bonchap2

4.1K 587 6
                                    

"Ini karma buat lo, Shav. Gue udah pernah bilang sama lo, berhenti main belakang sama Iqbaal. Sekarang, lo yang ngemis-ngemis minta Iqbaal buat balik sama lo."

Shava mengerang, dia masih tidak terima dengan apa yang sudah terjadi pada dirinya. Dia kehilangan segalanya. Kehilangan Iqbaal, juga laki-laki yang sempat dia jadikan simpanan tanpa sepengetahuan Iqbaal.

"Udahlah, Shav. Toh, dari dulu lo nggak berniat serius ngejadiin Iqbaal pacar." ujar temannya lagi membuat Shava terdiam. Dia berpikir bahwa selama ini dia bodoh.

Iqbaal yang tidak sengaja lewat karena ingin menuju parkiran bersama gadisnya pun menghentikan langkahnya. (Namakamu) menoleh kearah Iqbaal, menatap rahang Iqbaal yang mengeras. Pandangannya tajam kearah Shava dan beberapa temannya.

"Baal," ringis (Namakamu) karena merasakan cengkraman Iqbaal di pergelangan tangannya.

Iqbaal tidak menghiraukan, dia langsung menarik gadisnya ketempat di mana motornya berada. (Namakamu) merasa tidak tahan dengan cengkraman Iqbaal pun menyentak tangan Iqbaal membuat laki-laki itu terkesiap.

"Sakit!" seraya mengelus jemarinya yang memerah akibat ulah Iqbaal. Iqbaal menunduk dan memejamkan matanya. Dia berjalan mendekat kearah gadisnya.

"Maaf," gumam Iqbaal pelan. "Aku nggak bisa kontrol emosi setelah liat kejadian tadi,"

(Namakamu) paham dengan maksud pembicaraan Iqbaal.

"Kenapa harus marah? Kamu masih berharap sama dia?"

Iqbaal menggeleng cepat, "Enggak, sayang. Enggak sama sekali."

"Terus kenapa? Kamu marah sama dia dan lampiasin semuanya ke aku. Sekarang, apa bedanya kamu sama dia?!" ucap (Namakamu) membuat Iqbaal terdiam.

Dia merutuki kebodohannya karena harus melampiaskan kekesalannya pada (Namakamu).

"Maaf," hanya itu yang bisa keluar dari Iqbaal.

"Aku cuma kesel, kenapa aku baru tau niat jahat dia sekarang. Kenapa nggak dari dulu," ujar Iqbaal. "Harusnya aku nggak sebodoh itu, aku sama sekali nggak pernah ngerasa curiga sama dia. Dan harusnya, aku percaya omongan kamu, Kiki sama Aldi."

Iqbaal tenggelam dalam ingatan masa lalunya, di mana dia bertengkar hebat dengan tiga sahabatnya hanya karena membela Shava.

"Kalo aja aku tau lebih dulu, mungkin rasa benci aku lebih mendominan dan nggak nyakitin kamu dengan cara nerima dia lagi. Aku bodoh!"

(Namakamu) menghembuskan nafasnya, dia memeluk Iqbaal dan mengelus kepala laki-laki itu. Dia berani melakukan ini karena area parkir sudah sepi.

"Udah, ya. Semuanya udah lewat. Dan kamu udah tau kebenarannya."

Iqbaal membalas pelukan gadisnya dan menenggelamkan wajahnya di ceruk leher gadis itu, menghirup aromanya sejenak sebelum akhirnya pelukan itu terlepas. Iqbaal tersenyum manis.

"Makasih, yaa"

***

Yaang, gabut nih
Iqbaal 16:10

Ya terus?
16:10

Peka dong;(
jalan yuk?
Iqbaal 16:11

Jalan kmn? Mager tau
16:11

Kmn aja kek, serius deh
bete bgt yaang;;((
Iqbaal 16:12

Aku jmpt yaaa:*
Iqbaal 16:12

Ck! Maksa! Ydh aku siap2,
agk lama soalnya mndi dl
16:13

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 22, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Best(boy)Friend [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang