Happy reading📖
✉✉✉
Besoknya, benar saja. (Namakamu) berangkat sekolah sendiri karena Iqbaal tidak menjemputnya. Sembab di matanya masih tersisa akibat menangis semalam, namun tidak terlalu terlihat.
Dan sesuai janjinya, Iqbaal menunggunya di gerbang. Bahkan, belum sampai melewati gerbang, dirinya sudah mendapati laki-laki itu tengah tersenyum kearahnya.
Iqbaal langsung merangkul bahu (Namakamu) saat gadis itu sudah berada di sampingnya.
"Pagi, yaang." sapa Iqbaal dengan senyum cerianya.
(Namakamu) tersenyum kecil, dia mencoba untuk melupakan kejadian kemarin.
"Pagi juga." balas (Namakamu).
Iqbaal membawa gadisnya berjalan menuju kelas, dengan tangan yang masih merangkul bahu gadis itu. Selama perjalanan, keduanya hanya diam. Lebih tepatnya, (Namakamu) yang tidak mood untuk berbicara. Jika Iqbaal mengajaknya mengobrol, dia hanya menjawab sekenanya saja.
Hal itu membuat Iqbaal bingung sebenarnya. Namun, dia tidak ingin berpikir jauh. Mungkin saja gadisnya berubah jadi diam karena rasa pusing yang masih melandanya sejak siang kemarin.
(Namakamu) masuk kedalam kelas, dengan Iqbaal yang sudah berjalan di belakangnya. Langkahnya terhenti saat melihat sesuatu di atas mejanya. Dia berjalan mendekat, memastikan benda tersebut.
Sebuket bunga mawar.
(Namakamu) menatap kearah teman-temannya yang kini hanya diam sambil memberikan senyum lembut kearahnya.
Dengan tangan bergetar, (Namakamu) mengambil buket bunga itu. Menatapnya dengan lamat, meneliti warna biru dan putih bunga tersebut, terlihat simple namun indah. Dia mengambil sepucuk surat yang ada di dalamnya, membacanya dengan tenang.
“Selamat pagi,
Selamat hari jadi yang
ke satu bulan
I love you❤”(Namakamu) mengalihkan pandangan kearah Iqbaal yang kini tersenyum manis. Jujur, dia merasa terharu atas kejutan kecil yang Iqbaal berikan.
Tapi, dia cukup tau diri jika saat ini di hati Iqbaal tidak hanya ada dirinya.
Seindah apapun bunga yang Iqbaal berikan, seindah apapun kata-kata yang ada di dalamnya, tetap saja akan jadi duri saat terima kenyataan bahwa Iqbaal menduakannya.
"Hey, kenapa nangis?" (Namakamu) terkesiap saat Iqbaal berbisik di dekatnya dengan lembut. Refleks dia menggeleng dan menghapus air mata yang mengalir tanpa sadar.
"Kamu nggak suka sama bunganya? Kok sedih gitu," lirih Iqbaal kemudian mendekap gadisnya. Mengecup pelipis gadisnya sekilas.
(Namakamu) menggeleng kemudian melepas dekapan Iqbaal.
"Enggak, aku suka. Makasih." ucap (Namakamu) di akhiri dengan senyumnya. Dia langsung terduduk di kursinya.
(Namakamu) menundukkan wajahnya, menahan rasa sesak yang kini berdesakan di aliran pernapasannya.
Iqbaal tersenyum kemudian duduk di samping gadisnya, mengacak puncak kepala gadisnya dengan gemas, "Aku sengaja nggak jemput kamu karena ini. Nggak berasa udah satu bulan, ya? Rasanya kita kayak baru jadian kemarin." Iqbaal berucap diakhiri dengan kekehannya.
(Namakamu) tersenyum tipis. Kemarin? Iya, kemarin. Kemarin kan Iqbaal baru saja balikan dengan mantannya.
Ingin sekali (Namakamu) berucap seperti itu, tapi sudah di bilang, kan jika dia tidak bisa mempermalukan Iqbaal di tempat umum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best(boy)Friend [complete]
Fanfic"Tipe cewek yang biasa disukain sama cowok itu yang gimana, sih?" "Kalo tipe gue, yang pasti pinter, kalem, kalo untuk fisik nggak usah tinggi-tinggi deh, cukup sedagu gue aja biar gue gampang buat cium keningnya hehe. Terus gampang juga buat di pel...