15. Jalan-Jalan (2)

4.6K 794 29
                                    

Happy reading📖

✉✉✉

Sebagian murid di kelas XI-MIA1 sudah keluar dari kelas karena bell pulang sudah berbunyi sejak 3 menit lalu. Guru pun sudah meninggalkan kursi kebesarannya.

Kiki dan Aldi juga sudah pamit pada Iqbaal untuk pulang lebih dulu.

(Namakamu) masuk ke dalam kelas dengan nafas yang memburu. Iqbaal memandang gadis itu aneh. Memang, tadi (Namakamu) diberi tugas oleh Bu Dina untuk ikut ke kantor, makanya dia tidak ada di kelas hingga jam pulang.

"Kamu abis lari?" tanya Iqbaal. Dia mulai berdiri dari duduknya.

(Namakamu) mengangguk dan mulai berjalan kearah mejanya, merapihkan alat tulisnya secara cepat.

"Iqbaal tungguin!" pekik (Namakamu) melihat Iqbaal yang sudah berada di ambang pintu.

Iqbaal mendengus, "Aku tungguin, yaang. Emangnya aku mau kemana, sih?" Iqbaal menyandarkan tubuhnya di pembatas pintu. Memperhatikan gerakan gadisnya yang begitu cepat.

"Lagian kamu, bukannya beresin alat tulis punya aku biar sekalian nungguin!" rutuk (Namakamu). Iqbaal hanya bisa terkekeh kecil mendengar gerutuan gadisnya.

Dia langsung merangkul bahu (Namakamu) begitu gadisnya sudah berdiri di sampingnya, "Nggak usah ngambek, ah. Kita jadi jalan, kan?" tanya Iqbaal.

(Namakamu) mengangguk dan menunjukkan wajah cerianya. Iqbaal tersenyum, mengecup pelipis gadis itu sekilas kemudian segera mengajaknya ke parkiran.

Setelah sampai di parkiran, Iqbaal segera menaiki motornya. Menyuruh (Namakamu) untuk segera naik ke atas motornya.

"Kita mau kemana?" tanya (Namakamu) setelah berhasil terduduk di atas motor Iqbaal.

Iqbaal tidak menjawab, dia langsung menjalankan motornya dengan kecepatan rata-rata. Ikut membelah jalanan bersama dengan pengendara lain.

Karena merasa tidak mendapatkan jawaban, (Namakamu) hanya diam. Menatap jalanan yang terlihat sedikit padat karena jam pulang sekolah, rata-rata anak sekolah semua.

Iqbaal menghentikan motornya di sebuah pedagang kaki lima. Tidak hanya satu orang pedagang, tetapi ada banyak. Sehingga makanan yang terjual di sini tidak hanya satu, tetapi bervariasi.

"Makan dulu, udah siang. Kamu mau apa?"

(Namakamu) menatap seluruh penjual yang ada di sini, "Aku mau eskrim,"

"Nggak ada orang makan siang pake eskrim, yaang." cetus Iqbaal membuat (Namakamu) memberikan cengiran khasnya.

"Aku mau.. Gado-gado, deh."

"Oke, ayo kita cari!" Iqbaal menarik pergelangan tangan (Namakamu). Memasuki area pedagang kaki lima itu lebih dalam. Mencari makanan yang (Namakamu) maksud. Suasana di sini lumayan ramai, katanya makanannya juga lumayan enak. Makanya banyak yang memilih untuk membeli makanan di tempat ini.

Setelah berhasil menemukan penjual gado-gado, Iqbaal langsung memesankan makanan itu untuk gadisnya. Menyuruh (Namakamu) untuk terduduk di kursi yang ada.

"Kamu nggak pesen juga?" tanya (Namakamu) sedikit mendangakkan kepalanya karena posisi Iqbaal kini berdiri di sampingnya. Karena kursi hanya tersisa satu, jadi Iqbaal memilih untuk berdiri dan membiarkan gadisnya terduduk.

"Aku nggak mau makan itu." jawab Iqbaal.

(Namakamu) menampakkan wajah murungnya membuat Iqbaal mengelus pipi gadis itu secara diam-diam, "Terus makan apaan?"

Best(boy)Friend [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang