Chapter four

491 18 2
                                    

Love doesn't come in a minute
Sometimes it doesn't come at all
I only know that when i'm in it
It isn't silly, no, it isn't silly
Love isn't silly at all
-Silly Love Song (Paul McCartney)

Pada saat pulang sekolah, mereka merencanakan kembali tentang makan dan nonton bioskop bersama; Vanisa, Yoga, Cassadey, dan Raffa. Mereka sepakat dan kembali ke rumah masing-masing terlebih dahulu untuk mengganti baju mereka dan langsung bertemu di bioskop mal tersebut. Yoga yang pertama tiba, lalu Raffa, lalu Cassadey dan yang terakhir Vanisa.

"Hey, sorry I'm late. I got distracted. You've bought the tickets?" kata Vanisa.

"That's fine. Yeah, we've bought the tickets. It's a sci-fi (science fiction) movie." kata Raffa.

"I love sci-fi." kata Vanisa.

"I know, right? It'll be starting soon. So, you guys, want to buy snacks?" kata Cassadey. Semua mengangguk. "Let's go, then." kata Cassadey lagi.

Cassadey dan Raffa berjalan bersebelahan di depan Vanisa dan Yoga. Yoga melingkarkan lengannya di atas bahu Vanisa. "You look nice, by the way." kata Yoga melihat ke arah Vanisa.

Vanisa mengerutkan dahinya dan melihat ke arah Yoga. "Really?" katanya lalu tertawa. Vanisa hanya memakai baju lengan panjang dan celana pendek. "I don't feel nice, actually. But, thanks."

Yoga hanya tersenyum. Mereka memutuskan membeli dua popcorn asin dan empat lemon tea lalu mereka menunggu sebentar dan ketika film sudah ingin mulai, mereka langsung masuk studio bioskop. Film tersebut berlangsung selama dua jam. Setelah selesai menonton mereka langsung pergi ke salah satu restoran kesukaan mereka, yang pasti yang sering mereka kunjungi. Saat memasuki restoran, mereka menempati tempat duduk sofa dekat pintu masuk.

"Order, please!" kata Raffa dengan mengangkat tangannya kepada salah satu pelayan restoran tersebut.

"Yes, what do you like to order?" kata pelayan tersebut dengan ramah dan tersenyum.

Cassadey memesan makanan yang pertama. "Mash potato with cheese and hot tea, please." kata Cassadey sambil tersenyum.

"Make it two, thanks." kata Vanisa, mengangkat alis matanya ke arah Cassadey lalu mereka tertawa. Begitulah Vanisa kalau sedang malas memesan makanan pilihannya sendiri, dia mengikuti pesanan orang pertama yang memesan; yang biasanya Cassadey, dan kebetulan --kadang-- mereka punya selera yang sama.

"Chicken cream soup and hot chocolate." kata Yoga.

"Fish burger with onion rings and ice tea." kata Raffa.

Pelayan tersebut mengangguk pelan dan tersenyum. "Desserts?" tanya pelayan tersebut. Semua menggeleng. "No, thanks." kata Vanisa. "That's all."

Pelayan tersebut mengangguk lagi dan mengulang pesanan mereka semua. "Okay, your order will be ready in fifteen minutes." kata pelayan tersebut. Lalu pelayan tersebut pergi. Ada sebuah keheningan sejenak lalu seseorang memecahkan keheningan tersebut.

"Wow, I was really impressed by the movie! It was cool. I wanna watch it again." kata Vanisa.

Yang lain terlihat bingung dan menatap ke Vanisa. "Vanisa?" kata Cassadey.

Vanisa kembali menatap mereka satu per satu. "What? I was just don't want it to be awkward. You know? Because..." kata Vanisa dan tertawa lalu terhenti begitu melihat Raffa. Lalu dia menggaruk bagian belakang kepalanya. "Because...yeah, you know..." Vanisa mendesah. "I don't know." dia menggigit bibirnya.

Raffa, Cassadey, dan Yoga masih terlihat bingung tapi kemudian mereka tertawa. "What are you talking about?" kata Yoga dan mengacak rambut Vanisa. Vanisa tidak menjawab dan hanya tersenyum canggung. Tidak lama kemudian, seorang pelayan mengantarkan minuman yang mereka pesan.

The Truth HonestyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang