19. Cerita Iqbaal

4.9K 888 104
                                    

Happy reading📖

✉✉✉

"Kita putus"

Iqbaal menatap lamat gadis di hadapannya. Menatap (Namakamu) yang kini melepas genggaman tangannya untuk membekap bibirnya sendiri. Dia menangis, menangis karena Iqbaal.

"Aku tau, Iqbaal. Aku tau.." lirih (Namakamu) dengan parau membuat jantung Iqbaal berhenti seketika.

Dia tahu? Tahu apa?

"Aku tau, kemarin kamu balikan sama Shava di Ruang OSIS, kan?" pertanyaan sekaligus pernyataan dari mulut (Namakamu) membuat Kiki dan Tesa membulatkan matanya.

Iqbaal tertegun, dia tidak tahu harus berucap apa lagi.

"Rasa sakit yang kamu kasih memang terbilang singkat, tapi rasanya aku nggak kuat, Iqbaal."

Iqbaal menatap (Namakamu) dengan tatapan menyesal. Iya, dia menyesali kebodohannya yang sudah menyakiti gadis sebaik (Namakamu).

"(Nam), aku.." Iqbaal menggantung ucapannya, dia ingin menjelaskan satu hal pada (Namakamu).

"Semalam, kamu juga habis jalan sama Shava, kan? Padahal kamu tau aku sakit. Tapi kamu lebih milih jalan sama dia ketimbang jenguk aku." lirih (Namakamu) lagi. Gadis itu tidak berusaha untuk memukul Iqbaal, menampar Iqbaal atau melakukan hal apapun yang bisa meluapkan amarahnya. Dia hanya menangis.

Iqbaal kembali menggenggam tangan (Namakamu), "Aku minta maaf,"

"Aku ngelakuin kesalahan apa sampe kamu berbuat sejahat ini sama aku, Baal?"

Iqbaal menggeleng, dia menghapus air mata yang mengalir di pipi (Namakamu), "Enggak, (Nam). Kamu nggak salah, aku yang salah."

"Kenapa kamu setega ini? Kalau kamu emang nggak punya perasaan sama aku, jangan gini, Baal. Aku sakit." lirih (Namakamu) membuat Iqbaal semakin merasa bersalah.

"Aku sayang sama kamu, (Nam)."

(Namakamu) menggelengkan kepalanya, "Kita balik seperti semula aja, ya? Kamu jadi sahabat aku, selamanya."

Iqbaal menggeleng. Wajahnya berubah merah menahan tangis. Tidak menyangka bahwa hubungannya akan berakhir setragis ini, karena kebodohannya.

"Hubungan sebuah sahabat nggak ada putusnya, dan itu lebih baik."

Hati Iqbaal mencelos mendengar penjelasan (Namakamu). Dia melepas genggaman (Namakamu) dan pergi meninggalkan kelas, tanpa pamit.

(Namakamu) menatap punggung Iqbaal yang kini hilang di balik pintu. Tangis (Namakamu) tumpah seketika dan langsung di peluk oleh Tesa. Aldi mendesis tajam kemudian berdiri dari duduknya.

"Kamu mau kemana?"

Aldi menghentikan langkahnya, menoleh kearah Tesa yang bertanya tadi. "Ke Iqbaal." Aldi langsung pergi meninggalkan Tesa, (Namakamu) dan Kiki.

**

Iqbaal terduduk di tepi lapangan dengan pandangan kosongnya. Sesekali dia mengusap wajahnya frustasi karena tidak dapat menjelaskan satu hal penting pada (Namakamu).

Dia menyesal, karena perbuatan bodohnya kini (Namakamu) lepas dari genggamannya.

"Nggak usah nyesel, semua emang salah lo."

Iqbaal hanya diam mendengar ucapan Aldi. Dia melirik Aldi yang kini tengah tersenyum miring.

"Gue seneng akhirnya lo putus sama (Namakamu). Udah gue duga, kalo lo nggak bener-bener sayang sama dia."

Best(boy)Friend [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang