dengan kehadiran Iqbaal.

Best(boy)Friend [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang