7. Karena Shava

5.1K 838 163
                                    

Happy reading📖

✉✉✉

"Cie, yang kemarin habis jalan kayaknya seneng banget itu," ledek Aldi seraya menyenggol bahu (Namakamu). (Namakamu) menganga namun kedua pipinya kini merona membuat Aldi dan Kiki terkekeh melihat reaksi gadis itu.

"Kayaknya ada yang lagi masuk ke zona Friendzone, bro," ujar Aldi pada Kiki membuat (Namakamu) melotot. Aldi berani berucap demikian karena Iqbaal tengah tidak bersama mereka, dia tengah dipanggil oleh Kepala Sekolah di ruangannya.

"Aldi.." (Namakamu) mengerucutkan bibirnya membuat tawa Aldi menggelegar. Bahkan beberapa dari teman mereka sempat melirik laki-laki itu sekilas.

Kiki mendekat kearah (Namakamu) kemudian menepuk bahu gadis itu, "Gue tau, lo suka sama Iqbaal, kan?"

(Namakamu) terdiam. Menatap Kiki dengan tatapan yang sulit di jelaskan.

Kiki tersenyum, "Diem berarti iya."

"Eh, euh ih nggak yaa!" tukas (Namakamu) gugup membuat Kiki dan Aldi tertawa puas. Mereka semakin yakin jika (Namakamu) memang menyukai Iqbaal.

"Jujur aja, santai kok. Gue nggak akan bilang ke Iqbaal,"

(Namakamu) menundukkan kepalanya dalam, kemudian dia menganggukkan kepalanya lemah. Kiki dan Aldi tersenyum getir. Mereka tidak menyangka jika gadis manis seperti (Namakamu) menyukai sahabatnya sendiri. Parahnya, sahabatnya itu sudah memiliki seorang pacar. Sangat di sayangkan sekali.

Kiki merangkul bahu kiri (Namakamu) sedangkan Aldi merangkul bahu kanan (Namakamu). (Namakamu) tersenyum pada keduanya secara bergantian.

"Gue yang bakal jaga hati lo, mulai hari ini," ucap Aldi dengan tulus.

(Namakamu) menganggukkan kepalanya, "Makasih," desis (Namakamu).

"Aduh, rangkul-rangkulan tapi nggak ngajak gue." cibir Iqbaal yang baru saja datang dan berdiri tepat di belakang mereka. Karena posisinya mereka membelakangi pintu kelas. 

Mereka bertiga melepaskan rangkulannya kemudian berbalik kearah Iqbaal. Aldi melirik (Namakamu) sekilas sebelum akhirnya terkekeh.

"Ah, lo sih lama," ujar Aldi kemudian terduduk di kursinya begitu pula dengan Kiki dan (Namakamu). Iqbaal ikut terduduk.

"Tau tuh, Pak Hemi nyuruh gue buat bikin laporan akhir bulan mana waktunya mepet banget lagi,"

"Berarti gue juga harus bikin laporan, dong?" tanya (Namakamu).

Iqbaal mengangguk, "Lo kasih tau aja ke gue obat-obatan yang mulai habis terus obat apa aja yang paling sering dipakai,"

"Alah, paling obat merah sama obat pusing," celetuk Aldi membuat (Namakamu) terkekeh.

Iqbaal tersenyum, "Jangan sampe salah, yaa laporannya. Kalo salah nanti gue yang bakal kena marah,"

(Namakamu) mengangguk. Iqbaal kembali tersenyum mengacak puncak rambut gadis itu. (Namakamu) mendunduk malu. Kiki dan Aldi mulai memberi kode sebuah ledekan. Untungnya, Iqbaal tidak peka dengan hal yang di lakukan Kiki dan Aldi.

**

Iqbaal berjalan santai menuju kelas gadisnya, saat sudah sampai di ambang pintu, senyum cerah terbit kala melihat Shava tengah menopang dagunya.

"Hai, Shav," sapa Iqbaal seraya terduduk di samping gadis itu. Shava melirik Iqbaal sekilas membuat Iqbaal mengerutkan dahinya.

"Kamu kenapa, Shav? Aku ada salah?" tanya Iqbaal.

Shava menatap Iqbaal dengan tajam, "Bukannya kamu janji nggak akan macem-macem sama sahabat kamu? Tapi kenapa kamu bohong!"

Iqbaal mencoba untuk menenangkan gadisnya, "Shav, aku–"

Best(boy)Friend [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang