Chapter two

1.4K 35 2
                                    

Raphael James Rhesy atau yang biasa dipanggil Raffa ini, mempunyai rambut hitam serta mata coklat. Ibunya berketurunan Amerika-Inggris dan ayahnya berketurunan Indonesia-Australia. Bibir tipis yang didapat dari ibunya serta kulit putih yang didapat dari ayahnya memberikan kesan wajahnya yang cerah, di tambah dia seorang yang murah senyum.

Jika ditanya siapa orang yang Raffa perjuangkan dia akan menjawab keluarga, itu pasti. Tapi untuk orang yang spesial baginya? Mungkin ada, pasti ada, yang sudah tersimpan dihatinya selama ini. Namun dia belum dapat mengetahuinya dengan jelas. Tapi ada satu orang yang membuat hatinya selalu nyaman jika dengannya.

Cassadey Lavin, mempunyai rambut cokelat tua panjang dan postur tubuh yang lumayan tinggi. Dia mempunyai sedikit darah Perancis mengalir di dalam dirinya. Dari sanalah dia mendapatkan nama Lavin. Hal itu tampak pada kedua mata bulat-hitam-besarnya dan juga terlihat bersinar. Alis matanya yang agak tebal memberikan kesan manis pada wajah Cassadey.

"Cass!" Raffa menghampirinya dengan tergesa dan langsung duduk di sebelah Cassadey.

"What's wrong?" katanya dan langsung menghadap Raffa.

"My dad told me this morning that he had canceled the moving thing to London. I'm gonna continue high school here in America, Cass, with you." kata Raffa dengan senyum bangga.

"You gotta be kidding me, right?"

"Seriously, Cass. No kidding." Raffa melihat ekspresi muka Cassadey yang terlihat terkejut dan bingung.

"Really?" lalu dia bergumam kecil. "Gosh, Raffa, I- I don't know what to say. You're not lying, are you?"

Raffa tersenyum dan menggeleng.

"Okay, then now I know who are the person that worth fighting for to me."

"And who are they?" Raffa memandang gadis itu dengan rasa ingin tau.

"My family, of course and you, Raphael James Rhesy." senyum pun mengembang di wajah mereka.

***

Cause all of me
Loves all of you
Love your curves and all your edges
All your perfect imperfections
-All of Me (John Legend)

Yoga Pratama adalah anak pindahan dari Pearl School ke Caroline International School; sekolah Raffa, Cassadey, dan Vanisa sekarang. Dia di tempatkan di kelas 8B yang juga satu kelas dengan mereka. Dari sanalah, Yoga berkenalan dan akhirnya dekat dengan mereka. Yoga sebenarnya mempunyai perasaan suka pada Vanisa sejak kelas 8 namun Yoga baru menyatakannya di pertengahan kelas 9. Mengapa?

Dari awal Yoga memang sudah tertarik padanya; akan kecantikan dan sifatnya. Awalnya, dia kira itu hanya sebuah ketertarikan biasa karena dia rasa tidak mungkin dia menyukai seorang Vanisa. Mereka mempunyai karakter dan sifat yang sangat berbeda; Vanisa yang pendiam-Yoga yang aktif, Vanisa yang sabar-Yoga yang moody. Dari segi sifat memang jauh berbeda tapi dari segi fisik tidak jauh berbeda, sama-sama mempunyai wajah yang menarik. Tapi setelah dipikirnya lagi, dari perbedaan itulah, mereka bisa melengkapi satu sama lain.

Memang butuh waktu agak lama untuk Yoga untuk menyatakan perasaannya, tapi semuanya sepadan. Namun, mereka masih hanya main-main saja, belum saatnya untuk serius. Lagipula, mereka juga harus fokus untuk ujian.

"I really like you, you know." kata Yoga sambil mengacak-acak rambut Vanisa.

"What made you like me? I'm not a perfect person for you." kata Vanisa sambil membenarkan rambutnya yang berantakan.

"I don't need perfect. I need you. And you are perfect to me." Yoga ikut membantu Vanisa merapihkan rambutnya. "You accepted me for who I am. I like you a lot. You are my beauty and let me be your beast."

The Truth HonestyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang