bonchap

3.9K 699 46
                                    

Happy reading📖

✉✉✉

4 hari tidak masuk sekolah membuat Iqbaal merasa bosan di rumah. Dia selalu misuh-misuh dengan bundanya agar di bolehkan sekolah dengan alasan tidak ingin ketinggalan pelajaran.

Setiap pulang sekolah, (Namakamu) selalu datang kerumahnya dengan membawa buku catatan. Gadis itu meminjamkan buku catatannya pada Iqbaal agar Iqbaal tidak ketinggalan catatan. Iqbaal merasa bahagia karena gadis itu benar-benar memahaminya.

Hingga akhirnya sekarang Iqbaal sudah bisa masuk ke sekolah. Jam istirahat di hari pertamanya masuk sekolah dia isi dengan menyalin catatan. Kehadiran (Namakamu) setiap habis pulang sekolah kerumahnya tidak membuat Iqbaal bisa menuntaskan segala catatan yang ada.

Bayangkan, sehari dia harus menyelesaikan 3 catatan mata pelajaran yang berbeda. Setiap catatan berisi lebih dari 1 lembar. Hal itu membuat Iqbaal tepar dan frustasi sendiri, lupa dengan hal lain karena mengejar catatan itu, belum lagi dengan tugas-tugas harian yang tertinggal. Untung ada (Namakamu) yang selalu menemaninya. Mengingatkannya bahwa dia harus makan dan sebagainya. Ah, Iqbaal merasa bahagia di tengah kesulitan.

"Nih, aku beliin kamu makanan," ucap (Namakamu) meletakkan sterofoam berisi siomay pada Iqbaal. Dia sengaja tidak membawa siomay tersebut dengan piring karena malas untuk mengembalikannya lagi. Dia juga meletakkan sebotol air mineral di samping sterofoam.

Iqbaal tersenyum kemudian menyuruh gadis itu terduduk di kursinya, "Temenin aku, ya?" pinta Iqbaal.

"Berdua doang?" tanya (Namakamu) seraya memakan cireng yang dia beli. Matanya menatap penjuru kelas yang terlihat sepi karena semuanya memilih untuk pergi ke kantin.

"Temenin doang, kok. Nggak macem-macem." ujar Iqbaal meski fokusnya kembali pada catatannya.

(Namakamu) melihat catatan milik Iqbaal sekilas, "Masih banyak? Nggak lanjut di rumah aja?"

Iqbaal mengangguk untuk menjawab pertanyaan (Namakamu) yang pertama, "Banyak banget. Masih ada dua mata pelajaran yang belum aku salin. Nanti aku pinjem buku kamu lagi, ya?"

(Namakamu) mengangguk, "Asal jangan lupa bawa pas ada pelajarannya," cibir (Namakamu) membuat Iqbaal tersenyum cerah. Dia langsung mengacak rambut gadis itu.

(Namakamu) menghabiskan cireng miliknya kemudian menepuk bahu Iqbaal, "Aku bantu catet, sini. Mumpung nggak sibuk."

Iqbaal memberikan salah satu buku catatan miliknya dan juga milik gadis itu kemudian di serahkan pada (Namakamu), "Gapapa, nih? Nanti ngerepotin,"

(Namakamu) tersenyum sambil membuka lembar demi lembaran buku miliknya, "Gapapa, kan aku yang mau."

Iqbaal semakin gemas dengan gadisnya, "Kalo capek berhenti aja, ya. Jangan di paksain."

"Siap!" (Namakamu) hormat pada Iqbaal seolah-olah dia tengah hormat pada pembina upacara. Hal itu membuat Iqbaal tertawa renyah sementara (Namakamu) memberikan cengiran khasnya.

"Cium dulu, sini. Mumpung sepi," tanpa persetujuan Iqbaal langsung mengecup pelipis gadisnya sekilas. (Namakamu) hanya bisa menahan senyumnya dan mulai fokus dengan tugasnya.

"Siomaynya jangan lupa di makan. Kalo enggak, aku bakal ngambek karena kamu nggak menghargai pemberian aku." ancam (Namakamu) tanpa menoleh kearah Iqbaal membuat Iqbaal menghentikan aktivitasnya. Tersenyum lembut kearah gadis itu dengan tangan yang terangkat untuk mencubit pipinya.

(Namakamu) tidak terganggu meski tangan Iqbaal tengah mencubit pipinya, cubitan Iqbaal tidak berasa sama sekali.

"Aku makan siomaynya, supaya kamu nggak ngambek sama aku," ucap Iqbaal kemudian memakan siomay yang di bawakan oleh (Namakamu). Iqbaal tidak tahu, bahwa (Namakamu) kini tengah sibuk menahan senyumnya.

Best(boy)Friend [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang