Happy reading📖
✉✉✉
"Shav, udah deh. Kamu maunya apa sih?! dari kemarin kita ribut terus! Aku udah berusaha buat selalu nurutin mau kamu, ngertiin kamu, tapi kenapa kamu nggak pernah ngertiin aku?! Aku udah nurutin maunya kamu buat jauhin (Namakamu) tapi rasanya masih aja kurang! Kamu mau aku apalagi?!" sentak Iqbaal menatap Shava dengan tatapan menusuknya. Shava menggeleng tidak percaya karena Iqbaal berani membentaknya.
"Kita putus!" tekan Shava kemudian pergi meninggalkan Iqbaal.
"Shav! Berhenti di situ!" pekik Iqbaal namun Shava tidak mempedulikan panggilan Iqbaal. Iqbaal mengacak rambutnya frustasi kemudian menendang apapun yang kini ada di dekatnya.
Iqbaal mencoba mengalihkan pandangannya kearah lain, pergerakannya seketika terhenti saat melihat (Namakamu) berdiri sejauh 3 meter dari posisinya. Di belakang gadis itu terdapat Kiki dan Aldi yang juga menatap Iqbaal.
Iqbaal memandang (Namakamu) dengan sendu, siapapun akan menyadari maksud pandangan Iqbaal adalah pandangan kesedihan.
(Namakamu) menatap Iqbaal dengan iba, laki-laki itu baru saja di putuskan dengan gadis pujaannya. Dia senang? Iya dan tidak. Senang karena Iqbaal tidak memiliki status pada gadis itu, dan tidak senang karena pandangan sendu Iqbaal kearahnya. Pandangan sendu itu seolah menyiratkan kesedihan, kekecewaan dan pengharapan.
Kiki dan Aldi hanya diam, mengkuti apa yang akan di lakukan (Namakamu) selanjutnya.
Iqbaal memutar posisi tubuhnya agar dapat menghadap (Namakamu) dengan sempurna.
"(Nam)–"
"Untuk seluruh anggota osis, di harap berkumpul di Aula, SEKARANG!"
Iqbaal kembali membungkam bibirnya yang ingin memanggil (Namakamu). Memandang (Namakamu) yang kini berjalan melewatinya, senyum miris tercetak di bibir Iqbaal.
Kiki menepuk bahu Iqbaal, menyadarkan laki-laki itu, "Ayo, ke Aula!" ajak Kiki. Iqbaal mengangguk dan berjalan beriringan bersama mereka.
Memandang punggung (Namakamu) yang kini berada tepat di depannya, berjalan santai di samping Aldi. Iqbaal merasa tidak suka. (Namakamu) yang selalu bergantung padanya, yang selalu berjalan di sampingnya, kini beralih ke Aldi.
**
"Kalian itu Osis! Saya sudah percayakan segalanya sama kalian! Tapi kenapa bikin laporan kayak gini aja kalian nggak bisa?!"
Pak Hemi, si Pembina Osis mengamuk marah karena katanya laporan yang sudah di buat sedemikian rupa, salah. Tidak sesuai dengan prosedur yang ada.
"Dan kamu, Iqbaal. Saya mempercayai kamu untuk mengurus semuanya! Tapi kenapa kamu malah lepas tanggung jawab?! Harusnya kamu cek laporannya sebelum kasih ke saya!"
"Maaf, pak. Saya tau saya salah." Iqbaal menundukkan kepalanya. Sementara anggota yang lain kini menatap Pak Hemi dengan takut.
"Kamu ini, maaf terus! Sudah berapa kali kamu revisi bikin laporan di bulan ini? Ada apa sama kamu? Nggak biasanya kamu kayak gini!"
Iqbaal semakin menundukkan kepalanya. Dia sadar bahwa fokusnya membuat laporan tersebut hilang karena masalah personalnya.
"Kalau begini terus saya bisa aja ganti posisi kamu sama orang lain."
Iqbaal mendangakkan kepalanya, menatap Pak Hemi tidak menyangka.
(Namakamu), Kiki dan Aldi mengerut bingung. Ada apa dengan Iqbaal? Mengapa bisa sampai sefatal ini? Biasanya, Iqbaal tidak pernah melakukan kesalahan dalam hal macam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best(boy)Friend [complete]
Fanfic"Tipe cewek yang biasa disukain sama cowok itu yang gimana, sih?" "Kalo tipe gue, yang pasti pinter, kalem, kalo untuk fisik nggak usah tinggi-tinggi deh, cukup sedagu gue aja biar gue gampang buat cium keningnya hehe. Terus gampang juga buat di pel...