12. Ungkapan Cinta

5.6K 838 177
                                    

Happy reading📖

✉✉✉

(Namakamu) menguap karena kantuk yang kembali hadir. Semalam, dia tidak bisa tidur. Sibuk berpikir keras dan tersenyum memikirkan kejadian kemarin saat Iqbaal menembaknya. Mengingat kejadian itu, membuat senyum manis kembali terbit di bibirnya.

"Ngantuk?" tanya Iqbaal yang terduduk di sampingnya. (Namakamu) menoleh kemudian mengangguk lemah. Dia mengucek matanya dengan lucu membuat Iqbaal terkekeh kecil.

"Tidur aja. Nanti kalo ada guru di bangunin."

(Namakamu) menggelengkan kepalanya, menoleh kearah Iqbaal, "Kamu udah bikin laporan? Besok di kumpul, kan?"

Iqbaal menggelengkan kepalanya, "Belum, mungkin nanti pulang sekolah."

"Mau aku bantu?" tawar (Namakamu).

Iqbaal menggelengkan kepalanya, "Jangan, nggak usah."

Alis (Namakamu) bertaut, "Kenapa?"

"Kamu temenin aku bikin laporannya aja. Sekalian temu kangen sama bunda," ujar Iqbaal.

(Namakamu) tersenyum dan mengangguk santai kemudian kembali menguap. Iqbaal tersenyum mengacak rambut gadisnya.

"Aku tidur dulu, yaa? Masih ngantuk banget,"

Iqbaal mengangguk membiarkan (Namakamu) menelungkupkan wajahnya dalam lipatan tangannya di atas meja. Gadis itu memiringkan wajahnya menghadap Iqbaal sehingga Iqbaal bisa leluasa memandang kepolosan wajah gadis itu kala tertidur.

Iqbaal menopang kepalanya menggunakan tangan, memandang wajah (Namakamu) yang sudah terlelap di hadapannya. Senyum cerah terbit, tidak menyangka jika gadis yang sedari dulu menjadi sahabatnya kini berstatus sebagai pacarnya.

Tidak menyangka juga jika gadis yang jauh dari kriterianya kini menjadi gadisnya.

"Baal," panggil Aldi dan Kiki secara bersamaan, membuat Iqbaal menoleh dan harus menghentikan aktifitas memandang gadisnya.

"Kenapa?" Iqbaal memutar posisi tubuhnya agar bisa menghadap Kiki dan Aldi.

Keduanya menatap Iqbaal dengan intens, seperti ingin menginterogasi, "Lo serius kan jadiin (Namakamu) pacar?"

Iqbaal mengernyitkan alisnya mendengar pertanyaan Aldi.

"Lo nggak berniat buat jadiin (Namakamu) pelampiasan, kan karena mau move on dari Shava?"

Iqbaal diam, dia tidak mengerti dengan ucapan Aldi dan Kiki. Mengapa mereka bisa berbicara seperti itu? Meski memang, dia belum bisa melupakan Shava. Tapi, dia sama sekali tidak berniat untuk menjadikan (Namakamu) sebagai pelampiasannya.

Iqbaal menggeleng, "Enggak! Gue sayang sama dia."

Kiki mengangguk paham, sementara Aldi masih menatap Iqbaal serius, "Kalo misalkan, setelah ini Shava balik lagi ke kehidupan lo, atau lebih jelasnya dia minta balikan, gimana?"

Iqbaal terdiam. Kenapa Aldi jadi memojokannya seperti ini? Apa Aldi tidak suka jika dirinya berpacaran dengan (Namakamu)?

"Kenapa lo nanya gitu? Lo nggak suka gue pacaran sama (Namakamu)?" tanya Iqbaal mencoba untuk tetap santai. Menanyakan pertanyaan yang sedari tadi hinggap di pikirannya.

Aldi tertawa mendengar Iqbaal yang nampak mengalihkan pembicaraan, "Enggak! Buat apa gue benci sama hubungan kalian? Mending gue ngurus hubungan gue sendiri."

"Baal, jangan mainin perasaan sahabat kita yang satu itu. Gue rasa lo lebih tau banyak tentang dia karena lo udah kenal dia dari kecil," ujar Kiki.

Best(boy)Friend [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang